Sukses

Memahami Sejarah, Keutamaan, hingga Niat Puasa Tasua dan Asyura

Puasa Tasua dan Asyura merupakan ibadah sunah yang dilakukan pada bulan Muharram. Bulan Muharram jatuh tepat pada Agustus 2022 ini.

Liputan6.com, Jakarta - Puasa Tasua dan Asyura merupakan ibadah sunah yang dilakukan pada Muharram. Bulan Muharram jatuh tepat pada Agustus 2022 ini. Nah, apakah Anda mempunyai niat puasa Tasua dan Asyura?

Kalau begitu, mari kupas satu per satu hal-hal terkait puasa Tasua dan Asyura.

Pertama soal Muharram. Bulan ini adalah salah satu bulan mulia dan disunahkan melakukan amalan-amalan termasuk puasa sunah. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

"Puasa yang paling utama setelah (puasa) Ramadan adalah puasa pada bulan Allah – Muharam. Sementara salat yang paling utama setelah salat wajib adalah salat malam." (HR. Muslim no. 1163).

Kemudian, puasa Asyura sendiri merupakan puasa yang dilakukan pada tanggal 10 Muharram, sementara puasa Tasua dilakukan pada tanggal 9 Muharram.

Dan dalam kalender masehi (syamsiyah), puasa Tasua dan Puasa Asyura tersebut jatuh pada 7-8 Agustus 2022. Lantas, bagaimanakah sebenarnya sejarah Puasa Tasua dan Asyura?

Awal mula umat Islam disunahkan melaksanakan puasa tersebut tidak dapat dilepaskan dari sejarah Nabi Muhammad SAW.

KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau Gus Baha menceritakan sejarah puasa sunah Asyura berawal saat Nabi Muhammad SAW sedang berjalan-jalan dan melihat orang-orang Yahudi melakukan puasa pada tanggal 10 Muharram.

Selain itu, puasa sunah pada bulan Muharram juga memiliki keutamaan. Hikmah puasa Muharram sebagai puasa yang paling utama setelah Ramadan sangat banyak.

Pertama, karena Muharram merupakan awal tahun Hijriah maka sangat pantas dibuka dengan puasa yang merupakan amal paling utama. Keutamaan kedua, termasuk dalam keutamaan berpuasa dalam bulan-bulan mulia atau al-asyhurul hurum.

Berikut sejarah, keutamaan, hingga niat puasa Tasua dan Asyura dihimpun Liputan6.com dari berbagai sumber:

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 5 halaman

Sejarah Puasa Tasua dan Asyura

Awal mula umat Islam disunahkan melaksanakan puasa tersebut tidak dapat dilepaskan dari sejarah Nabi Muhammad SAW.

KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau Gus Baha menceritakan sejarah puasa sunah Asyura berawal saat Nabi Muhammad SAW sedang berjalan-jalan dan melihat orang-orang Yahudi melakukan puasa pada tanggal 10 Muharram.

"Puasa Asyura menurutmu sejarahnya Nabi diajarkan malaikat Jibril? Bukan! Puasa Asyura ketika Nabi jalan-jalan, orang Yahudi yang merupakan tetangganya itu melakukan puasa pada hari itu," cerita Gus Baha dikutip dari kanal YouTube Santri Media Online, Rabu 3 Agustus 2022.

"Kemudian Nabi bertanya kepada mereka (orang-orang Yahudi), kamu berpuasa, kenapa? mereka menjawab: Ini hari penting, hari ini Nabi Musa AS diselamatkan, hari ini Nabi Musa AS mengalahkan Firaun," sambungnya.

Lantas Gus Baha juga menjelaskan bahwa Rasulullah SAW kemudian mengatakan kepada kaum Yahudi bahwa ia lebih berhak terhadap Nabi Musa daripada kalian Bani Israil. Nabi Muhammad SAW kepada kaum Yahudi mengatakan dirinya yang melanjutkan tugas kenabian dari nabi-nabi terdahulu.

