Sukses

Cuaca Hari Ini Senin 15 Agustus, Jakarta Pagi Berawan, Siang Hujan

BMKG lewat peringatan dini cuacanya juga melaporkan adanya potensi hujan diselingi petir dan angin kencang di sejumlah wilayah di Jabodetabek.

Liputan6.com, Jakarta Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprakirakan cuaca wilayah DKI Jakarta pagi hari ini, Senin (15/8/2022) berawan tebal.

Siang nanti hujan intensitas ringan hingga sedang turun dihampir sebagian besar titik Ibu Kota dan berpotensi dibarengi petir dan angin kencang pada sore hingga malam. 

"Waspada potensi hujan disertai kilat/petir dan angin kencang dengan durasi singkat di Jaktim dan Jaksel pada sore dan malam hari," kata BMKG diperingatan dini cuaca hari ini, Senin (15/8/2022).

Sementara, daerah penyangga Jakarta diprediksi BMKG turun hujan pagi hari, terkecuali Tangerang. Siang nanti di sejumlah titik berawan dan hujan sedang. 

Berdasarkan peringatan dininya, BMKG kembali mengungkap potensi yang sama dengan wilayah DKI Jakarta. Hujan turun diselingi petir dan angin kencang untuk Bogor, Depok, Bekasi pagi ini hingga malam nanti. 

"Waspada potensi hujan yang dapat disertai kilat/petir dan angin kencang pada pagi, pada waktu siang hingga malam dan dini hari di wilayah Kab dan Kota Bogor, Kota Depok, Kab dan Kota Bekasi," jelas BMKG. 

Berikut informasi prakiraan cuaca untuk wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) selengkapnya yang dikutip Liputan6.com dari laman resmi BMKG:

 Kota  Pagi  Siang  Malam
 Jakarta Barat  Berawan Tebal  Hujan Ringan  Cerah Berawan
 Jakarta Pusat  Berawan Tebal  Hujan Ringan  Cerah Berawan
 Jakarta Selatan  Berawan Tebal  Hujan Sedang  Cerah Berawan
 Jakarta Timur  Berawan Tebal  Hujan Sedang  Cerah Berawan
 Jakarta Utara  Berawan Tebal  Berawan  Cerah Berawan
 Kepulauan Seribu  Berawan Tebal  Berawan  Cerah Berawan
 Bekasi  Hujan Ringan  Berawan  Hujan Sedang
Depok Hujan Ringan Hujan Sedang Hujan Sedang
Bogor  Hujan Ringan  Hujan Sedang  Hujan Sedang
Tangerang  Cerah Berawan  Berawan  Hujan Sedang

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

BMKG Ajak Masyarakat Jaga Kelestarian Alam

Sementara itu, Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengajak seluruh komponen masyarakat menjaga kelestarian alam supaya terhindar dari bencana alam akibat kencangnya laju perubahan iklim yang diperparah dengan kerusakan lingkungan.

Perubahan iklim dan kerusakan lingkungan, kata dia, memicu terjadinya cuaca ekstrem yang kemudian menjadi penyebab berbagai bencana alam hidrometeorologi seperti siklon tropis, banjir, banjir bandang, tanah longsor, puting beliung, gelombang tinggi laut, dan lain sebagainya.

"Cuaca ekstrem yang intensitasnya semakin sering dan durasinya semakin panjang ini juga mengancam ketahanan pangan nasional. Karenanya, untuk menjaga produktivitasnya, kami (BMKG) terus melakukan pendampingan kepada para petani dan nelayan agar mampu memitigasi dan beradaptasi dengan perubahan iklim," ujar Dwikorita saat peringatan Hari Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Nasional (HMKGN) di Jakarta, Kamis 21 Juli 2022 yang mengambil tema "SDM unggul, BMKG Andal, Indonesia Tangguh".

Risiko krisis pangan akibat cuaca ekstrem tersebut, lanjut Dwikorita, semakin diperparah dengan kondisi pasca Pandemi Covid-19 dan perang antara Rusia - Ukraina yang menganggu rantai pasok pangan dan energi global. Apabila hal ini terus dibiarkan, maka akan menjalar ke berbagai persoalan lainnya, termasuk ekonomi dan politik.

 

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS

3 dari 3 halaman

Dampak Nyata Perubahan Cuaca Ekstrem

Dwikorita menyebut saat ini sejumlah kajian menunjukkan dampak nyata perubahan cuaca ekstrem yang bersifat lokal dan global.

Berdasarkan analisis hasil pengukuran suhu permukaan dari 92 Stasiun BMKG dalam 40 tahun terakhir, menunjukkan kenaikan suhu permukaan lebih nyata terjadi di wilayah Indonesia bagian barat dan tengah.

Di mana, Pulau Sumatera bagian timur, Pulau Jawa bagian utara, Kalimantan dan Sulawesi bagian utara mengalami trend kenaikan > 0,3℃ per dekade.

Laju peningkatan suhu permukaan tertinggi tercatat terjadi di Stasiun Meteorologi Aji Pangeran Tumenggung Pranoto, Kota Samarinda (0,5℃ per dekade). Sementara itu wilayah Jakarta dan sekitarnya suhu udara permukaan meningkat dengan laju 0,40 – 0,47℃ per dekade.

"Secara rata-rata nasional, untuk wilayah Indonesia, tahun terpanas adalah tahun 2016 yaitu sebesar 0,8 °C dibandingkan periode normal 1981-2010 (mengikuti tahun terpanas global), sementara tahun terpanas ke-2 dan ke-3 adalah tahun 2020 dan tahun 2019 dengan anomali sebesar 0,7 °C dan 0,6 °C," imbuhnya.

Analisis BMKG tersebut, lanjut Dwikorita, senada dalam laporan Status Iklim 2021 (State of the Climate 2021) yang dirilis Badan Meteorologi Dunia (WMO) bulan Mei 2022 yang lalu. WMO menyatakan bahwa hingga akhir 2021, suhu udara permukaan global telah memanas sebesar 1,11 °C* dari baseline suhu global periode pra-industri (1850-1900), dimana tahun 2021 adalah tahun terpanas ke-3 setelah tahun 2016 dan 2020.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.