Sukses

Update Covid-19 Sabtu 7 Mei 2022: Positif 6.048.204, Sembuh 5.885.406, Meninggal 156.371

Data update pasien Covid-19 ini tercatat sejak Jumat, 6 Mei 2022, pukul 12.00 WIB hingga hari ini, Sabtu (7/5/2022) pada jam yang sama.

Liputan6.com, Jakarta - Kasus positif Covid-19 di Tanah Air masih bertambah. Pada hari ini, Sabtu (7/5/2022), mereka yang terkonfirmasi meningkat 218 orang, sehingga kasus positif virus Corona terhitung sejak Maret 2020 menjadi 6.048.204 orang. 

Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 juga melaporkan adanya peningkatan jumlah pasien sembuh dan terbebas dari Corona. Bertambah 307, sehingga angka kumulatif kasus sembuh di Indonesia menyentuh angka 5.885.406 jiwa. 

Satgas Covid-19 juga mengungkap masih ada kasus meninggal dunia akibat Covid-19 hingga saat ini. Bertambah 14, maka jumlah keseluruhan warga yang berpulang akibat terpapar Covid-19 mencapai 156.371 orang. 

Data update pasien Covid-19 ini tercatat sejak Jumat, 6 Mei 2022, pukul 12.00 WIB hingga hari ini, Sabtu (7/5/2022) pada jam yang sama.

Sementara itu, Epidemiolog dari Universitas Griffith Australia Dicky Budiman mengatakan kasus Corona Virus Desease 2019 (COVID-19) usai libur Lebaran 2022 baru akan terlihat sekitar satu bulan mendatang.

"Untuk mengetahui kasus COVID-19, efek dari Lebaran, sekitar sebulan lah rata-rata, namun ini juga bergantung seberapa baik deteksi karena kembali, apapun itu bergantung pada kemampuan deteksi," kata Dicky di Jakarta, Jumat 6 Mei 2022.

Perkiraan waktu tersebut, kata Dicky, adalah paling ideal mengingat pemerintah juga mewajibkan pemudik untuk memperoleh vaksinasi penguat sebelum melakukan aktivitas mudik Idul Fitri 1443 Hijriah ini untuk mencegah gelombang kasus, meski tidak diketahui pasti bagaimana kepatuhan pemudik pada ketentuan itu.

 

 ** #IngatPesanIbu 

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

#sudahdivaksintetap 3m #vaksinmelindungikitasemua

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Vaksinasi Bukan Satu-satunya Faktor Aman

"Permasalahannya adalah kita tidak tahu seberapa banyak pemudik yang mendapatkan booster, namun setidaknya masih dalam durasi efektif dari dua dosis vaksinasi, yang artinya masih berada di bawah tujuh bulan pascasuntikan kedua," ucapnya yang dilansir Antara.

Meski demikian, Dicky membenarkan vaksinasi bukan menjadi satu-satunya faktor amannya perjalanan mudik lebaran 2022 ini dari ancaman COVID-19, namun juga ada pengaruh ventilasi dan sirkulasi udara, serta tingkat kerumunan.

Dicky menyebutkan meski hanya ada 10-20 persen orang yang terinfeksi COVID-19, berpotensi jadi pembawa virus ini dan menularkannya, terlebih momen mudik dan balik, adalah waktu di mana kerumunan orang akan bergerak bersamaan.

"Nah efektifitas penularan dalam arus ramai seperti ini bergantung pada seberapa banyak orang yang mendapat vaksinasi, tidak perlu 100 persen sekitar 70 atau 60 persen relatif akan menjadi barrier, terlebih jika sudah 100 persen. Karenanya kita semua berharap vaksinasi yang dilakukan beberapa waktu belakangan tidak akan sampai memberi efek negatif pada perkembangan penanganan COVID-19," ucapnya.

3 dari 3 halaman

Sinovac Jadi Booster

Penggunaan booster Sinovac, menurut Juru Bicara Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI Siti Nadia Tarmizi memberikan perlindungan dan alternatif masyarakat agar nyaman memilih jenis vaksin COVID-19. Terlebih, Sinovac sudah mengantongi Sertifkat Halal dari Majelis Ulama Indonesia (MUI).

Walau begitu, hasil uji klinis sebelumnya menyatakan, efikasi Sinovac sangat rendah untuk dijadikan booster dengan konsep homolog--jenis vaksin booster sama dengan vaksin dosis pertama dan kedua. Sehingga sebelumnya Pemerintah tidak memasukkan Sinovac ke dalam regimen booster.

"Ya, efikasi rendah, tapi artinya tetap ada perlindungan dan ini memberikan alternatif kenyamanan masyarakat untuk memilih jenis vaksin tertentu," kata Nadia saat dikonfirmasi Health Liputan6.com melalui pesan singkat, ditulis Kamis (28/4/2022).

Pada Maret 2022, Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan Maxi Rein Rondonuwu menjelaskan, alasan Sinovac tidak masuk digunakan sebagai booster. Bahwa saat uji klinis, efikasi Sinovac terbilang sangat rendah untuk booster dengan konsep homolog.

"Surat Edaran saya yang terakhir tanggal 26 Februari belum masuk Sinovac. Karena uji klinisnya rendah sekali untuk booster homolog dengan Sinovac (dosis 1), Sinovac (dosis 2), dan Sinovac (booster). Jadi, tidak masuk dalam regimen booster," jelas Maxi saat Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama Komisi IX DPR RI pada Rabu, 30 Maret 2022.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.