Sukses

Standard Chartered Tekankan Pentingnya Kolaborasi untuk Mencapai Transisi Net Zero

SCB Group CEO Bill Winters menekankan pentingnya kemitraan yang kuat antara sektor publik dan swasta untuk memobilisasi keuangan dan menyalurkan dana guna membiayai proyek transisi menuju net-zero di negara-negara berkembang.

Liputan6.com, Jakarta Berbicara di sebuah sesi B20-G20 round table bertemakan “SustainableFinance for Climate Transition” yang diselenggarakan oleh Kementerian Keuangan RI, BillWinters, Group CEO, Standard Chartered Bank, mendorong terciptanya kemitraan publiks wasta dalam skala besar untuk memobilisasi keuangan dan menyalurkan dana guna membiayai proyek transisi yang berkelanjutan di negara-negara berkembang, dimana pendanaan akan paling berdampak.

Para panelis membahas komitmen masing-masing negara untuk mempercepat transisi energi dan mencapai net-zero, serta peluang, tantangan dan reformasikebijakan yang diperlukan untuk memfasilitasi sebuah transisi yang adil.

Bill menekankan pentingnya peran keuangan campuran atau blended finance untuk meningkatkan investasi. Blended finance adalah pendekatan penataan yang memungkinkan investor publik dan swasta, yang masing-masing memiliki tujuan yang berbeda, untuk berinvestasi bersama Keuangan campuran mengatasi perbedaan antara risiko dugaan dan risiko riil, serta rasio risiko/imbalan yang buruk – hambatan utama bagi investor swasta – melalui modal lunak dan jaminan untuk pembangunan.

Standard Chartered mengumumkan komitmen net-zero tahun lalu, dengan menargetkan mencapainet zero dalam kegiatan operasionalnya sendiri di tahun 2025, dari segi pembiayaan pada tahun2050, serta dalam memobilisasi USD300 miliar dalam keuangan hijau dan upaya transisi di periodetahun 2021 dan 2030. 

Tahun lalu, Standard Chartered Indonesia berperan sebagai salah satu mitrapembiayaan proyek pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya Terapung (PLTS) Cirata 145MWac di Jawa Barat. Pembangkit listrik ini akan menghasilkan energi listrik yang cukup untuk memberi daya pada 50.000 rumah dan mengeluarkan 214.000 ton CO2. Pembangkit listrik tenaga surya terapung ini direncanakan menjadi yang terbesar di AsiaTenggara, dan akan menjadi langkah maju bagi Indonesia untuk mencapai target bauran energi berkelanjutan sebesar 23% pada tahun 2025.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini