Sukses

80 Persen Hewan Ternak yang Terserang PMK di Tangerang Sudah Sembuh

Dinas Ketahanan Pangan (DKP) Kota Tangerang, membenarkan adanya 800-an hewan ternak di wilayahnya yang terjangkit Penyakit Mulut dan Kuku (PMK).

Liputan6.com, Jakarta - Dinas Ketahanan Pangan (DKP) Kota Tangerang, membenarkan adanya 800-an hewan ternak di wilayahnya yang terjangkit Penyakit Mulut dan Kuku (PMK). Meski begitu, sebanyak 80 persen lebih sudah dinyatakan sembuh.

Sejak dari awal dinyatakan mewabahnya penyakit PMK ini, DKP Kota Tangerang mencatat, ada 847 ekor sapi yang terjangkit penyakit tersebut. Itupun hasil penelusuran petugas DKP, serta laporan dari peternak melalui nomor Whatsapp yang disebar kepada masyarakat.

"Dari jumlah tersebut, sebanyak 682 ekor atau 80,52 persen sudah dinyatakan sembuh. Sisanya ada 133 ekor lagi yang masih sakit dan masih menjalani pengobatan," ungkap Abduh, Kamis (7/7/2022).

DKP juga terus melakukan monitoring, baik ke peternak langsung atau menuju lapak-lapak penjual hewan kurban jelang Idul Adha 2022. Selain itu juga, rutin pemberian vitamin, sehingga masyarakat tidak perlu khawatir berlebihan.

"Apalagi, dari kemarin itu setiap lapak yang sudah dinyatakan sehat (hewan ternaknya), diberikan stiker oleh DKP, jadi tidak perlu khawatir," ujar Abduh.

Dinas Ketahanan Pangan pun, memperbolehkan hewan luar daerah masuk Kota Tangerang mulai H-3 hingga H-1 Idul Adha, dengan catatan harus memenuhi syarat-syarat yang ditentukan.

“Karena banyak permintaan dari penyedia atau dari para pelapak untuk mendatangkan sapi dari luar daerah, maka untuk H-3, H-2 dan H-1 kita buka lagi. Tapi kami mengajukan syarat, mereka tidak boleh lagi menjualnya ke lapak, tapi disalurkan langsung ke DKM-DKM, karena dia sifatnya memang sudah dipesan,” katanya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

2.050 Hewan Ternak Terinveksi PMK di Banten, Terbanyak Berada di Kota Tangerang

Pj Gubernur Banten, Al Muktabar menyebut, ada 2.050 hewan ternak di wilayahnya yang terkena penyakit mulut dan kuku (PMK). Dan terbanyak, berada di wilayah Kota Tangerang.

"Sampai saat ini ada 2.050 hewan ternak terinfeksi PMK. Terbanyak ada di Kota Tangerang, sekitar ada 800an kasus. Makanya ini kita prioritaskan vaksin untuk sapi perah dan sapi potong," ujarnya.

Menurutnya, Kota Tangerang menjadi kota perlintasan distribusi hewan ternak, terlebih mendekati hari raya Idul Adha 1443 Hijriyah, diduga kuat menjadi alasan membludaknya angka PMK di sana.

"Kemarin ada peningkatan yang cukup tinggi, khususnya berkembang di Kota Tangerang. Tapi biasanya itu bagian dari lalu lintas sapi dari tata olah dagang," jelas Al Muktabar.

Kendati demikian, Muktabar meyakinkan kalau daging hewan yang terinfeksi PMK aman untuk dikonsumsi secara normal. Asal, daging tersebut diolah secara benar dan matang.

"Bahwa masyarakat tidak perlu panik, karena berdasarkan data analisis medis kesehatan bahwa itu tidak berefek ke manusia tentu harus diolah baik dan benar. Tingkat kesembuhannya pun sekarang tergolong tinggi yakni 42 persen," ujar Muktabar.

Sebagaimana diketahui, pada Minggu (3/7/2022) gelombang ketiga kedatangan vaksin PMK mendarat di Bandara Soekarno-Hatta dari Prancis. Al Muktabar mengatakan, membuka langsung boks yang berisi vaksin PMK tersebut di dalam peti kemas.

3 dari 4 halaman

Imbas PMK, Harga Sapi Kurban Lokal Dibanderol Rp 40 Juta per Ekor

Wabah penyakit mulut dan kuku (PMK) yang menimpa hewan ternak turut mempengaruhi harga kambing dan sapi lokal untuk kurban di Hari Raya Idul Adha 2022. Bahkan, harga sapi kurban lokal bisa menyentuh Rp 40 juta per ekor.

Imam (28 tahun), salah seorang penjual kambing dan sapi ternak di kawasan BSD, Cisauk, Kabupaten Tangerang mengatakan, mayoritas hewan ternak jualannya kini merupakan spesies lokal.

Kecuali untuk beberapa kambing atau domba, yang ia dapatkan dari Garut, Jawa Barat.

"Sejak PMK kita jadi lokal semua. Tapi aman, dah divaksin semua," kata Imam kepada Liputan6.com, Senin (4/7/2022).

Imam sendiri menyediakan sekelompok kambing kurban dengan bobot 30-35 kg, dan dijual di angka Rp 3-3,5 juta per ekor. Lalu kambing dengan berat 50 kg, dan harga jual Rp 6,5 juta per ekor.

Sementara untuk sapi lokal miliknya dengan bobot 500-700 kg, itu dibanderol mulai dari Rp 28 juta per ekor. "Paling gede Rp 40 juta (per ekor)," katanya.

Imbas wabah PMK terhadap harga hewan kurban juga diamini Iyus (58 tahun), seorang penjual kambing ternak di kawasan Legok, Kelapa Dua, Kabupaten Tangerang.

4 dari 4 halaman

Stok Kambing

Iyus saat ini menyediakan stok kambing mulai dari bobot 35 kg (Rp 3 juta per ekor), sampai kambing dengan berat antara 60-70 kg (Rp 6,5-9 juta per ekor).

"Harganya naik banget dibanding dulu. Itu gara2 ada penyakit kuku (PMK). Tadinya yang 60 kg masih dijual Rp 5 juta (per ekor)," jelas dia.

Kendati begitu, ia bersyukur wabah PMK tidak terlalu mengganggu antusiasme masyarakat dalam membeli hewan kurban. Dia pun kerap meyakinkan calon pembeli, kambing miliknya bukan berasal dari Jawa Timur, provinsi dengan penyebaran virus terbesar.

"Alhamdulillah udah rame (pembeli). Tapi saya mah enggak pernah ambil dari Jawa Timur. Ini saya dari Sukabumi (Jawa Barat)," ucap Iyus.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.