Sukses

5 Penyair Ternama dan Isu Sastra yang Diangkat Saat Temu Penyair Asia Tenggara 2022

Kegiatan Temu Penyair Asia Tenggara (TPAT) 2022 di Padangpanjang, Sumatera Barat berlangsung semakin menarik dan edukatif.

Liputan6.com, Jakarta Kegiatan Temu Penyair Asia Tenggara (TPAT) 2022 di Padangpanjang, Sumatera Barat berlangsung semakin menarik dan edukatif. 

Lima penyair ternama dari berbagai negara kembali membahas isu sastra yang ada di Asia Tenggara berdasarkan negara asal para penyair, di Aula Teater Institut Seni Indonesia (ISI) Padangpanjang, Sumatera Barat pada Kamis (1/12/2022). 

Lima penyair ini di antaranya Zafri Ariff dari Brunei Darussalam, Raudal Tanjung Banua (Indonesia), Asst. Prof. Dr. Phaosan Jehwae, M.Ed (Thailand), Mani Suor (vietnam) dan Abe Barreto Soares (Timor Leste).

Zefri Ariff pada bahasannya membahas “Sastra Digital Brunei di Media Sosial”, di mana adanya keberagaman tematik dan penerimaan secara inklusif dan eksklusif.

Sedangkan dari Indonesia, Raudal Tanjung Banua membahas mengenai Sastra (di) Asia Tenggara: Serumpun yang Tak Bercanggah”. 

Dikatakan, di kawasan Asia Tenggara ada penyair atau sastrawan diaspora, meski semakin ke sini semakin jarang terjadi berkebalikan dengan fenomena pengarang diaspora di kawasan global.

"Selepas generasi Djamal Tukimin, penyair Singapura yang berdarah Jawa (Purwokerto), misalnya atau lebih jauh Abdul Rahim Kajai, penulis Malaysia berdarah Minangkabau, hampir tidak pernah kita dengar sastrawan diaspora yang mengakrabi wilayah-wilayah kawasan ini," ujarnya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Nasionalis hingga Pemasalahan Sosial

Dari Timor Leste, Abe Barreto Soares membahas nasionalisme Timor Leste ditinjau dari sudut pandang para penyairnya. Masalah nasionalisme, kata Abe, selalu menjadi sebuah topik yang menarik untuk dibahas, terutama di negara seperti Timor Leste yang mengalami masa penjajahan pada zaman pemerintahan Portugis dan Indonesia.

Sementara itu, Phaosan Jehwae membahas "Puisi Edukasi Penyelesaian Permasalahan Sosial di Patani Selatan Thai". Menurutnya, Sastra Melayu di tiga provinsi perbatasan selatan Thailand seperti rekaman pengalaman hidup manusia. Sastra sebagai karya seni kreatif yang disampaikan dalam bentuk bahasa dan sastra, sebagai dua hal yang berbeda.

Tiga permasalahan yang dibahas di antaranya, sintesis masalah sosial di Patani tiga provinsi perbatasan selatan Thailand, mengkarya puisi edukasi penyelesaian permasalahan sosial di Patani dan mewujudkan tanggung jawab pemuda terhadap masalah sosial di Patani.

Sebelum kelima penyiar ini tampil, sudah ada tiga penyair lain yang sudah melaksanakan diskusi sastra di Kubu Gadang.

 

(*)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini