Sukses

Cerita di Balik Kesuksesan Mengolah Kain Perca Hingga Tembus ke Mancanegara

Lantaran merasa sisa kain dari kegiatan menjahit itu terbuang sia-sia, Lyna berpikir untuk memanfaatkan kain-kain tersebut.

Liputan6.com, Semarang Sejak 2019, Lyna Windiarti menjalankan usaha kerajinan dari kain perca. Usaha yang kini dikenal dengan merek Double Eight Craft hadir dengan sederet cerita panjang di belakangnya. 

Lyna, akrab disapa menceritakan, sebelum menggeluti dunia bisnis ini, dia adalah seorang penjahit pakaian wanita. Lantaran merasa sisa kain dari kegiatan menjahit itu terbuang sia-sia, Lyna berpikir untuk memanfaatkan kain-kain tersebut. 

"Waktu itu perca-percanya nggak saya buang. Saya simpan, saya kumpulkan akhirnya saya olah lagi menjadi produk seperti homedekor atau home tekstil yaitu sarung bantal, taplak meja, bad cover, sama cover sofa. itu awal usaha mulainya kerajinan perca," katanya saat ditemui di rumahnya Plamongan Indah Jln Sonokeling II D59, Kota Semarang, Kamis (13/10).

Agar produk tekstil yang dibuatnya laku dipasaran, Lyna mulai menjual kerajinan kain perca tersebut melalui jaringan pertemanan. Hingga suatu saat, Lyna mendapat perhatian dari Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi Jawa Tengah. 

Ya, usahanya mendapat binaan hingga akhirnya kian berkembang dan maju. Lyna bercerita, kontribusi yang dilakukan Pemprov Jateng sangat bagus karena dia mendapat pelatihan, seperti pelatihan HAKI, untuk mematenkan mereknya supaya mereknya tidak dipakai orang.

"Kemudian saya ikut lagi pelatihan manajemen yaitu pelatihan digital marketing. Kemudian saya ikut lagi pelatihan public speaking. waktu itu saya juga dapat dana hibah yaitu untuk mengelola Instagram itu untuk medsosnya," jelasnya. 

Tentu pelatihan tersebut berdampak bagi karena, lanjut Lyna, Instagram dagannya terbilang belum rapi. Namun setelah ikut pelatihan, medsosnya jadi rapi dan berhasil menghimpun banyak followers. 

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Double Eight Craft Tembus Pasar Mancanegara

Dari sejumlah pelatihan yang diterimanya, Lyna pun mulai bersaing dengan kerajinan lain. Usaha mengolah kembali kain perca mejadi produk sarung bantal, taplak meja, sama cover sofa tak sia-sia. Double Eight Craft miliknya berhasil merambah pasar nasional, bahkan mancanegara. 

"Penjualannya sekarang sudah sampai ke nasional yaitu ke pulau Sumatera sama pulau Kalimantan dan yang terakhir Alhamdulillah ada juga yang order untuk dibawa ke Belanda," terangnya.

Selain itu, pelatihan yang diberikan menjadikan Lyna berkemampuan public speaking yang bagus. Menurutnya, pelatihan itu sangat bermanfaat karena adanya kurasi. Baginya, kemajuan UMKM di Jawa Tengah tidak lepas dari sosok Ganjar Pranowo. Selama ini, Gubernur Jawa Tengah dua periode itu sangat memperhatikan UMKM.

"Sangat support istilahnya ada lapak ganjar juga yang membantu para UMKM. kemudian kalau pameran-pameran itu beliau selalu datang gitu. istilahnya support pada kami, itu luar biasa," kata Lyna yang berharap agar usahanya bisa menjadi lapangan pekerjaan bagi masyarakat.

"Ya semoga bisa menjadi lapangan pekerjaan. Untuk harga produk mulai dari Rp75 ribu sampai Rp3,5 juta," imbuhnya.

Dari data Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi Jawa Tengah, saat ini ada sekitar 3528 UMKM binaan. Pembinaan dilakukan salah satunya dengan memberikan pelatihan-pelatihan. Mulai dari peningkatan kualitas produk, packaging, marketing, dan manajemen.

 

3 dari 3 halaman

Genjot Pertumbuhan Ekonomi UMKM

Dalam kesempatan lain, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo berkomitmen untuk menggenjot pertumbuhan ekonomi, khususnya sektor UMKM. Menggandeng Bank Jateng, Ganjar memberikan bantuan pada 35 kabupaten/kota se-Jawa Tengah untuk pengembangan UMKM, masing-masing Rp1 miliar.

"Ini bentuk pembinaan kita. Kalau dari Bank Jateng, nanti seluruh kabupaten/ kota akan mendapatkan Rp1 miliar untuk membina UMKM," ujar Ganjar.

Tak hanya bantuan dana, Ganjar juga mengajak seluruh bupati/wali kota menjadi offtaker produk-produk UMKM. Jika ada kegiatan, belanja bisa dilakukan pada pelaku usaha kecil di daerahnya masing-masing.

"Sudah ada aturannya, 40%dari APBD digunakan untuk pengembangan UMKM. Maka kalau ada acara, belilah di UMKM. Apakah makanan kecil, baju, sepatu, ATK (alat tulis kantor), dan lainnya," ajaknya.

Untuk bisa melakukan itu, mesti ada pendampingan pada pelaku UMKM. Karena untuk bisa jualan menggunakan anggaran negara itu, harus masuk e-katalog. Ganjar menjelaskan bahwa saat ini Provinsi Jateng sudah memiliki aplikasi Blangkon. 

"Daerah mungkin bisa meniru dengan membuat aplikasi lain untuk mewadahi para pelaku UMKM jualan. Jadi kita bisa terus dampingi UMKM untuk bisa maju," jelasnya. 

 

(*)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.