Sukses

Bahaya Paparan Cahaya Selama Tidur Bisa Mengganggu Kesehatan, Begini Kata Penelitian

Sebuah studi yang diterbitkan awal tahun ini oleh Zee dan timnya telah meneliti peran cahaya dalam tidur bagi orang dewasa yang sehat di usia 20 tahunan.

Liputan6.com, Jakarta Beberapa orang lebih menyukai tidur tanpa lampu menyala atau redup. Bersyukurlah bagi orang yang tidak bisa tidur saat ruangan terang benderang.

Sebab, cahaya yang muncul ketika tidur ternyata justru bisa menyebabkan beberapa masalah kesehatan yang cukup serius.

"Paparan cahaya dalam jumlah berapa pun selama periode tidur berkorelasi dengan prevalensi diabetes, obesitas, dan hipertensi yang lebih tinggi pada pria dan wanita yang lebih tua," kata Kepala Kedokteran Tidur di Northwestern University Feinberg School of Medicine di Chicago Phyllis Zee seperti melansir CNN, Senin (4/7/2022).

"Seseorang harus melakukan yang terbaik untuk menghindari atau meminimalkan jumlah cahaya yang mereka hadapi saat tidur," tambahnya.

Sebuah studi yang diterbitkan awal tahun ini oleh Zee dan timnya telah meneliti peran cahaya dalam tidur bagi orang dewasa yang sehat di usia 20 tahunan.

Tidur hanya satu malam dengan cahaya redup, seperti TV dengan suara mati, itu dapat meningkatkan gula darah dan detak jantung anak muda selama eksperimen di lab tidur.

Adapun terkait denyut jantung yang meningkat di malam hari telah terbukti dalam penelitian sebelumnya. Bahkan hasilnya menunjukkan itu sebagai faktor risiko penyakit jantung di masa depan dan kematian dini.

Sementara kadar gula darah yang lebih tinggi merupakan tanda resistensi insulin yang pada akhirnya dapat menyebabkan diabetes tipe 2.

Cahaya redup bisa memasuki kelopak mata dan mengganggu tidur pada orang dewasa muda meskipun faktanya peserta tidur dengan mata tertutup, kata Zee.

Namun, bahkan sejumlah kecil cahaya menciptakan defisit gelombang lambat dan gerakan mata cepat tidur, tahap tidur di mana sebagian besar pembaruan sel terjadi, katanya.

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Pengukuran Objektif

Di samping itu, menurut studi baru yang diterbitkan pada hari Rabu di jurnal Sleep, manula berisiko lebih tinggi untuk terkena diabetes dan penyakit kardiovaskular, kata rekan penulis sekaligus sebagai asisten profesor Northwestern University Feinberg School of Medicine Minjee Kim.

"Kami ingin melihat apakah ada perbedaan frekuensi penyakit ini terkait dengan paparan cahaya di malam hari," kata Kim.

Alih-alih menarik orang ke lab tidur, studi baru ini menggunakan pengaturan dunia nyata. Para peneliti memberi 552 pria dan wanita antara usia 63 dan 84 tahun sebuah actigraph, perangkat kecil yang dipakai seperti jam tangan yang mengukur siklus tidur, gerakan rata-rata dan paparan cahaya.

"Kami sebenarnya mengukur jumlah cahaya yang terpapar pada orang tersebut dengan sensor di tubuh mereka dan membandingkannya dengan aktivitas tidur dan bangun mereka selama periode 24 jam," kata Zee.

"Apa yang menurut saya berbeda dan penting dalam penelitian kami adalah bahwa kami memiliki data yang sangat objektif dengan metode ini."

Zee dan timnya mengatakan mereka terkejut menemukan bahwa kurang dari setengah pria dan wanita dalam penelitian ini secara konsisten tidur dalam kegelapan setidaknya selama lima jam setiap hari.

"Lebih dari 53 persen atau lebih memiliki cahaya pada malam hari di kamar," katanya. "Dalam analisis sekunder, kami menemukan mereka yang memiliki jumlah cahaya yang lebih tinggi di malam hari juga paling mungkin menderita diabetes, obesitas, atau hipertensi."

Selain itu, kata Zee, orang yang tidur dengan tingkat cahaya yang lebih tinggi lebih cenderung tidur lebih lambat dan bangun lebih lambat.

"Kita tahu orang yang tidur larut malam cenderung juga memiliki risiko lebih tinggi untuk gangguan kardiovaskular dan metabolism,” katanya.

 

 

3 dari 3 halaman

Hal yang Harus Dilakukan

Lantas, apa hal yang harus dilakukan untuk mengantisipasi masalah ini?

Strategi untuk mengurangi tingkat cahaya di malam hari bisa Anda coba untuk memposisikan tempat tidur agar jauh dari jendela atau menggunakan tirai jendela yang menghalangi cahaya. Selain itu, juga jangan mengisi daya laptop dan ponsel di kamar tidur karena cahaya biru yang mengubah melatonin dapat mengganggu tidur Anda. Jika tingkat cahaya yang rendah tetap ada, cobalah masker tidur untuk melindungi mata Anda.

Jika harus bangun di tengah malam, jangan menyalakan lampu jika tidak perlu, saran Zee. Jika memang harus menyalakan, jaga agar seterang mungkin dan diterangi hanya untuk waktu yang singkat.

Orang dewasa yang lebih tua sering harus bangun di malam hari untuk pergi ke kamar mandi karena masalah kesehatan atau efek samping dari obat-obatan, kata Zee. Jadi, dia menyarankan kelompok usia untuk mematikan semua lampu mungkin membuat mereka berisiko jatuh.

Dalam hal ini, pertimbangkan untuk menggunakan lampu malam yang diposisikan sangat rendah ke tanah dan pilih lampu dengan warna kuning atau merah. Spektrum cahaya itu memiliki panjang gelombang yang lebih panjang dan tidak terlalu mengganggu dan mengganggu ritme sirkadian atau jam tubuh. Itu lebih baik daripada panjang gelombang yang lebih pendek seperti cahaya biru.

 

Reporter: Aprilia Wahyu Melati

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.