Sukses

Remaja Merupakan Kunci Utama dalam Penurunan Angka Prevalensi Stunting

Kementerian Komunikasi dan Informatika terus melakukan upaya sosialisasi pencegahan stunting, khususnya kepada generasi muda saat ini.

Liputan6.com, Karangasem Kementerian Komunikasi dan Informatika terus melakukan upaya sosialisasi pencegahan stunting, khususnya kepada generasi muda saat ini. Upaya tersebut dilakukan melalui diskudi publik yang diberi tajuk Kepoin GenBest: Anak Muda Masa Kini, Wajib Paham Gizi, Anti Nikah Dini di Karangasem, Jumat (12/8).

Diseminasi Informasi dan Edukasi Percepatan Penurunan Stunting menjadi fokus utama dalam diskusi tersebut. Hadir sebagai narasumber Direktur Informasi dan Komunikasi Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (IKPMK) Direktorat Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) Wiryanta, Koordinator Bidang Advokasi Penggerakan dan Informasi (ADPIN) Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Bali Desak Nyoman Triarsini, dan dr. Gia Pratama.

Diskusi publik tersebut dilakukan untuk mempersiapkan Indonesia menuju bonus demografi 2030. Dalam hal itu, Indonesia harus menyiapkan generasi unggul guna meningkatkan produktivitas nasional.

Salah satu hal yang penting dibahas adalah permasalahan stunting. Angka prevalensi stunting harus menjadi perhatian serius pemerintah, karena generasi unggul di masa depan akan tercipta jika mereka bebas dari stunting.

Menurut Wiryanta, pada tahun 2030 Indonesia akan mendapatkan berkah bonus demografi di mana pada saat itu penduduk Indonesia akan didominasi oleh kelompok usia produktif yang masuk ke dalam angkatan kerja.

Data sensus penduduk tahun 2020, menunjukkan penduduk didominasi oleh generasi Z dengan jumlah mencapai 27,9% dari total seluruh populasi penduduk di Indonesia, kemudian disusul dengan generasi milenial sebesar 25,8%.

“Tentu kita harus menyiapkan generasi remaja saat ini sehingga di tahun tersebut tingkat produktivitas nasional juga turut meningkat,” kata Wiryanta.

Ia menjelaskan menjelaskan Presiden menargetkan angka prevalensi stunting Indonesia di tahun 2024 dapat turun menjadi 14% bahkan lebih. Untuk mencapai hal ini, remaja yang akan melahirkan generasi unggul didorong untuk memahami pencegahan stunting. Beberapa yang dapat dilakukan adalah dengan memenuhi kebutuhan gizi dan tidak menikah di usia dini. 

“Penurunan prevalensi stunting merupakan modal dasar. Modal sosial dalam rangka mencapai cita-cita bersama di tahun 2045 menuju Indonesia emas,” ujarnya.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Persiapan Pra Nikah

Koordinator Bidang Advokasi Penggerakan dan Informasi (ADPIN) Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Bali Desak Nyoman Triarsini yang menjadi narasumber dalam acara tersebut mengungkapkan bahwa remaja harus menyiapkan kehidupannya sebelum memasuki jenjang pernikahan.

Dikatakannya, kesiapan remaja untuk menikah secara reproduksi maupun mental idealnya berada di usia 20 tahun untuk perempuan dan usia 25 tahun untuk laki-laki.

“Dipastikan semuanya sehat. Sehingga siap untuk melahirkan anak-anak yang sehat tanpa stunting,” jelasnya.

dr. Gia Pratama yang juga hadir sebagai narasumber mengatakan bahwa keputusan besar untuk menikah akan sangat baik hasilnya bila direncanakan dengan tepat. Dari sisi medis, terutama buat perempuan, fase organ reproduksinya sangat baik sekali saat berusia 20 sampai 35 tahun. Alat reproduksi di usia muda masih belum siap untuk memiliki anak dan risiko infeksi juga tinggi.

“Untuk stunting lebih baik mencegah daripada mengobati. Karena terapinya lebih panjang dibanding mencegah untuk tidak terjadi stunting,” ujarnya.

3 dari 3 halaman

Kominfo Terus Dukung

Koordinator Komunikasi Kesehatan IKPMK Kemenkominfo Marroli J. Indarto, mengatakan Kementerian Kominfo terus mendukung upaya pencegahan stunting melalui berbagai strategi komunikasi publik guna mencapai target stunting, salah satunya fokus pada kalangan remaja.

Lebih lanjut Marroli mengatakan, melalui kegiatan ini ada dua harapan besar terhadap remaja yakni pertama, remaja belajar lebih cepat lebih tahu tentang stunting, sehingga menjadi bekal di masa depan dan kedua, remaja dapat menjadi agen penyebar informasi pencegahan stunting.

Forum Kepoin GenBest yang diadakan kali ini merupakan bagian dari kampanye GenBest (Generasi Bersih dan Sehat), yang merupakan inisiasi Kemenkominfo untuk menciptakan generasi Indonesia yang bersih dan sehat serta bebas stunting. GenBest mendorong masyarakat, khususnya generasi muda, agar menerapkan pola hidup bersih dan sehat di kehidupan sehari-hari.

Melalui situs genbest.id dan media sosial @genbestid, GenBest juga menyediakan berbagai informasi seputar stunting, kesehatan, nutrisi, tumbuh kembang anak, sanitasi, siap nikah, maupun reproduksi remaja dalam bentuk artikel, infografik, serta videografik.

 

(*)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini