Sukses

Lemak Nabati Menurunkan Risiko Stroke, Begini Kata Penelitian

Dalam hal ini, mengonsumsi terlalu banyak daging merah olahan dan lemak hewani non-susu ternyata bisa meningkatkan risiko penyakit stroke.

Liputan6.com, Jakarta Siapa pun bisa terserang stroke. Termasuk bagi seseorang yang tidak menjaga kesehatan tubuh serta tidak menghindari makanan yang bisa meningkatkan risiko penyakit stroke tersebut.

Dalam hal ini, mengonsumsi terlalu banyak daging merah olahan dan lemak hewani non-susu ternyata bisa meningkatkan risiko penyakit stroke.

Untuk menurunkannya, menurut studi, cobalah mengonsumsi banyak lemak nabati atau lemak tak jenuh ganda.

Studi tersebut diungkapkan dari hasil penelitian yang ditampilkan pada American Heart Association's Scientific Sessions 2021.

Sebagai informasi, studi tersebut bertujuan untuk menganalisis secara komprehensif dampak serta risiko stroke dari lemak yang berasal dari nabati, susu, dan sumber hewani non-susu lainnya.

"Temuan kami menunjukkan jenis lemak dan sumber makanan yang berbeda lemak lebih penting daripada jumlah total lemak makanan dalam pencegahan penyakit kardiovaskular termasuk stroke,” ujar penulis utama studi dan rekan postdoctoral di departemen nutrisi di Harvard's TH Chan School of Public Health di Boston Fenglei Wang, seperti dikutip dari Hindustan Times, Jumat (19/11/2021).

Sebelumnya, para peneliti telah menganalisis selama 27 tahun dari 117.136 peserta dalam Nurses' Health Study (1984-2016) dan Health Professionals Follow-up Study (1986-2016). Kedua studi tersebut dilakukan untuk meneliti faktor risiko berbagai penyakit kronis.

Sementara itu, peserta rata-rata berusia 50 tahun. Di dalamnya terdiri dari 63 persen adalah perempuan dan 97 persen berkulit putih. Semua peserta yang terlibat merupakan yang bebas dari penyakit jantung dan kanker pada saat pendaftaran.

Pada awal dan setiap 4 tahun selama penelitian, peserta mengisi kuesioner frekuensi makanan yang digunakan untuk menghitung jumlah, sumber dan jenis lemak dalam makanan mereka selama tahun sebelumnya.

Kemudian para peneliti menghitung rata-rata kumulatif data makanan tersebut dari waktu ke waktu. Hal itu dilakukan untuk memeriksa asupan makanan jangka panjang. Jumlah asupan lemak tersebut dibagi menjadi 5 kelompok atau kuintil.

Di samping itu, dalam penelitian tersebut menggunakan beragam daging merah termasuk daging sapi, babi, atau domba sebagai hidangan utama. Selain itu, dimasukkan pula dalam sandwich atau hidangan campuran atau daging merah olahan.

Adapun daging merah olahan tersebut antara lain bacon, sosis, bologna, hot dog, salami, dan daging olahan lainnya.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Hasil Penelitian

Dari penelitian tersebut, kemudian peneliti menemukan:

1. Selama penelitian, 6.189 peserta mengalami stroke, termasuk 2.967 stroke iskemik (disebabkan oleh gumpalan yang memutus aliran darah ke bagian otak) dan 814 stroke hemoragik (disebabkan oleh pendarahan pembuluh darah di otak).

2. Peserta dalam kuintil tertinggi dengan asupan lemak hewani non-susu 16 persen lebih mungkin mengalami stroke dibandingkan mereka yang makan paling sedikit (kuintil terendah).

3. Lemak susu dalam produk, seperti keju, mentega, susu, es krim dan krim tidak berpengaruh terhadap risiko stroke yang lebih tinggi.

4. Peserta yang makan paling banyak lemak nabati dan lemak tak jenuh ganda paling banyak 12 persen lebih kecil kemungkinannya untuk mengalami stroke dibandingkan dengan mereka yang makan paling sedikit.

5. Mereka yang mengonsumsi satu porsi hanya daging merah setiap hari memiliki risiko stroke sekitar 8 persen lebih tinggi.

Sementara mereka yang mengonsumsi satu porsi daging merah olahan memiliki risiko stroke 12 persen lebih tinggi.

“Berdasarkan temuan kami, kami merekomendasikan kepada masyarakat untuk mengurangi konsumsi daging merah dan olahan, meminimalkan bagian berlemak dari daging mentah jika dikonsumsi, dan mengganti lard atau tallow (lemak sapi) dengan minyak nabati non-tropis seperti minyak zaitun, minyak jagung atau kedelai dalam memasak untuk menurunkan risiko stroke mereka," jelas Wang.

Lebih lanjut Wang mengatakan, terdapat subtipe asupan lemak, seperti memisahkan lemak jenuh yang dikonsumsi dari sayuran, susu atau sumber hewani non-susu. Itu berguna untuk memahami lebih lanjut hubungan antara asupan lemak dan risiko stroke.

Kemudian penulis utama pernyataan ilmiah American Heart Association tahun 2021 Alice H. Lichtenstein mengatakan, lebih baik ganti daging olahan dengan sumber protein lain.

“Banyak daging olahan yang tinggi garam dan lemak jenuh, serta rendah lemak nabati. Penelitian menunjukkan bahwa mengganti daging olahan dengan sumber protein lain, terutama sumber nabati, dikaitkan dengan tingkat kematian yang lebih rendah,” tuturnya.

Lebih lanjut Lichtenstein mengatakan, “Ciri-ciri utama pola diet jantung sehat adalah menyeimbangkan asupan kalori dengan kebutuhan kalori untuk mencapai dan mempertahankan berat badan yang sehat, memilih biji-bijian, protein tanpa lemak dan nabati serta berbagai buah dan sayuran; batasi garam, gula, hewani. lemak, makanan olahan, dan alkohol; dan terapkan panduan ini di mana pun makanan disiapkan atau dikonsumsi.”

 

Reporter: Aprilia Wahyu Melati

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini