Sukses

Kenali Gangguan Depresi Mayor dan Apa penyebabnya

Gejala depresi dapat bervariasi dari ringan hingga berat.

Liputan6.com, Jakarta Depresi merupakan gangguan suasana hati yang menyebabkan perasaan sedih dan kehilangan minat akan aktivitas sehari-hari yang terus-menerus, tidak bisa merasakan bahagia.

Kemudian merasa tidak berharga, insomnia, terjadi perubahan pola makan dan berat badan yang secara tiba-tiba, merasa tidak berenergi dan bergairah, tidak bisa berkonsentrasi, serta memiliki pikiran tentang kematian atau bunuh diri.

Lalu seperti apa sih gangguan depresi mayor itu sendiri dan penyebabnya seperti apa? Yuk, kita simak penjelasannya dari buku Loving The Wounded Soul Karya Regis Machdy, Sabtu (26/2/2022).

Secara klinis, istilah ilmiah depresi adalah gangguan depresi mayor atau major depression disorder. Istilah “gangguan depresi mayor” digunakan karena depresi adalah kumpulan gejala seperti sedih berkepanjangan.

Kumpulan gejala ini dianggap tidak nyata dan tidak bisa diamati di tubuh dan dapat menurunkan kemampuan kita di dalam lingkungan tempat kerja dan di rumah.

Gejala depresi dapat bervariasi dari ringan hingga berat. Seperti yang dilansir American Psychiatric Association, yaitu:

Merasa sedih atau memiliki suasana hati yang tertekan.

Kehilangan minat atau kesenangan dalam aktivitas yang pernah dinikmati

Perubahan nafsu makan dan berat badan yang tidak terkait dengan diet.

Sulit tidur atau terlalu banyak tidur

Kehilangan energi atau mudah lelah

Mengalami peningkatan aktvitas fisik tanpa tujuan (misalnya, ketidakmampuan untuk duduk dim, mondar-mandir, meremas-remas tangan) atau gerakan atau bicara yang lambat (tindakan ini cukup parah untuk dapat diamati oleh orang lain.

Merasa tidak berharga atau merasa bersalah

Kesulitan berpikir, berkonsentrasi atau membuat keputusan

Memikirkan tentang kematian atau bunuh diri

Faktor Risiko Depresi

Depresi dapat mempengaruhi siapa saja - bahkan orang yang tampaknya hidup dalam keadaan yang relatif ideal. Beberapa faktor dapat berperan dalam depresi

Biokimia: Perbedaan bahan kimia tertentu di otak dapat menyebabkan gejala depresi.

Genetika: Depresi dapat diturunkan dalam keluarga. Misalnya, jika salah satu kembar identik mengalami depresi, yang lain memiliki kemungkinan 70 persen untuk mengidap penyakit tersebut suatu saat dalam hidupnya.

Kepribadian: Orang dengan harga diri rendah, yang mudah kewalahan oleh stres, atau yang umumnya pesimis tampaknya lebih mungkin mengalami depresi.

Faktor lingkungan: Paparan terus menerus terhadap kekerasan, penelantaran, pelecehan atau kemiskinan dapat membuat beberapa orang lebih rentan terhadap depresi.

Lalu bagaimana sih dengan pengobatan untuk gejala gangguan depresi mayor?

Depresi adalah salah satu gangguan mental yang paling bisa diobati. Antara 80% dan 90% persen orang dengan gejala depresi akhirnya merespons pengobatan dengan baik. Hampir semua pasien mendapatkan beberapa bantuan dari gejala mereka.

Sebelum mendiagnosis atau pengobatan, ahli tenaga kesehatan harus melakukan evaluasi diagnostik menyeluruh, termasuk wawancara dan pemeriksaan fisik.

Dalam beberapa kasus, tes darah mungkin dilakukan untuk memastikan gejala depresi bukan karena kondisi medis seperti masalah tiroid atau kekurangan vitamin (membalikkan penyebab medis akan meringankan gejala seperti depresi).