"Akhirnya Nabi memerintahkan kaum muslimin untuk berpuasa Asyura," ujar Gus Baha.

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS

3 dari 5 halaman

Hadist Puasa Tasua dan Asyura

Apa yang disampaikan Gus Baha ini didasarkan pada hadist berikut ini:

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا، قَالَ: قَدِمَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمَدِينَةَ، فَوَجَدَ الْيَهُودَ يَصُومُونَ يَوْمَ عَاشُورَاءَ فَسُئِلُوا عَنْ ذَلِكَ؟ فَقَالُوا: هَذَا الْيَوْمُ الَّذِي أَظْهَرَ اللهُ فِيهِ مُوسَى، وَبَنِي إِسْرَائِيلَ عَلَى فِرْعَوْنَ، فَنَحْنُ نَصُومُهُ تَعْظِيمًا لَهُ، فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: نَحْنُ أَوْلَى بِمُوسَى مِنْكُمْ فَأَمَرَ بِصَوْمِهِ. (رواه مسلم)

"Dari Ibnu Abbas ra, beliau berkata: ‘Rasulullah saw hadir di kota Madinah, kemudian beliau menjumpai orang Yahudi berpuasa Asyura. Mereka ditanya tentang puasanya tersebut, lalu menjawab: ‘Hari ini adalah hari dimana Allah swt memberikan kemenangan kepada Nabi Musa as dan Bani Israil atas Fir’aun. Maka kami berpuasa untuk menghormati Nabi Musa’. Kemudian Nabi saw bersabda: ‘Kami (umat Islam) lebih utama memuasai Nabi Musa dibanding dengan kalian’. Lalu Nabi SAW memerintahkan umat Islam untuk berpuasa di hari Asyura." (HR Muslim).

Menurut Gus Baha, dalam kitab Fathul Muin sehubungan kaum Yahudi berpuasa tanggal 10 Muharram, untuk membedakannya maka puasanya mulai tanggal 9 Muharram.

Lebih lanjut menurut Gus Baha dalam kitab tersebut dijelaskan bahwa seandainya tidak dimulai dari tanggal 9, maka ditambah puasanya pada tanggal 11 Muharram.

Namun menurut pandangan Imam Syafi’i, sebagaimana dikutip Gus Baha bahwa boleh berpuasa hanya tanggal 10 Muharram saja.

Meskipun Nabi Muhammad SAW belum sempat melaksanakan karena Nabi telah terlebih dahulu wafat, hukumnya sunah karena puasa Tasua tersebut merupakan keinginan Nabi SAW.

Berkaitan dengan puasa Tasua bersandar pada hadist berikut:

عن عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا يَقُولُ حِينَ صَامَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَ عَاشُورَاءَ وَأَمَرَ بِصِيَامِهِ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّهُ يَوْمٌ تُعَظِّمُهُ الْيَهُودُ وَالنَّصَارَى فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَإِذَا كَانَ الْعَامُ الْمُقْبِلُ إِنْ شَاءَ اللَّهُ صُمْنَا الْيَوْمَ التَّاسِعَ قَالَ فَلَمْ يَأْتِ الْعَامُ الْمُقْبِلُ حَتَّى تُوُفِّيَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ“Dari Ibnu Abbas RA, Rasulullah SAW berpuasa Asyura (10 Muharram). Para sahabat memberi tahu, ‘Ya Rasul, itu adalah hari yang diagungkan Yahudi dan Nasrani.’ Rasulullah SAW menjawab, ‘Kalau ada kesempatan pada tahun depan, insya Allah kita akan berpuasa Tasua (9 Muharram).’ Ibnu Abbas berkata, ‘Belum datang tahun depan, tetapi Rasulullah sudah terlebih dulu wafat,’ (HR Muslim).

 

4 dari 5 halaman

Keutamaan Puasa Muharam, Puasa Tasua, dan Asyura

Puasa sunah pada bulan Muharram memiliki keutamaan. Hikmah puasa Muharram sebagai puasa yang paling utama setelah Ramadan sangat banyak, melansir NU Online.

