Sukses

Seberapa Perlu Indonesia Pakai Euro4?

“Euro4 sudah paslah (di Indonesia), karena semua negara sudah Euro4 ke atas standar emisnya,”

Liputan6.com, Jakarta Rencana pemerintah menetapkan standar emisi Euro4 di tahun depan memang bukan isapan jempol semata. Aturan ini disebut telah lama dimasak sebelum akhirnya diumumkan.

Menurut Presiden Direktur PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN), Warih Andang Tjahjono, rencana penerapan program Euro4 oleh pemerintah terlebih dahulu telah didiskusikan dengan para pelaku industri otomotif di Indonesia.

Sesuai Peraturan Menteri (Permen) Lingkungan Hidup dan Kehutanan No 20/Setjen/Kum.1/3/2017 yang sudah diterbitkan pada 10 Maret 2017, Indonesia akan segera memberlakukan standar emisi Euro4.

Peraturan tersebut akan berlaku efektif 18 bulan ke depan khusus untuk bahan bakar minyak (BBM) bensin dan empat tahun untuk BBM solar (diesel) sejak diterbitkan.

“Euro4 sudah paslah (di Indonesia), karena semua negara sudah Euro4 ke atas standar emisinya,” ungkap Warih saat ditemui Liputan6 beberapa waktu lalu.

Warih menyatakan standar emisi Euro4 sangat diperlukan mengingat kendaraan tersebut telah diterapkan di berbagai belahan dunia.

Dengan begitu hal tersebut dapat memudahkan industri dalam melakukan proses produksi yang lebih efektif. Sebab pabrik tak akan membuat dua jenis mesin lagi, yaitu Euro2 dan Euro4, melainkan hanya Euro4.

Meski belum resmi diteken, Warih menyatakan saat ini pada dasarnya Indonesia bisa menerapkan Euro4.

“Bisa, tapi ke depan pasti ada tantangannya kan. Ke depan harus match lah,” ujarnya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Next

Keuntungan Euro4

Warih juga menyampaikan, jika program Euro4 itu merupakan bagian dari Environment issue yang saat ini belum dilakukan penyegaran.

“Rencananya di 2030 harus 30 persen reduction. Salah satunya memang di industri otomotif,” jelasnya.

Selain itu unsure ramah lingkungan juga menjadi faktor utama. Warih mencontohkan kondisi DKI Jakarta saat ini sudah penuh dengan asam, sehingga sangat dapat mengganggu kesehatan.

“Mau begitu terus? Kan enggak mau. Sebagai customer sekarang mungkin enggak mau, tapi entar anak cucu kita gimana, misal mau jalan-jalan tapi penuh asap,” katanya.

Terkait soal penjualan, saat ini ekspor Indonesia telah mencapai 200 ribu unit, dan domestik 1 juta unit. Jika hal standar emisi belum diterapkan, maka tidak menutup kemungkinan produksi satu juta unit diisi yang lain.

“Kalau mau biarkan ya silahkan saja. Kita masuk negara yang berkompetisi, kalau enggak gitu ketinggalan kita nanti. Jadi harus dukung terus,” tambahnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.