Evaluasi akan mengidentifikasi gejala spesifik dan mengeksplorasi riwayat medis dan keluarga serta faktor budaya dan lingkungan dengan tujuan untuk mecapai diagnosis dan merencanakan tindakan.

Medikasi

Dalam pengobatan untuk gejala depresi ada sebuah istilah yang dinamakan Brain Chemistry. Nah, Brain Chemistry dapat berkontribusi pada gejala depresi individu dan dapat menjadi faktor dalam perawatan mereka.

Untuk alasan ini, obat antidepresan mungkin diresepkan untu membantu memodifikasi kimiawi otak seseorang. Namun perlu diketahui bahwa obatan-obatan seperti antidepresan bukanlah obat penenang, “uppers” atau tranquillizers. Mereka tidak membentuk kebiasaan. Umumnya obat antidepresan tidak memiliki efek stimulasi pada orang yang tidak mengalami depresi.

Biasanya penggunaan obat antidepresan tersebut akan mengurangi depresinya dalam satu atau dua minggu dari penggunaan. Namun apabila penggunaan antidepresan tidak sepenuhnya terlihat selama dua sampai tiga bulan.

Jika pasien merasa sedikit atau tidak ada perbaikan setelah beberapa minggu, psikiaternya dapat mengubah dosis obat atau menambah atau mengganti antidepresan lain.

Dalam beberapa situasi, obat psychotropic yang lain dapat membantu. Nah, hal seperti ini sangat penting sekali nih untuk memberitahu dokter pribadi kamu jika obat yang diresepkan sebelumnya tidak bekerja atau Jika kamu mengalami efek samping.

Psikiater biasanya merekomendasikan agar pasien terus minum obat selama enam bulan atau lebih setelah gejalanya membaik. Perawatan jangka panjang mungkin disarankan untuk mengurangi risiko episode masa depan untuk orang-orang tertent yang beresiko tinggi.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Psychotherapy

Psychotherapy, yang biasa disebut dengan “talk therapy,” terapi ini bisa digunakan sendiri untuk pengobatan depresi ringan; untuk depresi sedang hingga berat, psikoterapi sering digunakan bersama dengan obat antidepresan.

Terapi Perilaku Kognitif atau Cognitive Behavioral Therapy (CBT) telah terbukti efektif dalam mengobati depresi. CBT merupakan salah satu bentuk terapi yang berfokus pada pemecahan masalah di masa sekarang.

CBT membantu seseorang untuk mengenali pemikiran yang menyimpang/negatif dengan tujuan mengubah pemikiran dan perilaku untuk merespon tantangan dengan cara yang lebih positif.

Psikoterapi mungkin hanya melibatkan individu, tetapi dapat mencakup orang lain. Misalnya, terapi keluarga atau pasangan dapat membantu mengatasi masalah dalam hubungan dekat ini.

Terapi kelompok menyatukan orang-orang dengan penyakit serupa dalam lingkungan yang mendukung, dan dapat membantu peserta untuk mempelajari bagaimana orang lain mengatasi situasi yang sama.

Hal initergantung pada tingkat keparahan depresi, pengobatan dapat memakan waktu beberapa minggu atau bisa jadi lebih lama dari seminggu. Dalam banyak kasus, peningkatan yang signifikan dapat dilakukan dalam 10 hingga 15 sesi.

Electroconvulsive Therapy (ECT)

Electroconvulsive Therapy (ECT) adalah perawatan medis yang telah paling sering disediakan untuk pasien dengan depresi berat yang tidak menanggapi pengobatan lain. Ini melibatkan stimulasi listrik singkat otak saat pasien berada di bawah anestesi.

Seorang pasien biasanya menerima ECT dua sampai tiga kali seminggu dengan total enam sampai 12 perawatan. Biasanya dikelola oleh tim profesional medis terlatih termasuk psikiater, ahli anestesi, dan perawat atau asisten dokter.

ECT telah digunakan sejak tahun 1940-an, dan penelitian bertahun-tahun telah menghasilkan perbaikan besar dan pengakuan keefektifannya sebagai pengobatan utama daripada pengobatan "pilihan terakhir".

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.