Sukses

Pesan Dokter Usai Umat Islam Jalani Puasa Ramadhan, Tetap Jaga Kebiasaan Tubuh

Puasa Ramadhan merupakan suatu peristiwa keagamaan dilakukan oleh umat Islam yang mukmin untuk merubah kebiasaan atau perilakunya sehari-hari selama satu bulan penuh.

Liputan6.com, Jakarta - Puasa Ramadhan merupakan suatu peristiwa keagamaan dilakukan oleh umat Islam yang mukmin untuk merubah kebiasaan atau perilakunya sehari-hari selama satu bulan penuh.

"Di mana perilaku tersebut meliputi kebiasaan dalam melakukan makan, minum, tidur, olah raga dan ritual ibadah. Kalau di luar bulan puasa Ramadhan dilakukan pada pagi, siang dan sore hari, diubah menjadi malam hari," ujar Kepala Instalasi Rawat Inap RS Tugu Ibu, Depok dr. Setia Pribadi dalam acara Bincang Teras LPPM ATVI Spesial Ramadhan bertema ‘Tetap Jaga Kebiasaan Sehat Usai Lebaran’ yang ditayangkan via Channel Youtube Teras LPPM ATVI, Kamis malam 21 April 2022.

Acara yang dipandu dosen Akademi Televisi Indonesia (ATVI) drs. Dian, MSI tersebut, dapat terselenggara atas kerja sama LPPM ATVI, Mastepedia.com, Taman Bacaan Masyarakat Bukit Duri Bercerita, dan didukung dua penerbit Prenada Jakarta serta Mata Padi Yogya.

Menurut dokter Setia, akibat perubahan perilaku atau kebiasaan tersebut, tentu dapat juga mengakibatkan perubahan dalam mekanisme tubuh manusia, secara fisiologis baik fisik maupun mental.

"Diharapkan selama 30 hari melakukan puasa, akan terjadi keseimbangan (homeostasis) baru," papar Setia.

Menurut dia, contoh homeostasis adalah ketika kita tidak melakukan sarapan, maka akan terjadi penurunan kadar gula dalam darah, atau ketika kita melakukan olah raga berat akan mengakibatkan suhu tubuh meningkat dan tubuh mengeluarkan keringat.

"Keringat yang keluar akan menyebabkan suhu tubuh menjadi dingin kembali. Ketika tubuh mendapatkan infeksi, bakteri atau virus, tubuh menjadi panas lemah," terang Setia.

Dia mengatakan, banyak lagi keadaan yang membuat tubuh melakukan keseimbangan baru ketika terjadinya perubahan perilaku.

"Salah satu tujuan puasa pada bulan Ramadhan, selain beribadah sebagai ketakwaan, juga terdapat kegunaan secara fisik menjadikan tubuh kita, mendapat tantangan baru yang dapat berakibat tubuh menjadi lebih sehat," ucap Setia yang juga Ketua Sub Komite Manajemen Risiko RS Tugu Ibu.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Ubah Kebiasaan dan Perilaku Berlebihan

Menurut Setia, ketika Ramadhan, maka kita memasuki kebiasaan lama yang dijalankan sebelum puasa.

"Nah disini titik kritis, di mana, tubuh harus menyesuaikan kembali mekanisme fisiologisnya dan akan terjadi keseimbangan baru (homeostasis)," terang dia.

"Bagaimana kita menyikapi hal ini, supaya kita tetap sehat? Paling utama yang harus dipahami adalah bahwa pola pikir kita, atau cara kita befikir bahwa kita telah terlepas dari belenggu puasa selama sebulan. Jadi layaknya orang yang telah terlepas dari suatu ikatan, maka akan melakukan kegiatan yang berlebihan. Inilah yang seringkali menjadi persoalan," papar Setia.

Kemudian, dia mengaku, banyak orang datang ke IGD sebuah rumah sakit usai puasa dengan keluhan sakit di bagian perut seperti, mual, muntah, perih, melilit seperti ditusuk tusuk, diare, dan sebagainya.

"Semua itu terjadi karena tubuh kita mendapatkan perilaku yang berlebihan setelah usai puasa. Seperti makan yang berlebihan, yang mengandung komponen makanan yang menyebabkan meningkat iritasi (pedas, soda) atau lemak yang tinggi sehingga lambung dan usus harus bekerja lebih berat dalam proses mencernanya," papar dokter Setia Pribadi yang juga Ketua Satgas Penanggulangan Bencana RS Tugu Ibu ini.

Terkahir, Setia berpesan agar kita semua tidak mengonsumsi makanan pedas dan berlemak secara berlebihan. "Hendaknya jangan mengkosumsi makanan yang pedas, berlemak secara berlebihan, berilah waktu kepada sistem pencernaan kita untuk berusaha memahami kondisi yang selama bulan ramadhan telah mencapai homeostasis, kata dia.

"Begitu juga kebisaan kita melakukan olah raga, yang bisa jadi berubah ketika puasa dan usai puasa. Perlu dilakukan penyesuaian secara bertahap sehingga tubuh kita dapat menyesuaikan kembali kepada kebiasaan baru usai puasa," jelas Setia.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.