Sukses

Waketum MUI: Buya Syafii Tokoh Langka, Tidak Haus Kekuasaan

Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI), Anwar Abbas, mengenang mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah, Ahmad Syafii Maarif atau yang akrab disapa Buya Syafii, sebagai tokoh bangsa yang tidak haus harta dan kekuasaan.

Liputan6.com, Jakarta - Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI), Anwar Abbas, mengenang mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah, Ahmad Syafii Maarif atau yang akrab disapa Buya Syafii, sebagai tokoh bangsa yang tidak haus harta dan kekuasaan.

"Buya Syafii boleh dikatakan sebagai seorang tokoh yang langka karena beliau dikenal sebagai tokoh yang tidak haus dengan harta dan kekuasaan. Hidup beliau boleh dikatakan terbilang sederhana sehingga banyak orang yang terkejut apabila berhadapan dengannya," kata dia seperti dilansir Antara.

Selain itu, ia pun mengenang Buya Syafii sebagai sosok yang pantang menyerah serta berprinsip dengan nilai-nilai ajaran agama yang tampak sangat kental mewarnai sikap dan kepribadiannya.

Dengan demikian, Buya Syafii akan selalu menyampaikan kebenaran dan meluruskan sesuatu yang dia anggap salah. "Bagi beliau, apa yang dianggapnya benar ya disampaikannya dan kalau dia melihat ada sesuatu yang salah, maka akan dikritik dan diluruskannya," ujar dia.

Lebih lanjut, dia menyampaikan pengalaman paling berkesan saat ia bertemu dengan Buya Syafii, yakni saat mantan ketua umum PP Muhammadiyah itu menyampaikan pidato pada beberapa tahun sebelum reformasi di hadapan kader-kader muda Muhammadiyah.

"Dari sekian banyak yang saya kagumi pada diri beliau, ada kata-katanya yang sangat berkesan bagi saya yang beliau sampaikan beberapa tahun sebelum reformasi di Kantor PP Muhammadiyah, Jakarta, di depan kader-kader muda Muhammadiyah," kata dia.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Ingatkan Kader Muhammadiyah

Pada saat itu, lanjutnya, Buya Syafii mengingatkan para kader muda Muhammadiyah bahwa Muhammadiyah tidak hanya merupakan gerakan Islam, tajdid (pembaharuan), dan dakwah amar makruf nahi munkar (mengajak pada kebaikan dan melarang hal yang salah), tetapi juga sebagai gerakan ilmu.

"Oleh karena itu, karena ilmu itu isinya adalah kebenaran, maka Muhammadiyah harus berusaha keras untuk mencari dan menggali kebenaran, kemudian menegakkan dan memperjuangkannya, serta mempergunakan kebenaran tersebut dalam menjalankan aktivitas dan kegiatan pribadi ataupun organisasi, kata beliau (Buya Syafii)," ujar dia.

3 dari 3 halaman

Terima Kasih

Ia juga menyampaikan ucapan terima kasih sekaligus berdoa agar segala dosa Buya Syafii diampuni dan seluruh amal ibadahnya diterima Allah Swt.

"Kami sebagai generasi yang ada di belakangnya tentu tidak lupa menyampaikan terima kasih dengan doa semoga semua dosa buya diampuni dan semua amal ibadahnya diterima oleh Allah Swt.. Aamiin," kata dia.

Buya Syafii wafat pada Jumat pukul 10.15 WIB di RS PKU Muhammadiyah Gamping, Sleman, DI Yogyakarta. Menurut Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir, jenazah Buya Syafii akan dimakamkan di Pemakaman Muhammadiyah di Dusun Donomulyo, Kapanewon Nanggulan, Kabupaten Kulon Progo, Jumat sore.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.