Sukses

5 Desa Terdampak Gempa Garut, Belum Ada Laporan Titik Pengungsian

Sebanyak 5 desa di 3 kecamatan di Kabupaten Garut, Jawa Barat, terdampak gempa bumi tektonik berkekuatan Magnitudo 6.1 pukul 16.53 WIB.

Liputan6.com, Jakarta Sebanyak 5 desa di 3 kecamatan di Kabupaten Garut, Jawa Barat, terdampak gempa bumi tektonik berkekuatan Magnitudo 6.1 pukul 16.53 WIB.

Gempa bumi yang terjadi di kedalaman 118 km darat Barat Daya Kabupaten Garut itu, awalnya terdeteksi oleh Badan Meteorolagi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) berkekuatan M 6.4.

Menurut Kepala Seksi Kedaruratan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Barat, Hadi Rahmat, akibat bencana alam tersebut sementara terdapat 6 rumah mengalami kerusakan.

Di mana rinciannya 1 unit sarana pendidikan juga terimbas. Selain itu, satu orang juga disebut terluka.

“6 unit bangunan rusak. Rinciannya 5 unit rumah terdampak dan 1 unit sarana pendidikan rusak ringan. 1 orang terluka yang lainnya masih dalam pendataan,” ujar Hadi dalam keterangan tertulisnya, Sabtu (3/12/2022).

Meski demikian, Hadi menerangkan sampai saat ini belum diterima laporan soal adanya titik pengungsian akibat gempa Garut.

 

**Liputan6.com bersama BAZNAS bekerja sama membangun solidaritas dengan mengajak masyarakat Indonesia bersedekah untuk korban gempa Cianjur melalui transfer ke rekening:

1. BSI 900.0055.740 atas nama BAZNAS (Badan Amil Zakat Nasional)2. BCA 686.073.7777 atas nama BAZNAS (Badan Amil Zakat Nasional)

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Minta Penyelamatan Kebencanaan Masuk Kurikulum Khusus

Sebelumnya, bencana yang terjadi di Indonesia tidak hanya mengancam keselamatan penduduk semata, tetapi juga mengancam sejumlah sekolah.

Oleh sebab itu, Ketua DPD RI, AA LaNyalla Mahmud Mattalitti, berharap materi penyelamatan kebencanaan masuk kurikulum khusus.

Menurut dia, bencana yang terjadi tak jarang memakan korban siswa yang masih melakukan aktivitas di lingkungan sekolah.

"Kebencanaan seperti gempa bumi, banjir dan longsor datangnya seringkali tidak terduga dan memakan korban. Para siswa belum mampu melakukan penyelamatan diri dan berpotensi menjadi korban," kata LaNyalla, Sabtu (3/12/2022).

Untuk itu, dia mendorong agar penyelamatan diri saat menghadapi kebencanaan dimasukan ke dalam kurikulum sekolah atau kurikulum khusus.

"Artinya, sekolah yang berada di daerah rawan bencana, materi penyelamatan kebencanaan lebih dianjurkan untuk dipelajari secara mendalam," papar LaNyalla.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.