Sukses

BNPB: Bencana Hidrometeorologi Basah Dominan Landa Indonesia dalam Sepekan

Plt Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari mengatakan, selama sepekan terhitung dari 14-20 November 2022 Indonesia dilanda bencana hidrometeorologi basah.

Liputan6.com, Jakarta Plt Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari mengatakan, selama sepekan terhitung dari 14-20 November 2022 Indonesia dilanda bencana hidrometeorologi basah.

"Kalau kita lihat satu minggu tanggal 14-20 November 2022 kita dominan di Indonesia ini bencananya itu adalah bencana Hidrometeorologi Basah," kata Abdul dalam siaran langsung Youtube BNPB Indonesia, Senin (21/11/2022).

Dia menjelaskan bencana hidrometeorologi basah itu seperti banjir, cuaca ekstrem, dan tanah longsor.

"Ada 57 kali kejadian bencana, ini naik dari minggu sebelumnya," kata Abdul.

Jumlah ini, kata dia, meningkat dari pekan sebelumnya. Selain itu, kenaikannya pun cukup signifikan.

"Minggu sebelumnya kita ada 36 kali kejadian bencana. Ini naik cukup signifikan," ungkap Abdul.

Penyebaran bencana dominan terjadi di Pulau Jawa. Selain Pulau Jawa, di Aceh pun banjir juga terjadi dengan durasi yang lama.

"Ini distribusinya, yang pasti pulau Jawa itu tetap dominan kejadian bencananya dan kita lihat juga Provinsi Aceh yang juga dilanda banjir dengan durasi cukup lama," jelas Abdul.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Lebih Cepat Surut

Kendati penyebaran bencana hidrometeorologi basah seperti banjir didapati dominan di Pulau Jawa, Abdul menyampaikan banjir di Pulau Jawa surut lebih cepat dibandingkan dengan provinsi lain di Indonesia.

"Untuk Jawa meskipun sering terjadi banjir surutnya cukup cepat, 1-2 hari ini tidak ada lagi yang masih tergenang," ucapnya.

Lebih lanjut, Abdul menambahkan faktor lingkungan menjadi penentu cepat atau surutnya banjir di suatu wilayah. Menurut dia, banjir dapat surut lebih cepat karena lingkungan yang masih terjaga.

"Kalau kondisi lingkungan, daya dukung, daya tampung, dan kondisi ekosistem, pohon, daerah hutannya masih lebih dari 30 persen itu masih terjaga maka kemungkinan banjir surut lebih cepat itu besar," katanya.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.