Sukses

Mau Tak Mau, Mereka Tak Berlebaran

Mereka tak bisa berbuat banyak selain menunggu. Hanya menghabiskan uang jalan.

Dengan bertelanjang dada, pria paruh baya itu menunggu giliran berlayar. Matanya menatap kosong, seperti bengong. Rupanya ekspresi itu bentuk menahan rindu kepada keluarga. Adalah Suyatno (47), seorang sopir truk tronton, yang serius memandangi lalu lintas yang padahal tak ramai di Jalan Flourida. Tepat berada di depan warung nasi padang tempat truknya terparkir selama 3 hari.

Warung tempatnya menghabiskan kopi dan waktu itu terletak beberapa ratus meter sebelah timur Pelabuhan Merak, Banten. Truk-truk itu menunggu izin petugas Dinas Perhubungan untuk melintas menyeberangi Selat Sunda. Mereka tak bisa berbuat banyak selain menunggu. Hanya menghabiskan uang jalan.

Suyatno tak sendiri. Dia bersama sejumlah sopir menghabiskan waktu ditemani kopi dan berbatang-batang rokok. Beberapa awak truk lainnya tampak asik bermain kartu sambil bersenda gurau.

Nggak mudik? "Ndak Mas. Pengen sih Mas," lirih Suyatno dengan logat Jawa Timur yang khas kepada Liputan6.com di Merak, Selasa (6/8/2013).

Masih dengan asap rokok yang mengepul dari bibirnya, Suyatno bercerita. Dia punya seorang putra, namanya Ahmad Ramadhani (18), seorang putri, Aisyah Putri (15), dan tentunya seorang istri, Siti (43). Istri yang telah hampir 2 tahun tak ditengoknya. Keluarga itu hanya berkomunikasi nirkabel, bersarana pulsa, tanpa bersua satu sama lain.

Meski lahir dan besar di Tulungagung, Jawa Timur, Suyatno telah lama dan menetap di Jambi, sebagai salah satu penyukses program Transmigrasi pada tahun 80-an dulu. Di Tulungagung, Suyatno sudah tak miliki kerabat, seluruhnya telah berada di Jambi. Kedua anaknya itupun lahir di pulau Sumatra, bukan lagi putra-putri asli kelahiran Jawa.

Waktu 2 tahun tentu membuat Suyatno merasa rindu dengan keluarganya, terutama anak-anaknya. "Pengen mas, Lebaran ini bisa kumpul. Salat Ied bareng sama anak-anak," kata dia.

Namun apa daya, dirinya hanya seorang sopir, yang mengangkut bahan mentah tekstil dari kawasan Panjang, Lampung ke kawasan industri di Tangerang, maupun Bekasi. Namun terkadang Suyatno harus mengantar sampai Semarang, Jawa Tengah.

Terlebih lagi pada musim mudik seperti saat ini, Suyatno harus melalui perjalanan yang lebih panjang. Bukan jarak yang bertambah, namun waktu tempuh menjadi lebih lama. Sebab truk-truk pengangkut bahan yang tak akan busuk akan dipaksa untuk mengalah kepada para pemudik.

"Biasanya kalau memang bejo (beruntung), bisa nyeberang pas (malam) takbiran. Kalau ndak, ya nunggu lagi," kekeh Suyatno yang menganggap menunggu itu menggelikan.

Untuk Lebaran tahun ini, Suyatno hanya bisa pasrah. Dia berharap, tahun selanjutnya dapat berkumpul bersama keluarga. Bahkan, jika perlu dia mengatakan ingin beralih profesi, tak lagi jadi sopir. Pilihannya, buka usaha kecil-kecilan di rumah, agar bisa mendampingi anak-anaknya tumbuh dewasa.

Rindu Keluarga

Dengan muka tak kalah masam, penuh kebosanan, Indra (27), kernet yang sedari tadi tampak sibuk mengontrol angin ban truk Suyatno mengutarakan hal yang sama. Indra ingin pulang. Berkumpul di hari yang Fitri bersama keluarga.

Meski masih lajang, Indra yang telah mengikuti Suyatno di jalanan selama hampir 2 tahun, ingin sekali dapat merayakan Lebaran di rumahnya, di Jambi.

"Sudah lama Mas nggak pulang. Pengen banget rasanya. Apalagi kalau lihat tv. Ada iklan kumpul keluarga, jadi inget ibu di rumah," kata Indra, yang tak pernah pulang selama mengikuti Suyatno.

Indra menuturkan, waktu tunggunya kali ini masih belum seberapa bila dibandingkan dengan Lebaran tahun lalu. "Ini baru 3 hari. Paling 2 hari lagi juga bisa nyebrang. Tahun kemarin, semingguan mas," kata Indra.

Senada dengan supirnya, Indra mengatakan hanya bisa pasrah, mengalah dengan para calon pemudik lainnya. Masih banyak 'Suyatno' dan 'Indra' lainnya di luaran sana.

Meskipun pelabuhan Merak pada H-2 jelang lebaran telah sepi pemudik. Namun petugas tak juga memasukkan truk-truk pengangkut bahan non-sembako, seperti yang dikendarai Suyatno. Petugas pelabuhan tetap mendahulukan penumpang, pemudik motor, dan pemudik mobil.

Mau tak mau, mereka tak bisa berlebaran. Apalagi bersama keluarga. (Riz/Ism)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.