Pertama, karena Muharram merupakan awal tahun Hijriah maka sangat pantas dibuka dengan puasa yang merupakan amal paling utama. Keutamaan kedua, termasuk dalam keutamaan berpuasa dalam bulan-bulan mulia atau al-asyhurul hurum.

Ketiga, puasa sehari dalam bulan Muharrram pahalanya sama dengan puasa 30 hari atau satu bulan penuh. Seperti dinyatakan dalam hadits berikut:

Keempat, khusus puasa hari Asyura pada tanggal 10 Muharram, maka akan menjadi pelebur dosa setahun yang telah lewat.

Kelima, khusus puasa Tasua pada 9 Muharram dan puasa 11 Muharram yang dijadikan pelengkap puasa Asyura pada 10 Muharram, menjadi pembeda umat Islam dengan umat Yahudi yang sama-sama berpuasa di hari Asyura.

عَنِ ابْنِ عَبَّاس رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا مَرْفُوعًا: صُومُوا يَوْمَ عَاشُورَاءَ وَخَالِفُوا الْيَهُودَ، صُومُوا يَوْمًا قَبْلَهُ أَوْ يَوْمًا بَعْدَهُ (رواه أحمد)

Artinya : Diriwayatkan dari Ibnu Abbas ra dengan status marfu (Rasulullâh bersabda): Puasalah kalian pada hari Asyura dan bedakan dengan kaum Yahudi, puasalah kalian sehari sebelum atau sesudahnya (HR Ahmad).

 

5 dari 5 halaman

Niat Puasa Asyura dan Muharram Serta Tata Cara Puasanya

Niat puasa Asyura:

نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ سُنَّةِ العاشوراء لله تعالىNawaitu shauma Âsyûrâ-a lilâhi ta’âlâ.

Artinya: Saya niat puasa Asyura karena Allah ta’âlâ.

Niat puasa muthlak Muharram yang lebih umum:

نَوَيْتُ صَوْمَ الْمُحَرَّمِ لِلّٰهِ تَعَالَىNawaitu shaumal Muharrami lilâhi ta’âlâ.

Artinya: Saya niat puasa Muharram karena Allah ta’âlâ.

Selain niat di dalam hati, lafal niat juga disunahkan diucapkan dengan lisan. Sebagaimana disebut di atas, puasa Muharram dapat dilakukan sejak malam hari hingga siang sebelum masuk waktu zawâl (saat matahari tergelincir ke barat), dengan syarat belum melakukan hal-hal yang membatalkan puasa sejak terbit fajar atau sejak masuk waktu subuh. (Al-Malibari, Fathul Mu’în, juz II, halaman 223).

orang yang berpuasa lebih utama makan sahur dilakukan menjelang masuk waktu subuh sebelum imsak.

Selanjutnya, melaksanakan puasa dengan menahan diri dari segala hal yang membatalkan, seperti makan, minum dan lainnya.

Keempat, lebih menjaga diri dari hal-hal yang membatalkan pahala puasa seperti berkata kotor, menggunjing orang, dan segala perbuatan dosa.

Rasulullah saw bersabda:

كَمْ مِنْ صَائِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ صِيَامِهِ إِلَّا الْجُوعِ وَالْعَطَشِ (رواه النسائي وابن ماجه من حديث أبي هريرة)Artinya: Banyak orang yang berpuasa yang tidak mendapatkan apa-apa dari puasanya kecuali rasa lapar dan kehausan. (HR an-Nasa’i dan Ibnu Majah dari riwayat hadits Abu Hurairah ra). (Abul Fadl al-‘Iraqi, al-Mughni ‘an Hamlil Asfâr, [Riyad: Maktabah Thabariyyah, 1414 H/1995 M], juz I, halaman 186).

Kelima, segera berbuka puasa saat tiba waktu maghrib.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.