Sukses

Hati-Hati Gunakan Paylater, Hindari Kesalahan-Kesalahan Ini

Indonesia diprediksi menjadi pemain terbesar dalam industri e-wallet dan paylater se-Asia Tenggara pada tahun 2025.

Liputan6.com, Jakarta - Pembayaran menggunakan paylater tidak hanya hanya dinilai praktis, namun juga mudah untuk digunakan. Sebab sejumlah e-commerce di Indonesia juga memberikan pilihan pembayaran dengan paylater. Penggunanya pun terus mengalami peningkatan.

Paylater menawarkan transaksi online dengan metode beli sekarang bayar nanti (Buy Now Pay Later/BNPL) ataupun dilakukan secara mencicil. Perencana keuangan Safir Senduk menyatakan jika paylater merupakan fasilitas utang pembiayaan. Misalnya seseorang usai membeli sesuatu yaitu barang ataupun jasa langsung dibayarkan oleh pihak pemberi utang.

Safir menyatakan sistem paylater tersebut menguntungkan untuk masyarakat yang saat itu tidak mempunyai uang tunai. Begitu juga untuk mereka yang tidak ingin menggunakan uang tunainya untuk melakukan pembayaran.

"Ini juga merupakan keuntungan bagi mereka yang harus membeli barang atau jasa karena urgen. Karena mendesak itu tapi dia tidak punya uangnya," kata Safir kepada Liputan6.com.

Kendati begitu, Safir juga mengimbau agar pengguna paylater dapat memanfaatkannya dengan perhitungan yang sesuai. Sebab terdapat sejumlah kesalahan yang seringkali dilakukan oleh pengguna paylater yang akhirnya merugikan diri sendiri. Seperti halnya menggunakan untuk hal-hal yang sifatnya hanya keinginan saja.

Contohnya melihat barang yang lucu, unik, atau bahkan tergiur adanya iklan besar-besaran dan akhirnya membeli menggunakan paylater. Seharusnya kata dia, penggunaan paylater dijadikan pilihan alternatif terakhir.

"Dan alternatif pertama adalah siapkan dulu uangnya, tetapi ketika itu mendesak dan kita harus bayar sekarang dan kita ga ada uangnya, silakan pakai paylater. Tapi kalau barangnya hanya sekedar keinginan, maka itulah kesalahan pertama dilakukan oleh para pengguna paylater," paparnya.

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Kesalahan Penggunaan Paylater

Kemudian kesalahan kedua, pengguna tidak membayar tagihan tepat waktu. Fasilitas utang lanjut Safir, merupakan hal yang harus dibayarkan secara lunas. Menurutnya pembayaran di paylater dapat dilakukan secara sistem cicil.

Langkah membayar tagihan tidak tepat waktu berdampak pada adanya biaya denda yang dibebankan. Denda tersebut nantinya akan menjadi beban pada pembayaran pada bulan berikutnya. Selanjutnya yaitu adanya rasa menganggap enteng penggunaan paylater.

"Pesan saya adalah jangan menggampangkan penggunaan paylater, gunakan paylater hanya pada barang dan jasa yang memang kita yakin betul bahwa kita memang menginginkan atau membutuhkan barang dan jasa tersebut dan bukan sekedar ingin saja," ujar Safir.

Sementara itu, Safir mengakui perkembangan pengguna paylater di Indonesia cukup tinggi. Sebab fasilitas tersedia seringkali muncul tanpa disadari oleh masyarakat. Mulai dari marketplace yang ada hingga aplikasi perbankan.

 

 

Safir menegaskan jika tidak semua perbankan di Indonesia menawarkan fasilitas atau jasa tersebut. "Saya tidak punya angka pasti berapa perkembangan pengguna paylater sekarang. Tapi satu hal yang bisa saya bilang adalah bahwa fasilitas paylater sekarang sudah muncul, ada di mana mana, tidak hanya di marketplace, tapi juga di mobile banking kita," Safir menandaskan.

Indonesia diprediksi menjadi pemain terbesar dalam industri e-wallet dan paylater se-Asia Tenggara pada tahun 2025. Hal ini menuntut pelaku ritel untuk beradaptasi demi menjaga daya saing.

Menurut laporan IDC InfoBrief yang didukung oleh 2C2P, diprediksi akan ada tambahan seperempat miliar pengguna e-wallet baru di Asia Tenggara pada 2025.

 

3 dari 3 halaman

Indonesia Diprediksi Jadi Pasar Besar PayLater

Laporan ini menyebutkan, dari jumlah tersebut, tambahan pengguna di Indonesia pada 2025 akan mencapai 130 juta pengguna baru. Dari sisi pertumbuhan, Buy Now Pay Later (BNPL) tidak kalah populer.

Indonesia bisa menjadi pasar terbesar untuk BNPL di Asia Tenggara pada 2025, dengan total belanja masyarakat menggunakan BNPL di e-commerce bakal meningkat 8,7 kali lipat dibandingkan tahun 2020.

Adi Nugroho, Country Head 2C2P di Indonesia mengatakan evolusi metode pembayaran digital harus cepat dikejar oleh pelaku ritel guna mengakselerasi jangkauan bisnisnya.

"Hadirnya opsi baru seperti e-wallet dan BNPL memberikan akses kepada masyarakat yang sebelumnya belum tersentuh layanan keuangan konvensional," kata Adi dalam keterangan tertulisnya, dikutip Selasa (1/3/2022).

Adi menambahkan, jutaan pengguna baru ini adalah segmen baru yang perlu diakomodasi oleh para pelaku bisnis lokal.

 

Dari survei yang dilakukan International Data Corporation (IDC) di 2021, ditemukan bahwa adopsi digital payment terkini akan mampu tingkatkan penjualan merchant sebesar rata-rata 10 persen.

Menurut Adi, pemain-pemain besar di negara-negara Asia Tenggara saat ini sudah mulai cepat beradaptasi dan mengejar perkembangan metode pembayaran alternatif.

Belajar dari berbagai pengalaman mitra 2C2P di berbagai negara, Adi pun merekomendasikan sejumlah langkah bagi pelaku ritel saat memutuskan untuk mengadopsi digital payment seperti e-wallet dan BNPL.

Adi mengatakan, pelaku ritel harus mengadopsi sistem yang dapat mendukung beragam metode pembayaran dan dapat dikustomisasi serta mendukung pembayaran domestik dan internasional di berbagai negara.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.