Sukses

Butuh Healing? Jangan Mendiagnosis Diri Sendiri

Tidak sedikit yang melihat healing sebagai sebuah liburan, bahkan celetukan 'mau healing' ketika hendak pergi berlibur pun seringkali terdengar.

Liputan6.com, Jakarta - Istilah healing menjadi tren baru untuk para pengguna media sosial. Healing yang ramai di media sosial ditunjukkan dengan unggahan mengenai liburan ke tempat wisata ataupun staycation.

Definisi healing untuk kesehatan mental yaitu proses penyembuhan atau pemulihan diri sendiri dari sakit hati, kepahitan di masa lalu, ataupun trauma yang pernah dialami. Psikolog Anak dan Keluarga Astrid WEN menyatakan healing itu bukan bentuk dari traveling ataupun waktu istirahat dari rutinitas.

"Proses healing sebenarnya dipandu oleh ahli jadi ada yang guide atau mungkin dipandu oleh mentor yang memang memiliki spesialisasi dalam proses pemulihan tersebut," kata Astrid kepada Liputan6.com.

Sebab setiap orang memiliki kebutuhan healing yang berbeda. Selain itu seseorang yang akan melakukan healing juga perlu kesadaran ada sesuatu hal yang dipulihkan dalam dirinya. Saat melakukan proses penyembuhan kata Astrid, diperlukannya suasana yang tenang kemudian dilanjutkan dengan merefleksikan diri.

Misalnya dengan mencari tahu apa penyebab trauma atau permasalahan yang dihadapi selama ini. "Apa yang bisa saya lakukan dengan lebih baik ke depannya, apa yang sebenarnya menjadi sumber masalah ini," ujarnya.

Astrid menambahkan, "Jadi kita benar-benar sebenarnya memberikan waktu untuk kita berani melihat masalah ini dan kemudian melakukan suatu perencanaan tindakan di masa depan."

Salah Arti

Dia menilai healing seringkali disalahartikan sebagai traveling ke luar kota. Lalu dalam kegiatan itu seseorang banyak melakukan kesibukan tanpa sempat mengevaluasi diri sendiri. Hal terpenting lanjut Astrid, dalam proses healing seseorang dilarang untuk mendiagnosis diri.

"Jadi perlu dengan kerendahan hati kita datang ke ahli apa yang salah dengan saya jangan sampai kita buru-buru melabel diri, saya depresi, saya punya masalah panic attack, diagnosis harus dari ahlinya," ucap dia.

Kendati begitu, Astrid menilai traveling ataupun staycation sangat bermanfaat ketika dimanfaatkan untuk berpikir sejenak dari kelelahan bekerja atau menenangkan diri dan siap beraktivitas kembali.

"Itu bisa sepanjang memang tadi bahwa kita enggak punya masalah kesehatan mental yang butuh pertolongan ahli," jelas Astrid.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Apa Itu Self Healing?

Self-healing adalah sebuah proses untuk menyembuhkan diri dari luka batin. Metode ini dilakukan saat seseorang menyimpan luka batin yang mengganggu emosinya. Self-healing berguna untuk menyelesaikan unfinished bussines yang berakibat pada kelelahan emosi seseorang.

Sebagian besar orang pernah mengalami kelelahan emosional dalam berbagai bentuk. Seperti sedih karena kepergian orangtua, cemas terhadap masa depan, gagal meraih sesuatu, mengalami peristiwa yang tidak diinginkan, marah pada kesalahan diri sendiri, dan sebagainya. Lalu, apa yang harus dilakukan? Siapa yang seharusnya menyembuhkan luka itu?

Untuk yang belum selesai dengan masalah emosinya sendiri, beberapa cara di bawah ini semoga bisa membantu menyembuhkan diri sendiri dari dalam.

Me Time

Saat seseorang terlalu sibuk memikirkan orang lain, terkadang ia lupa memikirkan diri sendiri. Meluangkan waktu untuk diri sendiri benar-benar akan membuat kita merasa lebih bermakna.

Membuat kita merasa bahwa pusat dari segala kehidupan ini adalah diri sendiri. Orang lain hanyalah pelengkap kebahagiaan.

Berdialog dengan Diri Sendiri

Bicaralah pada diri sendiri tentang apa yang sebenarnya diinginkan. Jujur pada diri sendiri lebih baik ketimbang melampiaskan segala perasaan buruk kita pada sesuatu. Satu-satunya orang yang mampu berbicara dengan lubuk hati terdalam adalah diri sendiri. Saatnya mulai memahami diri sendiri untuk bisa bersyukur atas apa yang hidup ini berikan.

Berdamai dengan Keadaan

Mengingat kembali peristiwa-peristiwa buruk yang masih membekas di hati memang tak terhindarkan. Setiap orang berhak marah atas hal itu. Orang yang hatinya terluka sangat dalam tidak akan dengan mudah melupakannya.

Namun, apakah dengan menyalahkan keadaan atas atas semua peristiwa buruk itu bisa dibenarkan? Apakah dengan mengutuk keadaan bisa membuat batin kita tenang? Tidak. Alangkah lebih bijaknya kita jika mencoba berdamai dengan keadaan. Menerima setiap keadaan yang menimpa kita ini sebagai guru kehidupan yang menempa pribadi kita lebih baik lagi

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.