Sukses

Tersulut Cemburu Pertemanan, Motif Pembunuhan Perempuan yang Jasadnya Ditemukan di Kolong Tol Becakayu

Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya Kombes Pol Hengki Haryadi menerangkan, sakit hati muncul saat pelaku melihat postingan di akun media sosial milik S pada Agustus 2021.

Liputan6.com, Jakarta - Teka-teki tewasnya AYR atau Icha (36) terpecahkan. Jasad wanita itu ditemukan di Tol Becakayu, Jatibening, Bekasi pada Senin malam, 17 Oktober 2022.

Banyak fakta yang akhirnya terkuak usai sang pelaku yakni Christian Rudolf Tobing (36) tertangkap. Polisi mengungkap, pembunuhan dilatarbelakangi karena pelaku merasa sakit hati.

Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya Kombes Hengki Haryadi menerangkan, sakit hati muncul saat pelaku melihat postingan di akun media sosial milik S pada Agustus 2021.

Hengki menyebut, S sebenarnya juga ditarget oleh pelaku. Bersama, satu orang lagi berinisial H.

"Terlihat foto di mana saat S mengadakan acara ada salah satu teman pelaku yang saat ini bermusuhan dengan pelaku si H. Di situlah pelaku merasa tersakiti atau dikhianati oleh teman-temannya," kata Hengki dalam keterangan kepada wartawan, Minggu (23/10/2022).

Hengki menerangkan, pelaku saat itu masih bisa membendung amarahnya. Namun, pelaku kembali tersulut emosi usai menyaksikan kembali foto-foto di akun media sosial pada Maret 2022. Terbesitlah, niatan dari pelaku untuk menghilangkan nyawa ketiga temannya tersebut.

"Pada saat itu setelah ulang tahun anaknya pelaku kembali melihat medsos dan melihat foto-foto di media sosial bahwa calon korban atas nama H, I dan S masih bersama saat merayakan natal ataupun kegiatan-kegiatan lain secara bersama. Pelaku merasa lebih sakit hati lagi dan berniat untuk menghabisi ketiganya," papar Hengki.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Target Pelaku

Sementara itu, Kasubdit Jatanras Ditreskrimum Polda Metro Jaya, AKBP Indrawienny Panjiyoga membenarkan menarget tiga orang. Adapun, ketiganya yakni korban inisial I dan dua orang lain yakni H dan S.

"Tiga orang yang akan dieksekusi oleh pelaku karena sakit hati. Dua teman pelaku yaitu korban sendiri atas nama I dan satu lagi kawan pelaku atas nama S itu terlihat foto bersama di acara pernikahan saudara S," ujar dia.

Panjiyoga menerangkan, pelaku dengan seorang calon korban berinisal H sejatinya punya hubungan pertemanan. Namun, terjadi selisih paham sehingga bermusuhan dengan pelaku.

"Calon target yang atas nama H ini dulunya kawan pelaku," ujar dia.

Panjiyoga menerangkan, skenario pembunuhan yang dirancang oleh pelaku.

Awalnya, pelaku menjadikan H sebagai target pertama. Ketika itu, pelaku mencoba menghubungi adik calon korban menggunakan salah satu sarana media sosial.

"Akhirnya bertukar nomor telepon dan berchatting untuk menanyakan calon korban," ujar dia.

Panjiyoga menerangkan, pelaku berkomunikasi dengan adik calon korban dengan dalih akan memeberikan kejutan kepada calon korban. Namun, gagal sehingga pelaku beralih kepada target berikutnya yakni Icha alias I.

"Namun itu tidak ditanggapi oleh adik calon korban yang berinisial H akhirnya pelaku mulai berpikir karena agak sulit dan harus bergeser ke target kedua yaitu I," ujar dia.

Panjiyoga menerangkan, pelaku mempertimbangkan sejumlah hal memilih I menjadi target selanjutnya. Panjiyoga menyebut, I dengan pelaku dahulu satu rekan komunitas dan pernah melakukan siaran bareng.

