Sukses

HEADLINE: Tokoh-Tokoh Populer Dideklarasikan Jadi Capres 2024, Peta Koalisinya?

Politik mulai panas. Sejumlah partai ambil ancang-ancang menuju pemilu 2024 dengan mendeklarasikan capresnya.

Liputan6.com, Jakarta - Politik mulai panas. Sejumlah partai ambil ancang-ancang menuju pemilu 2024 dengan mendeklarasikan capresnya.

Gerindra jadi partai pertama yang deklarasi capres. Partai berlambang kepala Garuda itu mengusung Ketua Umumnya, Prabowo Subianto, untuk bertarung di 2024. Hal itu diumumkan dalam Rapimnas di Sentul International Convention Center (SICC), 12 Agustus 2022.

Berikutnya NasDem. Partai pimpinan Surya Paloh itu bermanuver dengan mendeklarasikan Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan, sebagai capres, Senin (3/10/2022).

Masih di hari yang sama, PSI juga melakukan hal serupa. Bedanya, capres yang mereka usung adalah Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo.

Baik Prabowo, Anies, dan Ganjar merupakan tokoh-tokoh politik paling populer saat ini. Ketiganya selalu menduduki posisi tiga teratas secara bergantian dalam berbagai lembaga survei dengan elektabilitas tertinggi.

4 Poros

CEO Voxpol Center Research and Consulting, Pangi Syarwi Chaniago, mengatakan, secara simulasi ada empat poros menuju Pemilu 2024.

Keempat poros itu adalah Gondangdia (NasDem, PKS, Demokrat), Koalisi Indonesia Bersatu (Golkar, PAN, PPP), poros Gerindra-PKB dan poros PDIP.

Pangi mengatakan, walau secara kasatmata terlihat bakal ada empat poros, namun sejauh ini semuanya masih cair. "Jadi embrionya masih improvisasi, masih mungkin terjadi pergeseran, ada tambahan, mungkin juga ada yang kabur," kata Pangi kepada Liputan6.com, Kamis (6/10/2022).

Menurut Pangi, secara umum peta koalisi di Indonesia tidak terlalu kuat. Sebab, basisnya adalah transaksional pragmatis.

"Jadi jarang sekali berbasis ideologi, pragmatik atau visi-misi kebangsaan, itu jarang, itu hanya gimmick saja. Jadi saya lihat dinamikanya akan terasa, mungkin sekarang kelihatan ada beberapa, tapi nanti last minute, injury time, itu ada beberapa yang mengalami patahan backbone-nya atau bisa juga kemungkinan bertambah."

Faktor 'Orangnya Jokowi'

Senada, Analis Politik dan Direktur Eksekutif Aljabar Strategic, Arifki Chaniago, juga melihat potensi lebih dari dua poros di Pemilu 2024.

Ia juga yakin Presiden Jokowi masih punya peran dalam menentukan peta koalisi.

"Soal poros, menurut saya potensinya lebih dari dua. Kita lihat dari berbagai lembaga survei juga mengatakan seperti itu dengan Anies, Prabowo dan Ganjar. Namun karena yang muncul Anies duluan, makanya berbagai simulasi bisa muncul. Misal Prabowo maju untuk efek ekor jas (coat-tail effect) bagi Gerindra. Kita juga harus lihat nasib KIB, tentu mereka mau coat-tail effect juga. Tapi apakah dengan mengusung para Ketum di KIB? Atau menggunakan calon di luar KIB. Misal PDIP tak usung Ganjar, bisa jadi malah Ganjar diusung KIB," kata Arifki kepada Liputan6.com, Kamis (6/10/2022).

Arifki menjelaskan, pertarungan 2024 bukan hanya parpol, tapi juga kepentingan Presiden Jokowi tentang keberlanjutan pembangunan IKN dan infrastruktur lain. Jadi, faktor penentu Presiden atau 'orangnya Presiden' juga akan menentukan.

"Jadi, berapa pasang atau poros nantinya akan juga ditentukan oleh faktor Jokowi. Jika nantinya 3 pasang, tentu juga masih sangat besar peluangnya."

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 5 halaman

Pencalonan Anies Ubah Peta Politik

Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO), Dedi Kurnia Syah, menuturkan, pencalonan Anies sebagai capres oleh NasDem mengubah konstelasi politik. Diyakini salah satunya akan berdampak kepada PDIP untuk mencari calon yang sepadan melawan Anies.

"PDIP yang sangat mungkin akan kembali menggodok tokoh utamanya untuk menghadapi Anies. Bagaimanapun Anies menjadi penantang yang cukup kuat untuk kalangan partai saat ini," jelas dia.

Hal senada dikatakan Pengamat Politik Centre for Indonesia Strategic Actions (CISA), Herry Mendrofa. Menurut dia, koalisi-koalisi yang belum mengumumkan capres yang akan diusung, akan terdampak dengan pencalonan Anies.

Misalnya KIB yang mana Golkar sudah memutuskan mencalonkan Airlangga Hartarto, tetapi koalisinya sendiri belum deklarasi.

Lebih lanjut, pencalonan capres lebih dini akan menguntungkan koalisi dan calon yang diusung. Koalisi yang ingin memenangkan pertarungan, perlu mengumumkan lebih awal.

"Jika ingin memenangkan pertarungan elektoral, maka perlu mengumumkan bacapres untuk kepentingan branding dan penerimaan publik," kata Herry.

Herry mengungkapkan, langkah NasDem yang mengumumkan dukungannya untuk Anies merupakan hal yang wajar dalam konteks demokrasi dan pemenangan Pemilu 2024.

NasDem sedang mengukur sekaligus mempersiapkan coat-tail effect elektoral bagi partainya.

