Sukses

DLH DKI Jakarta Libatkan IPB Selidiki Kematian Ikan Sapu Sapu di Sungai Kalibaru

Dinas Lingkungan Hidup (DLH) DKI Jakarta melibatkan Pusat Penelitian Lingkungan Hidup Institut Pertanian Bogor (PPLH IPB) untuk menyelidiki penyebab kematian ribuan ikan sapu-sapu di Sungai Kalibaru Timur, Kramat Jati, Jakarta Timur.

Liputan6.com, Jakarta Dinas Lingkungan Hidup (DLH) DKI Jakarta melibatkan Pusat Penelitian Lingkungan Hidup Institut Pertanian Bogor (PPLH IPB) untuk menyelidiki penyebab kematian ribuan ikan sapu-sapu di Sungai Kalibaru Timur, Kramat Jati, Jakarta Timur.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta Asep Kuswanto mengatakan usai kejadian kematian massal ikan sapu-sapu di Sungai Kalibaru Timur pada 11 Juli 2022, pihaknya mengambil sampel air sungai di lokasi kejadian pada hari yang sama. Sampel tersebut kemudian dibawa ke Laboratorium Lingkungan Hidup Daerah (LLHD) DKI Jakarta untuk dianalisis lebih lanjut.

Asep menyatakan dari hasil analisis memang terjadi peningkatan nilai cukup tajam pada hari kejadian untuk beberapa parameter kualitas air jika dibandingkan dengan data kisaran hasil pemantauan rutin serta baku mutu.

"DLH, secara rutin melakukan pemantauan kualitas air sungai pada empat periode mewakili musim hujan, kemarau, dan peralihan antarmusim di 120 titik pemantauan di seluruh Jakarta," kata Asep dalam keterangannya, Sabtu (30/7/2022).

Beberapa parameter kualitas air yang ditemukan adanya peningkatan cukup tajam. Diantaranya BOD yang pada saat kejadian bernilai 68 mg/L (baku mutu 3 mg/L), COD 309 mg/L (baku mutu 25 mg/L), dan Fecal Coliform 1.400.000 MPN/100ml (baku mutu 1.000 MPN/100ml).

Asep mengungkapkan berdasarkan kajian PPLH IPB, penyebab kematian massal ikan sapu-sapu saat itu diduga kuat berasal dari aktivitas domestik yang tidak biasa, seperti pembuangan limbah dengan debit yang sangat besar atau kejadian khusus lainnya.

Namun, Asep menampik jika kematian massal ikan sapu-sapu ini disebabkan langsung dari pembuangan limbah kurban.

“Apabila penyebab kematian diduga akibat pembuangan limbah kurban, maka hal ini dapat saja terjadi pada banyak ruas sungai yang ada di DKI Jakarta,” kata Asep.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Diduga karena Limbah

Asep menjelaskan karena kejadian kematian massal ikan hanya terjadi hanya pada skala lokal di salah satu ruas Sungai Kalibaru Timur, kemungkinan adanya kejadian tidak biasa berupa pembuangan limbah dengan debit sangat besar atau konsentrasi limbah sangat tinggi.

"Kemudian tersebar langsung ke dalam ruas sungai tersebut yang dapat menyebabkan adanya perubahan drastis kualitas air, sehingga menjadi penyebab kematian massal Ikan Sapu Sapu yang hidup di area tersebut," jelasnya.

Langkah lebih lanjut yang akan dilakukan Dinas Lingkungan Hidup, ungkap dia, melakukan inventarisasi sumber pencemaran domestik, baik yang berasal dari permukiman, perkantoran, industri skala kecil-menengah, industri skala besar dan aktivitas lainnya di ruas sungai tersebut.

“Apabila teridentifikasi penyebab lebih dominan dari aktivitas rumah tangga, maka lokasi tersebut dapat menjadi prioritas pembuatan IPAL Komunal atau ekoriparian berkolaborasi dengan Dinas Sumber Daya Air (SDA) dan Dinas Pertamanan dan Hutan Kota (DPHK),” katanya.

Dia juga mengimbau kepada masyarakat sekitar bantaran sungai agar bijak dalam pengelolaan limbah domestik.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.