"Lalu pelaku tahu saudari I kalau pelaku mengajak podcast atau ngobrol bareng live, siaran youtube live, pelaku tahu saudari I ini pasti mengiyakan," ujar Panjiyoga.

Panji menerangkan, rencana pelaku membuat podcast rohani disambut koran. Keduanya lalu berjanji untuk bertemu pada Senin.

"Pada saat itu pelaku menjemput korban di daerah Kencana Tower Meruya setelah itu pelaku berjalan menuju apartemen di wilayah Jakpus di mana sebelumnya pelaku sudah menyiapkan apartemen tersebut untuk disewa 1 hari," terang dia.

Panjiyoga menerangkan, pelaku membahas podcast yang akan dibuat pada saat perjalanan menuju ke lokasi apartemen di wilayah Jakarta Pusat.

"Mereka akan begini begini, di situlah pelaku mulai melancarkan skenario bahwa akan ada sponsor dari kalung kesehatan, korban setuju," ujar Panjiyoga.

 

3 dari 3 halaman

Sewa Pembunuh Bayaran

Panjiyoga menerangkan, perbincangan perihal podcast kembali dilakukan pada saat di apartemen. Adapun, seolah-olah drama terjadi penculikan. Nyatanya, itu cuma kebohongan belaka.

"Jadi pelaku mengikat korban dengan kabel tis dan disetujui korban, pada saat kaki dan tangan terikat pelaku langsung berbicara dengan korban sebenarnya pelaku membohongi korban," ujar Panjiyoga.

Panjiyoga menerangkan, pelaku mencecar korban dengan sejumlah pertanyaan pada saat kondisi sudah terikat.

"Dia bilang ke korban kamu kenapa dekat dengan korban kamu kenapa dekat dengan H, di situlah terjadi perdebatan dan pelaku sempat menampar korban saat pelaku akan menutup mulut korban, korban sempet gigit tangan pelaku," ujar dia.

Panjiyoga mengatakan, pelaku terus memberondong korban dengan sejumlah pertanyaan. Bahkan, pelaku memeras dan menguras habis rekening korban.

"Lalu disitu pelaku menyampaikan kepada korban kamu akan ada di kubu mana? Saya atau H? Dan dijawab korban di bagian kamu, selanjutnya pelaku berbicara dengan korban kamu harus membantu saya dengan cara kamu memberikan saya sejumlah uang untuk membantu saya menghabisi saudari H," ujar Panji.

Panjiyoga menerangkan, pelaku mengalihkan uang sejumlah Rp 19,5 juta dari rekening korban.

"Pelaku juga sempat meminta korban menghubungi keluarganya untuk ditransfer uang sebesar Rp 10 juta," ujar dia.

Panjiyoga menerangkan, pelaku kembali menganiaya hingga korban meregang nyawa.

"Pelaku membunuh korban dengan mencekik," ujar dia.

Panjiyoga menyampaikan, pelaku sempat ingin menyewa pembunuh bayaran untuk menghabisi nyawa H. Rencana itu timbul tiga hari sebelum pelaku mengeksekusi korban inisial I atau Icha. Namun, niatan diurungkan karena terkendala biaya.

Fakta itu diperoleh usai polisi mendalami telepon genggam milik pelaku.

"Pelaku sempat searching di internet jasa pembunuh bayaran dan tarifnya, kenapa tidak jadi, kata pelaku karena tarifnya terlalu mahal dan pelaku tidak ssnggup, kemudian pelaku mensearching lagi bagaimana cara membunuh orang supaya tidak bersuara," ujar dia.

Panjiyoga menerangkan, uang yang diperoleh oleh pelaku dari korban inisial I atau Icha diduga untuk memuluskan rencana pelaku membunuh target lain.

"Keterangannya untuk operasional melakukan dua pembunuhan lagi target yang ditargetkan pelaku," tandas dia.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.