Sukses

Ketahui Waktu Tidur Ideal Bagi Paruh Baya Menurut Penelitian

Seseorang yang tidak memiliki waktu cukup untuk tidur sering dikaitkan dengan berkurangnya kemampuan beberapa hal.

Liputan6.com, Jakarta Tidur yang cukup sangat diperlukan bagi setiap orang. Baik anak-anak, orang dewasa, hingga orang dengan usia paruh baya harus memiliki jumlah tidur yang ideal.

Dalam hal ini, sebuah penelitian menemukan bahwa tidur selama tujuh jam adalah istirahat malam yang ideal.

Seseorang yang tidak memiliki waktu cukup untuk tidur sering dikaitkan dengan berkurangnya kemampuan untuk memperhatikan, mengingat dan mempelajari hal-hal baru, memecahkan masalah dan membuat keputusan.

Selain itu, tidur tujuh jam juga berkaitan dengan kesehatan mental yang lebih baik. Khususnya orang-orang yang mengalami lebih banyak gejala kecemasan dan depresi dan kesejahteraan keseluruhan sangat disarankan untuk memiliki waktu tidur yang cukup.

“Meskipun kami tidak dapat mengatakan secara meyakinkan bahwa terlalu sedikit atau terlalu banyak tidur menyebabkan masalah kognitif, analisis kami yang mengamati individu dalam jangka waktu yang lebih lama tampaknya mendukung gagasan ini,” jelas seorang Profesor di Universitas Fudan China Jianfeng Feng dan Penulis studi yang diterbitkan dalam jurnal ilmiah Nature Aging seperti dilansir Egypt Independent, Selasa (17/5/2022).

"Tetapi alasan mengapa orang tua memiliki tidur yang lebih buruk tampaknya kompleks, dipengaruhi oleh kombinasi susunan genetik kita dan struktur otak kita," lanjutnya.

Dari studi ini, para peneliti dari China dan Inggris menganalisis data dari hampir 500.000 orang dewasa berusia 38 hingga 73 tahun yang merupakan bagian dari UK Biobank - sebuah studi kesehatan jangka panjang yang didukung pemerintah.

Peserta ditanya tentang pola tidur, kesehatan mental dan kesejahteraan mereka, dan mengambil bagian dalam serangkaian tes kognitif. Pencitraan otak dan data genetik tersedia untuk hampir 40.000 peserta penelitian.

Penelitian lain menemukan bahwa orang dewasa yang lebih tua yang mengalami kesulitan tidur secara signifikan dan yang sering terbangun di malam hari berisiko tinggi terkena demensia atau meninggal lebih awal karena sebab apa pun, sementara tidur kurang dari enam jam semalam telah dikaitkan dengan penyakit kardiovaskular.

Salah satu alasan hubungan antara terlalu sedikit tidur dan penurunan kognitif bisa jadi karena gangguan tidur, yaitu saat otak memperbaiki tubuh dari keausan hari itu dan mengkonsolidasikan ingatan.

Namun, terlalu sedikit tidur juga dikaitkan dengan penumpukan amiloid, protein kunci yang dapat menyebabkan kusut di otak yang menjadi ciri beberapa bentuk demensia.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Hal Lainnya

Selain itu, studi ini juga mengatakan mungkin durasi tidur yang berkepanjangan berasal dari kualitas tidur yang buruk dan terfragmentasi.

Raj Dasgupta, juru bicara American Academy of Sleep Medicine dan Asisten Profesor Kedokteran Klinis di Keck School of Medicine di University of Southern California mengatakan bahwa durasi tidur yang lebih lama telah dikaitkan dengan masalah kognitif tetapi tidak sepenuhnya jelas. mengapa.

"Ini menetapkan tanda untuk penelitian masa depan dan pencarian pengobatan," kata Dasgupta. “Tidur sangat penting seiring bertambahnya usia, dan kita membutuhkan sama seperti orang yang lebih muda, tetapi lebih sulit didapat,” lanjutnya.

Akan tetapi, perlu digarisbawahi, penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan karena hanya menilai berapa lama peserta tidur secara total dan tidak mengukur kualitas tidur lainnya seperti bangun di malam hari.

Terlebih lagi, peserta melaporkan jumlah tidur mereka sehingga tidak diukur secara objektif. Namun, para penulis mengatakan sejumlah besar orang yang terlibat dalam penelitian ini berarti kesimpulannya kemungkinan besar kuat.

Para penulis mengatakan temuan mereka menyarankan penting bahwa tidur, idealnya sekitar tujuh jam, harus konsisten.

Di samping itu, studi ini menunjukkan hubungan antara terlalu banyak dan terlalu sedikit tidur dan masalah kognitif, bukan sebab dan akibat, kata Russell Foster, seorang Profesor di Universitas Oxford dan Direktur Sir Jules Thorn Sleep and Circadian Neuroscience Institute.

Dia mengatakan bahwa penelitian tersebut tidak mempertimbangkan status kesehatan individu dan bahwa tidur pendek atau panjang mungkin merupakan indikasi kondisi kesehatan yang mendasari dengan masalah kognitif.

Dia juga mengatakan bahwa mengambil rata-rata tujuh jam sebagai jumlah ideal tidur "mengabaikan fakta bahwa ada variasi individu yang cukup besar dalam durasi tidur" dan kualitas. Kurang atau lebih tidur mungkin sangat sehat untuk beberapa individu, katanya.

“Kami secara teratur diberitahu bahwa pada malam hari 'ideal' tidur pada orang tua harus tujuh jam tidur tanpa gangguan. Keyakinan ini salah dalam banyak hal. Tidur itu seperti ukuran sepatu; satu ukuran tidak cocok untuk semua, dan dengan mengklasifikasikan 'tidur yang baik' dengan cara ini dapat menyebabkan kebingungan dan kecemasan bagi banyak orang,” kata Foster, penulis buku “Life Time: The New Science of the Body Clock, and and How It Can Revolutionize Your Sleep and Health”.

“Berapa lama kita tidur, waktu tidur yang kita sukai, dan berapa kali kita bangun di malam hari sangat bervariasi antara individu dan seiring bertambahnya usia. Tidur itu dinamis, dan kita semua memiliki pola tidur yang berbeda, dan kuncinya adalah menilai apa kebutuhan individu kita,” jelasnya.

 

Reporter: Aprilia Wahyu Melati

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.