"Bahwa kemudian Anies jadi capres NasDem ini kan soal coat-tail effect elektoral bagi parpol juga karena elektabilitas Anies cukup konsisten di tiga besar," katanya.

3 dari 5 halaman

Menunggu Keputusan PDIP

Direktur Eksekutif Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC), Saidiman Ahmad, berpendapat, sudah saatnya PDI Perjuangan mengambil keputusan dan mengusung calon yang juga populer untuk melawan Anies.

Pasalnya, saat ini sudah ada tiga tokoh populer yang mencuat ke publik untuk menjadi kandidat Presiden 2024 mendatang dan sudah ada dua yang dideklarasikan sebagai capres oleh partai.

"Yang jelas dari tiga tokoh yang populer ini kan sudah ada dua capres yang dideklarasikan oleh partai. Pertama Prabowo oleh Gerindra dan kedua Anies oleh Nasdem," ungkap Saidiman.

Menurut Saidiman, PDI Perjuangan harus mengambil sikap merespons deklarasi tersebut. Saidiman berpendapat, PDI Perjuangan perlu mengusung calon yang juga populer. Ganjar merupakan opsi yang tepat untuk maju dalam Pilpres 2024.

"Karena yang dideklarasikan tokoh populer, saya kira ada kepentingan oleh PDI Perjuangan untuk mengusung calon yang juga populer, tidak lagi karena ada kepentingan elite tertentu, misalnya mengusung Puan Maharani yang tidak cukup kompetitif di tengah warga. Karena apabila salah menentukan pilihan, konsekuensinya kemungkinan PDI Perjuangan tidak akan menang dalam Pilpres 2024 nanti," tambah Saidiman.

Di mata Saidiman, Ganjar merupakan pilihan yang tepat. Dirinya juga semakin yakin, pilihan PDI Perjuangan akan semakin mengerucut pada sosok Ganjar.

"Saya kira satu-satunya kader PDI Perjuangan yang bisa mengalahkan Prabowo dan Anies itu hanya Ganjar. Jadi saya kira pilihannya sangat terbatas karena yang mereka lawan ini adalah tokoh populer. Setelah deklarasi (Anies) ini, saya kira PDI Perjuangan akan makin mengerucut kepada Ganjar karena hanya dia calon yang mampu bersaing," ujarnya.

4 dari 5 halaman

KIB Digoda Poros Gondangdia

Ketua DPP Partai Golkar, Ace Hasan Syadzili, menegaskan Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) tak terpengaruh adanya deklarasi capres NasDem. Ace justru menyebut KIB semakin solid.

“KIB sama sekali tak terpengaruh pengumuman capres NasDem. Justru KIB makin fokus konsolidasi akar rumput,” kata Ace saat dikonfirmasi Liputan6.com, Kamis (6/10/2022).

Ace juga membantah bahwa salah satu partai di KIB goyah dan mau berpaling dari koalisi. “KIB tetap solid dan tak terpengaruh manuver NasDem,” kata dia.

Pengumuman capres NasDem menurut Ace tak membuat KIB merasa harus cepat-cepat ikut deklarasi capres. Ia menyebut waktu deklarasi akan berada di akhir setelah semua konsolidasi internal selesai.

Meski demikian, Ace belum menyampaikan waktu pasti KIB akan deklarasi capres-cawapres.

“Rencana mengumumkan capres menjelang akhir. Tentu wakunya belum ditentukan, namun seperti yang disampaikan. Pak Airlangga figur capres-cawapres disampaikan menjelang kesimpulan akhir,” kata Ace.

Sementara itu, terkait deklarasi PSI yang mengumumkan nama Ganjar, Ace menyebut KIB menghormati langkah partai lain namun tidak menganggap hal itu beban.

“Kami menghormati langkah partai lain, termasuk PSI. Tapi kami tidak terpengaruh. Kita tetap fokus dengan KIB, dengan konsolidasi, dengan sampaikan visi-misi ke masyarakat,” pungkasnya.

5 dari 5 halaman

Siapa Kuda Hitam?

Di luar nama-nama yang menduduki posisi tertinggi di berbagai survei seperti Ganjar, Anies dan Prabowo, terdapat juga beberapa nama yang dinilai punya potensi jadi kuda hitam. Mulai dari Erick Thohir, Sandiaga Uno, AHY, Ridwan Kamil, Muhaimin Iskandar, hingga Khofifah Indar Parawansa.

Analis Politik dan Direktur Eksekutif Aljabar Strategic, Arifki Chaniago, mengatakan, meski belum bisa disandingkan dalam posisi capres, tapi potensi jadi cawapres dimiliki oleh para kuda hitam tersebut.

"Soal kuda hitam, ini punya korelasi ketika kita melihat koalisi. Tapi, yang realistis adalah apakah mereka mempunyai cakupan suara yang jelas. Misal Ridwan Kamil suaranya jelas di Jabar. Lalu Khofifah kita tahu kuat di Jatim," ucap Arifki.

"Kita juga harus melihat koalisi NasDem, bila jadi dengan PKS dan Demokrat, maka tentu kita tahu ada AHY. Tidak mungkin Demokrat mau berkoalisi dengan Anies dan NasDem jika tidak ada tawaran cawapres."

Menurut CEO Voxpol Center Research and Consulting, Pangi Syarwi Chaniago, pemilihan cawapres sangatlah krusial dalam mendulang suara.

"Ganjar, Anies, dan Prabowo ini kan capres papan atas. Tapi kalau salah gandeng cawapres, ya mereka bisa kalah, artinya posisi cawapres jadi kunci penentu kemenangan. Nah sekarang sejauh mana mereka mencari pasangan yang ideal dan potensial. Karena Ganjar, Anies dan Prabowo ini kan secara elektbilitasnya enggak leading sendirian, mereka kompetitif," pungkas Pangi.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.