Sukses

Pemudik yang Ditegur Akibat Abaikan Prokes Naik 2 Kali Lipat

Persentase mobilitas masyarakat yang keluar rumah pada saat libur Lebaran tahun 2022 mencapai 48,1 persen dan mobilitas dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya menyentuh 3,64 persen.

Liputan6.com, Jakarta Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 menyatakan jumlah pemudik yang terkena teguran akibat abai dalam menjalankan protokol kesehatan (prokes) naik dua kali lipat saat libur mudik 2022 lalu.

“Terjadi kenaikan jumlah orang yang dipantau dan ditegur di tempat wisata, itu sebesar lebih dari dua kali lipat dari sebelumnya,” kata Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 Prof Wiku Adisasmito dalam Konferensi Pers Perkembangan Penanganan Covid-19 di Indonesia Per 10 Mei 2022 yang diikuti secara daring di Jakarta, Selasa (10/5/2022).

Wiku menuturkan bila melihat data pemantauan protokol kesehatan di masa menjelang cuti bersama pada 24-30 April 2022 hingga Idul Fitri tanggal 1-7 Mei 2022, angka kepatuhan selama pelaksanaan cuti bersama dari 27 provinsi terpantau sebanyak 49,5 persen tidak patuh memakai masker.

Pelanggaran tersebut banyak terjadi di sekitar area restoran atau kedai makanan. Sedangkan pada area permukiman ada sebesar 22,1 persen masyarakat yang tidak patuh terhadap protokol kesehatan.

Kemudian persentase mobilitas masyarakat yang keluar rumah pada saat libur Lebaran tahun 2022 mencapai 48,1 persen dan mobilitas dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya menyentuh 3,64 persen.

"Terjadinya peningkatan mobilitas yang cukup tinggi sebesar 44,46 persen yang tinggi pada saat Lebaran tahun ini memberikan dampak positif terhadap perekonomian dengan meningkatnya indeks belanja mandiri sebesar 31 persen,” ucap Wiku.

Menurut Wiku, saat ini Indonesia memang sudah tidak lagi masuk dalam kondisi kedaruratan penanganan Covid-19 dan sedang menuju ke fase endemi. Hanya saja, tingginya mobilitas masyarakat berbarengan pula dengan penurunan jumlah orang yang dites Covid-19.

Hal tersebut menyebabkan setiap pihak harus terus meningkatkan kewaspadaan agar tidak ada pihak yang tertular maupun menularkan virus antarsesama.

Wiku menekankan penularan COVID-19 tidak pernah mengenal batas suatu wilayah, namun bukan berarti tidak bisa diantisipasi sama sekali.

Antisipasi tersebut dapat dilakukan dengan segera melakukan pemeriksaan apabila merasakan gejala COVID-19 seperti batuk, pilek dan demam setelah mengikuti mudik dan melindungi diri dengan disiplin protokol kesehatan termasuk mengikuti vaksinasi hingga mendapatkan dosis penguat (booster).

“Saya mengimbau kepada masyarakat untuk terus menerapkan protokol kesehatan seperti memakai masker, menjaga jarak yang relatif aman dan mencuci tangan. Hal itu masih sangat diperlukan pasca Lebaran ini untuk meminimalisir efek bola pimpong penularan COVID-19,” ujar dia.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Masuki Transisi Endemi

Indonesia kini mulai memasuki fase baru pengendalian Covid-19, yakni transisi endemi. Artinya, Indonesia tidak lagi dalam fase kedaruratan merespons pandemi Covid-19, melainkan transisi menuju endemi.

Juru Bicara Satgas Covid-19 Wiku Adisasmito mengungkapkan, dimulainya fase transisi endemi didukung dengan situasi Covid-19 nasional yang semakin membaik. Dalam waktu beberapa pekan terakhir di tengah masa mudik dan libur Lebaran 2022, kasus Covid-19 tetap terkendali.

"Sebagaimana tertera pada data Covid-19 terkini, tampak adanya penurunan tren angka kasus Covid-19, perawatan di rumah sakit, termasuk layanan intensif dan kematian akibat virus Corona," ungkap Wiku di Media Center Covid-19, Graha BNPB, Jakarta pada Selasa, 10 Mei 2022.

"Bisa dikatakan bahwa saat ini Indonesia sudah tidak lagi berada dalam kondisi kedaruratan dalam merespons pandemi Covid-19 dan mulai bertransisi menuju fase endemi."

Selain itu, kabar membaiknya situasi Covid-19 juga terlihat dari tingkat hunian tempat tidur Covid-19 dan perilaku masyarakat. Adanya mobilitas tinggi, terutama selama libur Lebaran turut mendongkrak pemulihan ekonomi.

"Hal lain juga tecermin pada mulai menurunnya tempat hunian tempat tidur Covid-19 dan perilaku sosial ekonomi masyarakat, misalnya pertumbuhan ekonomi meningkat, angka pengangguran menurun, indeks belanja meningkat, dan mobilitas (tinggi) masyarakat ke luar rumah," papar Wiku.

 

3 dari 3 halaman

PPKM Tetap Diberlakukan

Situasi Covid-19 di Indonesia dengan pencapaian baik secara rinci dapat dilihat dari sejumlah faktor, antara lain:

1. Rawat inap menurun 97 persen

2. Tingkat hunian tempat tidur Covid-19 2 persen

3.Kasus kematian akibat Covid-19 menurun hingga 98 persen

4. Positivity rate nasional sebesar 0,7 persen

Walaupun Indonesia memasuki transisi endemi, Wiku Adisasmito mengingatkan, pengendalian Covid-19 terus dilakukan dengan menyesuaikan situasi terkini. Pengawasan terhadap varian virus Corona dan perkembangan Covid-19 global juga terus dipantau.

"Ingat, bukan karena kondisi yang terkendali, maka pengendalian Covid-19 tidak dilakukan. Tetapi pengendalian beserta pengawasan akan tetap dijalankan dengan bentuk yang harus menyesuaikan situasi dari kondisi terkini," ujarnya.

"Hal ini juga menjadi landasan kuat Pemerintah Indonesia untuk tidak gegabah, agar pertahanan yang dilakukan berbulan-bulan pasca lonjakan kasus Covid-19 terakhir, dapat bertahan dalam jangka waktu yang panjang."

Demi memastikan situasi Covid-19 nasional sepenuhnya terkendali, kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) masih tetap diberlakukan sebagai instrumen pengendalian Covid-19 yang secara fakta telah mampu melandaikan kondisi kenaikan dan mempertahankan kasus terkendali hingga saat ini.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini