Sukses

SARS Menghantui Dunia

Jumlah korban tewas akibat virus Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) mencapai 78 orang dari 2.000 kasus lebih. Sejumlah negara dari berbagai belahan dunia memberlakukan darurat SARS.

Liputan6.com, Pontianak: Virus Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) kian menakutkan. Sejauh ini, jumlah korban tewas akibat penyakit ini mencapai 78 orang dari 2.000 kasus lebih. Tak heran sejumlah negara dari berbagai belahan dunia memberlakukan darurat SARS. Tengok saja, instruksi Presiden Megawati Sukarnoputri dalam Rapat Kabinet Terbatas di Jakarta, Kamis (3/4). Dia memerintahkan menteri terkait lebih serius untuk menangani wabah sindrom saluran pernapasan akut atau SARS sehingga tak menakutkan masyarakat. Sejatinya, Presiden meminta penanganan wabah penyakit mematikan itu secara maksimal dengan memeriksa secara ketat warga yang diduga tertular. Sedangkan terhadap orang yang baru datang dari luar negeri, seperti Singapura, Hongkong, dan Cina, Megawati memerintahkan untuk dilakukan pemeriksaan medis. "Jika teridentifikasi SARS, mereka segera dikarantina," kata Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat Jusuf Kalla mengutip ucapan Megawati seusai Rapat Kabinet Terbatas.

Sejauh ini, menurut informasi yang diperoleh SCTV, dua pasien yang diduga menderita penyakit SARS dirawat di Rumah Sakit Penyakit Infeksi Profesor Doktor Sulianti Saroso, Jakarta Utara. Mereka dirawat sebagai pasien infeksi paru-paru. Sedangkan seorang lagi telah meninggal dunia. Kepala Dinas Kesehatan Jakarta dokter Chalik Masulili mengatakan Lembaga Penelitian Pengembangan Departemen Kesehatan telah mengambil tiga sampel darah ketiga pasien tersebut. Sampel darah mereka akan dikirim ke Atlanta, Amerika Serikat untuk memastikan positif-tidaknya mereka menderita SARS.

Dari Semarang, Jawa Tengah, dilaporkan, Siti Aminah, tenaga kerja wanita dari Hongkong masih ditempatkan di Ruang Isolasi RS Karyadi, meski dipastikan tak terserang virus SARS [baca: Siti Aminah Dipastikan Bebas SARS]. Warga Desa Wonosari, Kabupaten Kendal, Jateng, ini dinyatakan pihak RS menderita flu berat dan radang paru-paru medium. Kendati demikian, pihak rumah sakit belum mengizinkan Siti dijenguk keluarganya.

Rahmat, ayah Siti membenarkan bahwa setiba dari Hongkong anak kelima dari tujuh bersaudara itu dalam kondisi sesak napas dan sempat jatuh pingsan beberapa kali. Rahmat juga mengungkapkan bahwa saat di negeri bekas koloni Inggris itu anaknya telah mendapat pengobatan dokter setempat. Namun demikian, Rahmat mengaku pasrah dengan kondisi putrinya yang kini masih terbaring lemas di rumah sakit.

Sementara itu, seorang tenaga kerja Indonesia di Hongkong dilaporkan positif mengidap penyakit SARS. TKI asal Jawa Timur ini kini dirawat di RS Queen Elizabeth Hongkong. Kepala Bidang Penerangan Konsulat Jenderal RI di Hongkong Didi Duatmadji menyatakan, kepastian kabar itu diketahui pada 30 Maret silam dari RS Queen Elizabeth. Pekerja perempuan itu telah dirawat sejak 15 Maret di rumah sakit tersebut.

Saat ini jumlah TKI di Hongkong mencapai 74 ribu orang. Untuk mencegah menyebarnya SARS di antara para TKI, Konjen RI di Hongkong menyebarkan selebaran dan siaran radio berbahasa Indonesia. Mereka diimbau menghentikan sementara acara berkumpul bersama setiap Sabtu.

SARS telah menyebar di 18 negara. Berdasarkan data Badan Kesehatan Dunia Perserikatan Bangsa-Bangsa (WHO) Cina menjadi negara yang paling banyak ditemukan kasus penyakit yang belum ditemukan obatnya ini. Sebanyak 46 orang tewas dan lebih dari 1.000 orang dilaporkan diduga terinfeksi SARS di negeri itu.

Sedangkan Hongkong menempati urutan kedua kasus SARS setelah Cina. Sejauh ini, jumlah penderita SARS di Hongkong mencapai 708 orang dan enam penderita telah meninggal dunia. Otoritas Hongkong telah menerapkan keadaan darurat SARS. Sekolah-sekolah di sana juga telah ditutup untuk sementara. Bukan hanya itu. Lebih dari 200 orang yang diduga menderita SARS telah dipindahkan ke tempat penampungan. Saat ini juga warga Hongkong beralih menggunakan obat-obatan tradisional untuk mencegah penularan SARS sambil menunggu para ahli medis menemukan penawarnya.

Sementara di Jepang, dilaporkan 14 orang diduga tertular SARS. Untuk mengantisipasi penyebaran penyakit ini, Pemerintah Negeri Matahari Terbit hari ini mengeluarkan larangan berkunjung ke Hongkong dan Provinsi Guangdong, Cina, bagi warganya. Peringatan serupa juga dikeluarkan WHO, Rabu kemarin. Larangan itu memang tak berlaku bagi mereka yang berkunjung ke negara lain. Meski demikian, sejumlah warga Jepang yang akan bepergian ke luar negeri melalui Bandar Udara Internasional Tokyo terlihat menggunakan masker. Bahkan, bagi mereka yang akan ke Taiwan langsung membawa masker dari Jepang.

Penyakit sindrom saluran pernapasan akut diduga pertama kali muncul di selatan Cina, wilayah Guangdong. Diduga virus ini berasal dari hewan. Virus ini kemudian menyebar di sejumlah negara. Kanada, Vietnam, Jerman, Amerika Serikat, Taiwan, Thailand, Swiss, Italia, dan Australia telah melaporkan warganya terserang SARS. Bahkan, wabah ini telah melanda Amerika Latin.

Brasil, negara Amerika Latin pertama yang mengumumkan seorang penderita SARS. di negerinya. Kini orang itu dirawat di RS Albert Einstein. Orang yang dimaksud adalah wartawan Inggris yang baru tiba di San Paulo, Brasil, setelah meliput balap mobil Formula Satu di Sepang, Malaysia. Sebelum tiba di Brasil, dia sempat transit di Singapura dan London, Inggris.

Ketakutan terhadap penyebaran SARS juga merasuki Selandia Baru. Buntutnya, mereka menolak rombongan delegasi Cina berjumlah 43 orang yang akan menghadiri Konferensi Kesehatan di Masterton [baca: Delegasi Cina Ditolak di Selandia Baru]. Pemerintah Selandia Baru khawatir ke-43 orang itu membawa masuk virus SARS.(AWD/Tim Liputan 6 SCTV)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini