Sukses

Kenapa Ada Batasan Berkendara Berdasarkan Usia?

Kenapa remaja di bawah 17 tahun belum boleh punya SIM? Kenapa mereka sering berkendara ugal-ugalan?

Liputan6.com, Jakarta - Mengendarai kendaraan bermotor, baik motor atau mobil, adalah hal yang mudah. Kita mungkin hanya perlu belajar beberapa hari saja sampai benar-benar bisa mengendarainya. Hal ini juga berlaku bagi mereka yang usianya remaja.

Buktinya, mungkin kita pernah melihat, atau minimal mendengar, bagaimana mahirnya anak-anak seusia SD atau SMP telah mahir mengendarai motor atau mobil. Keahlian mereka bahkan hampir setara dengan pengendara usia matang (dewasa) dan orang tua.

Tapi pertanyaannya kenapa ada batasan usia yang ditetapkan otoritas terkait? Kenapa, misalnya, punya Surat Izin Mengemudi (SIM) itu harus berusia 17 tahun terlebih dulu?

Ternyata hal ini berkaitan dengan perkembangan otak manusia. Jadi, aturan dibuat tidak serta merta. Ia tidak ditetapkan secara asal-asalan. Sudah ada beberapa riset yang berkaitan dengan hal ini.

Salah satu yang paling terkenal dirilis oleh Elizabeth Sowell, neuropsikolog asal University of California, Los Angeles. Tahun 2003 lalu melalui jurnal Nature Neuroscience, Sowell mengatakan bahwa bagian otak remaja belum berkembang dengan sempurna.

Bagian otak bernama lobus frontalis saraf-sarafnya belum sepenuhnya terhubung. Seperti dikutip dari npr.org, bagian otak ini berfungsi untuk mengatur perencanaan, pengorganisasian, dan antisipasi. Tiga hal yang sangat penting ketika sedang berada di atas kendaraan di jalan raya.

Ketika bagian ini sudah sempurna, maka seseorang bisa dapat dengan "bijak" berkendara di jalan. Ia juga dapat melakukan antisipasi yang lebih baik terhadap ancaman-ancaman yang ada di jalanan.

Studi yang lain menyebutkan kalau saraf-saraf di bagian ini bahkan baru akan lengkap sampai seseorang berusia pertengahan 20.

Hal yang sama juga menjelaskan mengapa remaja sering nampak sebagai orang yang menjengkelkan dan egois saat di jalanan dan di situasi-situasi lainnya. Lobus frontalis yang belum sempurna juga bisa membuat mereka tidak mampu berpikir bagaimana efek dari perilakunya terhadap orang lain.

 

 

Simak juga video menarik di bawah ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.