Sukses

Lion Air, `Singa` Lelet Terbang

6 pesawat Lion Air kompak delay atau terlambat terbang gara-gara ban bekas belum datang.

"Pesawat Lion Air delay", "penumpang Lion Air mengamuk". Kalimat-kalimat itu acap kali kita baca di media sosial, baik facebook maupun twitter. Demikian pula dalam pemberitaan di media massa. Foto wajah-wajah kecewa calon penumpang pun segera tersebar. Lengkap dengan segala caci makinya.

Yang terbaru, delay pesawat Lion Air terjadi pada Kamis 17 Oktober malam. Tak tanggung-tanggung, 6 pesawat maskspai berlogo kepala singa ini kompak terlambat terbang di Bandara Soekarno Hatta, Cengkareng. Penerbangan pesawat ke berbagai tujuan di Tanah Air ini tertunda 3 hingga 5 jam.

Seperti yang sudah-sudah, penumpang juga mengamuk kali ini. Pada Jamat (18/10/2013) pagi, lebih dari 100 calon penumpang memblokir loket Lion Air di Terminal 1A. Mereka bahkan melakukan sweeping, mencari petugas Lion Air.

"Ada petugas yang kena lemparan air dan makanan karena (penumpang) nggak sabar nunggu manajer datang," kata Jaka, salah satu calon penumpang pesawat Lion Air di Terminal 1A Bandara Soekarno Hatta.

6 pesawat Lion Air yang terlambat terbang di Bandara Soekarno Hatta itu adalah pesawat dengan nomor penerbangan 218 dan 208 tujuan Medan, pesawat nomor penerbangan 256 dan 356 tujuan Padang, pesawat nomor penerbangan 798 tujuan Ujung Pandang-Jayapura, dan pesawat dengan nomor penerbangan 584 tujuan Surabaya.

Gara-gara Ban Bekas

Direktur Umum Lion Air Edward Sirait mengatakan keterlambatan 6 pesawat itu disebabkan kurangnya ban. Maklum, saat ini ada 12 pesawat Lion Air yang sesuai aturan bannya harus diganti. Penggantian ban ini memang harus dilakukan secara berkala.

"Memang kami kemarin ada masalah kekuranganan ban. Untuk keselamatan penumpang kami tidak terbangkan dan menunggu diganti," kata Edward Sirait saat dihubungi Liputan6.com.

Lion Air, kata Edward, sebenarnya tengah menunggu ban rekondisi yang dikirim dari Hongkong untuk mengganti ban 12 pesawat tersebut. Ban yang ditunggu itu merupakan ban bekas yang sebelumnya dikirim oleh Lion ke Hongkong untuk direkondisi.

Setelah diperbaiki, ban bekas itu dikirim lagi ke Indonesia melalui laut. Namun sayang, ban-ban itu tertahan di pelabuhan. Dari 7 kontainer ban yang dikirim dari Hongkong, hanya 2 kontainer yang bisa diambil.

"Jadi ban kami tertahan di Tanjung Priok," tutur dia. "Kita ada vulkanisir, itu memang boleh dan maskapai lain juga pakai," tambah Edward.

Lion Air tak bisa mengambil paket ban itu karena ada aturan baru soal impor barang bekas. Menurut Edward, manajemen Lion Air harus memenuhi sejumlah syarat jika ingin mengambil paket mereka. Apesnya, manajemen Lion Air baru tahu aturan itu. Alamak...

"Ternyata ada aturan baru, terkait impor barang bekas, jadi harus dilakukan persyaratan tertentu. Kami baru tahu ada perubahan aturan itu kemarin, kalau ban baru nggak masalah," kata Edward.

Untuk mengatasi keterlambatan penerbangan, kata Edward, sebenarnya Lion Air sudah melakukan upaya. Mereka mendatangkan sejumlah ban baru melalui jalur udara pada Sabtu yang lalu. Tapi, jumlahnya terbatas.

"Sehingga menyebabkan 6 pesawat delay. Kami nggak mau paksa terbang, kalau memang bannya aturannya harus ganti, ya ganti," tutur dia.

Atas keterlambatan itu, Lion Air minta maaf kepada seluruh penumpang. Lion air juga minta maaf karena tidak bisa langsung memberikan uang kompensasi atas keterlambatan tersebut. Namun, Edward memastikan kompensasi itu akan dibayarkan.

"Kami mohon maaf, itu di luar prediksi kami. Ini bukan masalah pesawat atau kru. Kami juga nggak bisa bayar kompensasi secara cash karena sudah lewat jam 12 malam, uangnya sudah disetorkan. Kami juga tidak bisa lewat transfer dari ATM, karena itu bank to bank. Tapi akan kami bayar sesuai aturan," papar Edward.

Kenapa Selalu Lion?

Sejatinya, bukan hanya Lion Air yang pernah terlambat terbang. Setali tiga uang, semua maskapai juga pernah menunda penerbangan itu. Meski begitu, protes tak sedemikian keras jika maskapai lain yang telat. Kalau yang telat itu Lion Air, ya sudah... caci maki merebak, terutama di media sosial.

"Kenapa cuma Lion Air yang ribut? Apakah penanganan keterlambatannya yang kurang baik?" tanya Kepala Pusat Komunikasi Publik Kementerian Perhubungan Bambang S Ervan.

"Apakah ada pelayanan-pelayanan yang kurang? Ini yang harus menjadi perhatian manajemen Lion Air. Itu sudah kami sampaikan kepada teman-teman di Dirjen Perhubungan Udara," tambahnya.

Pertanyaan Bambang itu bukannya tanpa alasan. Sebab, sesuai data dari Kementerian Perhubungan menunjukkan bahwa Lion Air bukan maskapai yang terjelek dalam On Time Performance (OTP). Lion Air bukan yang "ter-delay".

"On Time Performance (OTP) atau ketepatan waktu Lion Air bukan yang terjelek. Angkanya juga beda-beda tipis dengan maskapai lain," ujarnya.

Data Kementerian Perhubungan dari bulan Januari hingga Juni 2013, diketahui Lion Air menduduki peringkat ke-7 soal ketepatan waktu jadwal penerbangan. Masih ada maskapai lain yang lebih delay. "Hampir semua maskapai itu delay," jelas Bambang.

Berikut peringkat On Time Performance maskapai Januari-Juni 2013:
1. Garuda Indonesia 87,24%
2. Batik Air 83,4%
3. Tigerair Mandala atau Mandala Airlines 81,76%
4. Sriwijaya Air 80,34%
5. Wings Air 79,38%
6. Citilink 77,8%
7. Lion Air 75,8%
8. Indonesia AirAsia 74,7%
9. Merpati Nusantara Airlines 70,46%

(Eks)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini