Sukses

Ketahui Apakah Depresi adalah Penyakit

Banyak orang belum bisa meganggap depresi sebagai penyakit layaknya penyakit fisik.

Liputan6.com, Jakarta Depresi merupakan jenis gangguan kesehatan mental yang banyak sekali maknanya, bisa timbul dari situasi tertentu akibat kelelahan beraktivitas, lingkungan sekitar, dan lain-lain. Lalu, apakah depresi adalah sebuah penyakit?

Depresi adalah penyakit nyata. Depresi, kecemasan, panik dan bipolar disebut sebagai mental illness karena memang itu merupakan illness (penyakit).

Namun, nuansa penggabungan kata “sakit” dengan “mental” berbeda dengan penggabungan kata “sakit” dan “fisik”, demikian dirangkum Liputan6.com dari Buku Loving The Wounded Soul karya Regis Machdy, Senin (7/2/2022).

Jika digabungkan, kata “sakit” dan “mental” terdengar menyeramkan, bukan?. Membayangkan pasien-pasien yang dikurung di rumah sakit jiwa.

Padahal, maksud sakit mental di sini adalah ketika seseorang tidak bisa berfungsi secara optimal sebagai manusia, entah itu karena sedih, bad mood, atau sedang mengalami episode depresi klinis.

Itu, sama seperti terserang demam, hidung mengeluarkan lendir, atau ketika kaki keseleo yang membuat kesulitan berjalan. Orang-orang akan mengatakan bahwa seseorang sedang sakit fisik karena tidak bisa berfungsi secara optimal.

Jika mengalami “sakit fisik”, orang-orang akan menyuruh istirahat. Kemudian menjaga kesehatan, minum air hangat, dan memberikan kata-kata yang menunjukkan kepedulian.

Namun, jika berkata kepada orang-orang bahwa sedang depresi atau “sakit mental”, perlakuan yang didapatkan amat jauh berbeda. Orang akan segera menjauh, menganggap berlebihan, atau mengira hanya mencari-cari alasan untuk cuti bekerja.

Sehingga banyak orang belum bisa meganggap depresi sebagai penyakit layaknya penyakit fisik. Mereka menganggap depresi hanyalah stres berlebih yang dialami orang yang mentalnya lemah. Secara sederhana, depresi adalah kekacauan terkait aspek bio-psiko-sosial.

1. Secara aspek biologis, depresi terkait dengan landasan gen, struktur otak, dan senyawa kimia yang ada di dalam tubuh.

Terkait dengan aspek biologis, depresi dapat dilihat dari sudut pandang biologis atau medis. Sebagian ahli kesehatan mental bersikukuh menyatakan depresi sebagai penyakit medis karena depresi sangat menghancurkan hidup seseorang, bahkan dalam beberapa kasus, membunuh penderitanya.

Meskipun, depresi seolah-olah hanya kekacauan pada tataran mental, juga memberikan dampak yang sangat besar pada fisik.

Dampak seperti mual-mual, Lelah, sakit dan nyeri di seluruh badan, konstipasi, insomnia, radang, imunitas tubuh menurun, bahkan jantung coroner dan diabetes bisa dialami orang dengan depresi.

Pada kasus depresi berat, terapi psikologi pun tida membantu, dan karenanya diperlukan obat antidepresan untuk mengaktifkan senyawa kimia tertentu di otak.

2. Aspek pskologis disebut karena depresi didasari oleh suasana hati negatif yang berkepanjangan.

3. Pada aspek sosial, depresi terkait dengan hubungan seorang individu dan orang-orang disekitarnya.

4. Selain itu, ilmuwan pskologi juga menambahkan bahwa depresi juga bisa dilihat dari aspek spiritual, yakni pemaknaan dan tujuan hidup yang bisa selaras ataupun tidak selaras dengan agama.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Menyebut Depresi sebagai Penyakit

Secara klinis depresi disebut sebagai gangguan depresi mayor, para aktivis kesehatan mental sering menggunakan istilah mental illness dalam bahasa sehari-hari.

Ini karena depresi muncul dari interaksi yang sangat kompleks antara nature dan nurture (faktor lingkungan dan bawaan).

Interaksi nature dan nurture ini dapat digambarkan seperti depresi faktor genetic, volume hipokampus dan amigdala di otak seseorang, serta perubahan hormonal pada tubuh dan pengalaman traumatis terkait dengan hubungan keluarga, pertemanan, rekan kerja, dan romantis.

Ketika menyebut depresi sebagai penyakit, dampak yang dihasilkan akan panjang, mulai dari dampak sosial di kalangan masyarakat hingga di level pembuat kebijakan.

Sebagai contoh, jika seseorang bisa cuti bekerja karena batuk, pilek, atau demam, begitu pula ketika orang itu sedang mengalami depresi dan memiliki pikiran bunuh diri.

Bila seseorang bisa menggunakan asuransi untuk berobat karena sakit fisik, seharusnya juga bisa menggunakannya untuk berkunjung ke psikiater atau psikolog.

Mental illness is like any other illness,” pernyataan ini digaungkan agar masyarakat bisa lebih menerima kondisi orang dengan depresi, tidak memberikan mereka stigma yang negatif, serta tidak menganggap depresi sebagai kekurang atau kelemahan personal.

 

Reporter: Farah Meilinda Putri

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.