Sukses

3 Penjelasan BMKG soal Teriknya Cuaca di Indonesia

BMKG menjelaskan panas terik yang terjadi di wilayah Indonesia bukan fenomena Gelombang Panas.

Liputan6.com, Jakarta Dalam seminggu terakhir, cuaca panas terasa di sejumlah wilayah di Tanah Air. Hal ini tak dibisa dipungkiri karena kondisi suhu selama periode 1-7 Mei lalu dilaporkan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) berkisar antara 33 - 36,1 ° Celcius. 

Lantas, apa penyebabnya? Sempat mencuat kabar ditimbulkan oleh adanya gelombang panas. 

Belakangan, Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Guswanto menjelaskan, salah satunya disebabkan tingkat pertumbuhan awan yang rendah sehingga mengoptimalkan penerimaan sinar matahari masuk di permukaan Bumi.

Menjawab kabar yang beredar terkait suhu terik di Tanah Air akibat gelombang panas, Guswanto membantahnya. Menurut WMO (World Meteorological Organization), suhu maksimum gelombang panas bisa mencapai 5 derajat Celcius bahkan lebih.

"Sedangkan yang terjadi di wilayah Indonesia adalah fenomena kondisi suhu panas/terik dalam skala variabilitas harian," kata dia, Senin (9/5/2022). 

Menyikapi kondisi cuaca di Tanah Air yang cukup terik, Guswanto mengimbau agar masyarakat tercukupi tubuhnya akan cairan, terutama bagi mereka yang beraktivitas di luar ruangan.

Terlebih saat ini yang tengah melakukan mudik atau arus balik Lebaran. Dia mengimbau agar stamina tubuh terus terjaga dalam perjalanan.

"Juga kepada warga yang akan melaksanakan perjalanan mudik atau mudik balik supaya tidak terjadi dehidrasi, kelelahan dan dampak buruk lainnya," pungkasnya.

Berikut sederet penjelasan BMKG soal kondisi cuaca sejumlah wilayah di Tanah Air yang cukup terik saat  ini dan menjawab terkait adanya gelombang panas: 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

1. Penyebab Panas Terik di Siang Hari

Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menjelaskan fenomena panas terik yang terjadi belakangan ini dipicu beberapa hal.

Pertama, karena posisi semu matahari saat ini sudah berada di wilayah utara ekuator yang mengindikasikan bahwa sebagian wilayah Indonesia akan mulai memasuki musim kemarau. Dimana tingkat pertumbuhan awan dan fenomena hujan akan sangat berkurang, sehingga cuaca cerah pada pagi menjelang siang hari akan cukup mendominasi.

Dominasi cuaca yang cerah dan tingkat awan yang rendah tersebut dapat mengoptimalkan penerimaan sinar matahari di permukaan Bumi, sehingga menyebabkan kondisi suhu yang dirasakan oleh masyarakat menjadi cukup terik pada siang hari.

Sebagai bentuk kewaspadaan dalam menghadapi musim kemarau saat ini, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI mengimbau warga Jakarta berhemat air.

"Kami mengimbau masyarakat untuk waspada dan mengajak masyarakat untuk mengantisipasi dengan mulai melakukan penghematan air, serta menjadikannya sebagai gaya hidup baru. Ancaman bencana kebakaran pada gedung dan pemukiman juga perlu kita antisipasi bersama sebagai bentuk kewaspadaan terhadap dampak kekeringan di musim kemarau ini," kata Kepala Pelaksana BPBD DKI Jakarta Isnawa Adji di Jakarta, Senin.

Isnawa menjelaskan kewaspadaan masyarakat perlu ditingkatkan karena berdasarkan prakiraan musim kemarau di Indonesia tahun 2022 yang dirilis oleh BMKG, rata-rata wilayah DKI Jakarta sudah memasuki awal musim kemarau pada bulan April 2022 dan untuk wilayah Jakarta Timur dan Jakarta Selatan akan memasuki awal musim kemarau pada bulan Juni 2022.

 

3 dari 4 halaman

2. Bukan Gelombang Panas

Lebih lanjut Guswanto menambahkan bahwa suhu panas terik yang terjadi di wilayah Indonesia bukan fenomena gelombang panas.

Menurut World Meteorological Organization (WMO), gelombang panas atau dikenal dengan "Heat Wave" merupakan fenomena kondisi udara panas yang berkepanjangan selama lima hari atau lebih secara berturut-turut di mana suhu maksimum harian lebih tinggi dari suhu maksimum rata-rata hingga 5 derajat Celcius atau lebih.

Fenomena gelombang panas biasanya terjadi di wilayah lintang menengah-tinggi seperti wilayah Eropa dan Amerika yang dipicu oleh kondisi dinamika atmosfer di lintang menengah. Sedangkan yang terjadi di wilayah Indonesia adalah fenomena kondisi suhu panas/terik dalam skala variabilitas harian.

BMKG mencatat suhu maksimum terukur selama periode 1-7 Mei 2022 berkisar antara 33-36,1 derajat Celcius dengan suhu maksimum tertinggi hingga 36,1 derajat Celcius terjadi di wilayah Tangerang-Banten dan Kalimarau-Kalimantan Utara.

Suhu maksimum tertinggi di Indonesia pada bulan April selama 4-5 tahun terakhir sekitar 38,8 derajat Celcius di Palembang pada tahun 2019, sedangkan di bulan Mei sekitar 38,8 derajat Celcius di Temindung Samarinda pada tahun 2018, demikian Guswanto.

4 dari 4 halaman

3. Waspada Suhu Panas hingga Pertengahan Mei

Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Guswanto juga menyebut, kondisi suhu terik di wilayah Indonesia harus diwaspadai hingga pertengahan Mei.

"Kewaspadaan kondisi suhu panas terik pada siang hari masih harus diwaspadai hingga pertengahan Mei,” kata Guswanto dalam keterangannya, Senin (9/5/2022).

Oleh sebab itu, Guswanto pun mengingatkan masyarakat untuk senantiasa menjaga kondisi stamina tubuh dan kecukupan cairan.

"Masyarakat diimbau untuk senantiasa menjaga kondisi stamina tubuh dan kecukupan cairan tubuh terutama bagi warga yang beraktivitas di luar ruangan pada siang hari," kata Guswanto.

Guswano, melanjutkan, BMKG mencatat bahwa suhu maksimum terukur selama periode 1-7 Mei 2022 berkisar antara 33-36,1 derajat Celcius. Dengan suhu maksimum tertinggi hingga 36,1 derajat Celcius, yang terjadi di wilayah Tangerang-Banten dan Kalimarau-Kalimantan Utara.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.