Sukses

Kebun Teh Malabar, Warisan Bosscha yang Memesona

Kebun Teh Malabar, Pangalengan, Bandung, Jabar, adalah obyek agrowisata bernilai sejarah tinggi. Perkebunan seluas 1.300 hektare ini dibangun Karel Albert Rudolf Bosscha pada 1896.

Liputan6.com, Bandung: Kebun Teh Malabar, Pangalengan, Bandung, Jawa barat, adalah obyek agrowisata yang memesona dan bernilai sejarah tinggi. Bahkan wartawan senior Bondan Winarno dalam sebuah catatan Jalansutra-nya mengklaim, tiwok (tea walk) atau jalan-jalan di kebun teh pertama kali digelar di perkebunan yang dibangun pada 1896 ini.

Kebun Teh Malabar dibangun oleh seorang Belanda kaya raya bernama Karel Albert Rudolf Bosscha (1865-1928). Bahkan Bosscha telah menjadi bagian tidak terpisahkan dari keberadaan perkebunan Malabar hingga saat ini. Dia tidak merasa kesepian hidup di Malabar kendati membujang hingga akhir hayatnya. Saking, cintanya kepada Malabar, Bosscha pun berwasiat agar dikebumikan di lokasi perkebunan teh yang kini luasnya mencapai 1.300 hektare ini.

Nama Malabar konon berasal dari bahasa Arab. Kata "mal" berarti uang dan "abar" berarti sumur atau sumber. Memang, sejak dari zaman Bosscha hingga kini Kebun Teh Malabar menjadi tambang uang PT Perkebunan XIII.

Di puncak Kebun Teh Malabar yang tingginya sekitar 2.000 meter dari permukaan laut, terdapat vista point atau titik pemandangan yang berbentuk saung. Di sanalah konon Bosscha kerap menghabiskan kesendiriannya sambil minum teh. Dari sana pula Bosscha setiap hari memandang Kota Bandung. Di puncak itu pula kini masih berdiri kokoh rumah Bosscha yag terawat cukup baik.

Di tengah-tengah Kebun Teh Malabar Bosscha juga membangun dua pabrik teh yang kini masih berfungsi. Untuk menjalankan mesin-mesin pabrik, Bosscha juga membangun pembangkit listrik dengan membendung Sungai Cilaki. Pembangkit itu kini masih berfungsi.

Bosscha dikenal juga sebagai pendiri observatorium di Lembang yang telah didambakan oleh perhimpunan ahli astronomi Hindia Belanda (Nederlands Indische Sterrenkundige Vereeniging). Bersama astronom Dr. J Voute, Bosscha pergi ke Jerman untuk membeli Teropong Zeiss. Pembangunan observatorium Bosscha dimulai pada 1923. Teropong Zeiss sendiri tiba pada 1928 dan diserahkan secara resmi kepada NISV pada 7 Juni 1928. Tanggal ini kemudian diperingati sebagai hari pertama dioperasikannya teropong Zeiss.(YYT/Esther Mulyanie dan Binsar Rahardia)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini