Sukses

Riset: Perangkat Teknologi Tidak Pengaruhi Kesehatan Mental Anak

Riset dari Universitas Oxford menunjukkan hanya sedikit bukti yang menunjukkan bahwa perangkat teknologi termasuk media sosial, mampu mempengaruhi kesehatan mental remaja.

Liputan6.com, Jakarta Jika selama ini banyak orang tua sering menyalahkan teknologi sebagai preseden buruk pada kesehatan mental anak, mungkin persepsi tersebut agak berbeda dengan hasil penelitian terbaru.

Riset terbaru yang dilakukan oleh Universitas Oxford, Inggris, menunjukkan hanya ada "sedikit bukti" yang menunjukkan hubungan antara penggunaan tekonologi pada remaja dengan masalah kesehatan mental, seperti dikutip dari Forbes, Jumat (7/5/2021).

Riset ini mulai dilakukan sejak 30 tahun silam, dari tahun 1991. Objek yang diteliti terdiri atas lebih dari 430.000 remaja dari Inggris dan Amerika Serikat.

Para peneliti membandingkan indikator kesehatan mental seperti depresi dan masalah emosional dengan frekuensi menonton televisi, penggunaan media sosial dan penggunaan perangkat teknologi lainnya.

Peneliti menemukan penurunan kecil dalam hubungan antara televisi dan penggunaan media sosial, terhadap depresi pada mereka yang mengisi kuesioner selama periode tiga puluh tahun yang diteliti.

Pada periode yang sama, ada sedikit peningkatan dalam hubungan antara masalah emosional dan penggunaan media sosial, meskipun para peneliti mencatat dalam setiap kasus bahwa perubahannya kecil.

Karenanya, para peneliti mengatakan argumen yang umum digunakan bahwa platform dan perangkat media sosial berbahaya bagi remaja tidak didukung oleh data dan penelitian yang tersedia.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Pro dan Kontra

Teknologi sering disalahkan sebagai penyebab masalah kesehatan mental di kalangan anak-anak dan remaja. Masalah ini, bersama dengan kekhawatiran atas data privasi dan kesejahteraan online, mendorong konsensus yang kuat bagi para regulator untuk merancang aturan penggunaan teknologi.

Karenanya, Profesor Andy Przybylski, penulis senior studi tersebut, mengatakan masih terlalu dini untuk membuat kesimpulan tegas tentang hubungan antara penggunaan teknologi remaja dan kesehatan mental dan "tentu saja terlalu dini untuk membuat kebijakan atau peraturan." sebutnya.

Meski begitu, temuan ini masih mendapat sejumlah sorotan. Terutama karena studi ini hanya mengevaluasi waktu yang dihabiskan untuk menggunakan teknologi dan tidak meneliti bagaimana teknologi itu digunakan. Selain itu, studi ini sangat mengandalkan pelaporan diri, yang bisa jadi tidak akurat.

Sementara itu, dampak teknologi terhadap kesehatan mental remaja dan anak-anak adalah topik yang kompleks. Untuk anak-anak di bawah usia lima tahun, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan pada tahun 2019 agar mereka menghabiskan tidak lebih dari satu jam di depan layar sehari.

Untuk remaja, ada banyak laporan yang mengaitkan penggunaan media sosial dengan peningkatan bunuh diri dan depresi. Sebuah riset dari University College London (UCL) menunjukkan remaja perempuan memiliki tingkat depresi lebih tinggi dibanding anak laki-laki, yang berkaitan erat dengan tingkat konsumsi media sosial.

"Anak perempuan, tampaknya, berjuang dengan aspek-aspek kehidupan mereka lebih dari anak laki-laki dalam beberapa kasus," kata Profesor Yvonne Kelly, ketua peneliti dalam temuan tersebut, seperti dikutip dari The Guardian.

 

Reporter: Abdul Azis Said

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.