Sukses

Ini Risiko Jika Relaksasi Aktivitas Saat Ramadhan Tak Dibarengi Protokol Kesehatan

Pemerintah merelaksasi sejumlah aktivitas masyarakat selama Ramadhan hingga Lebaran Idulfitri 2022.

Liputan6.com, Jakarta Pemerintah merelaksasi sejumlah aktivitas masyarakat selama Ramadhan hingga Lebaran Idulfitri 2022.

Di antaranya, mengizinkan salat berjamaah di masjid, boleh buka puasa bersama, hingga bisa mudik Lebaran.

Relaksasi aktivitas ini tetap harus diikuti penerapan protokol kesehatan yang ketat.

Ketua Umum Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat (IAKMI) Ede Surya Darmawan, mengatakan, ada risiko jika relaksasi aktivitas masyarakat selama Ramadhan tidak diikuti kepatuhan protokol kesehatan.

Menurut dia, akan muncul varian baru Covid-19. Varian yang muncul tak bisa dipastikan apakah tidak berbahaya dari sebelumnya atau justru sebaliknya.

"Yang menjadi khawatir adalah terjadi mutasi baru, kemudian orang yang terinfeksi meninggal," kata Ede dalam diskusi virtual, Jumat (8/4/2022).

Dia pun mengingatkan, pandemi Covid-19 belum berakhir, sehingga semua pihak diminta untuk waspada.

Sebagai gambaran, di Tanah Air, laju penularan virus SARS-CoV-2 itu cenderung fluktuatif. Sehingga semua pihak harus tetap berhati-hati dalam melakukan aktivitas.

"Makanya sebaiknya dicegah lebih awal," kata Ede.

Dia berharap relaksasi aktivitas di bulan Ramadhan tidak membuat semua pihak abai atau lalai terhadap protokol kesehatan.

Karena itu dia meminta baik itu pemerintah pusat, pemerintah daerah, hingga pengelola tempat ibadah tetap mengawasi penerapan protokol kesehatan.

"Untuk menjalankan ibadah Ramadan khususnya kegiatan berjamaah, pastikan kita dalam keadaan sehat dan tetap menerapkan protokol kesehatan dengan sebaik-baiknya," kata Ede.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Tetap Hidup Sehat

Ede meminta masyarakat tetap berperilaku hidup sehat selama Ramadan. Tak hanya itu, masyarakat perlu membiasakan diri hidup lebih bersih, misalnya membiasakan cuci tangan secara rutin.

"Kalau bapak ibu sakit segera lakukan istirahat, karantina, bila perlu dilakukan testing dengan cepat supaya cepat ditangani," kata dia.

Sementara, Kepala Seksi Surveilans Epidemiologi dan Imunisasi Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi DKI Jakarta dr. Ngabila Salama mengingatkan seluruh masyarakat untuk tetap menjaga protokol kesehatan (prokes) dan tidak mengabaikan dengan alasan Covid-19 sudah melandai.

Di samping itu, menurut Ngabila, vaksinasi Covid-19 juga harus digenjot, baik vaksinasi kedua maupun booster.

"Covid-19 di Jakarta sudah terkendali. Kondisinya sudah cukup baik, tapi sebaiknya testing jangan sampai turun," ujar Ngabila dalam Teras LPPM ATVI Spesial Ramadhan bertema Siap Belajar di Masa Pascapandemi yang ditayangkan Channel Youtube Teras LPPM ATVI, dikutip Jumat (8/4/2022).

Kemudian, dia meminta jangan sampai turunnya jumlah kasus dan angka kematian dikarenakan menurunnya testing Covid-19.

 

3 dari 4 halaman

Super Immunity

Meski begitu menurut Ngabila, saat ini Indonesia sudah terjadi super imunity atau hybrid super imunity.

"Di Indonesia sudah terjadi super imunity atau hybrid super imunity, karena secara sadar atau tidak, masyarakat yang terinfeksi virus dan sudah vaksin, imunnya makin tinggi. Tapi tetap harus kencangkan Prokes dan vaksinasi," kata Ngabila yang juga merupakan alumnus FKUI 2007 ini.

Terkait apakah Indonesia sudah memasuki masa endemi atau belum, Ngabila menilai situasi saat ini sudah relatif aman, tetapi belum sesuai standar WHO.

"Pandemi masih ada dan belum dicabut oleh WHO. Jika WHO sudah mencabut, maka kita memasuki era endemi. Jadi, masker harus terus disosialisasi untuk digunakan, sebab orang yang sudah vaksin 3 kali pun masih berpeluang terkena Covid-19," ucap Ngabila.

Selain itu, Ngabila mengatakan, walaupun kasus Covid-19 dilaporkan melandai, semua pihak tetap harus waspada.

"Kita harus melengkapi vaksinasi dan mendapatkan vaksinasi booster. Vaksin tidak memperparah orang yang memiliki komorbid, melainkan melindungi orang yang memiliki komorbid," terang dia.

 

4 dari 4 halaman

Perkembangan Kasus

Diketahui, kasus terkonfirmasi positif Covid-19 di Indonesia mencapai 6.030.168. Ada peningkatan 1.755 kasus dari data Kamis (7/4) yang tercatat masih 6.028.413 orang.

Satuan Tugas Penanganan Covid-19 menyebut, pemerintah melakukan pemeriksaan terhadap 130.419 spesimen dari 84.764 orang dalam 24 jam terakhir hingga hari ini pukul 12.00 WIB, sehingga menemukan 1.755 kasus Covid-19 baru.

Ada 32 provinsi yang mengalami peningkatan kasus Covid-19 hari ini. Lima provinsi mencatat angka tertinggi, yakni DKI Jakarta 592, Jawa Barat 334, Banten 157, Jawa Tengah 149, dan Jawa Timur 121.

Pasien sembuh dari Covid-19 bertambah 3.442 sehingga total menjadi 5.798.044. Tiga provinsi mencatat penambahan pasien sembuh terbanyak yaitu DKI Jakarta 764, Jawa Barat 406, dan Jawa Tengah 398.

Kasus kematian akibat Covid-19 juga bertambah, yakni sebanyak 47. Total kasus kematian menjadi 155.556. Tercatat ada tiga provinsi yang mengalami kenaikan kasus kematian Covid-19 tertinggi yakni Jawa Timur 10, Jawa Tengah 8, dan Jawa Barat 7.

Satuan Tugas Penanganan Covid-19 melaporkan kasus aktif Covid-19 sebanyak 76.568, berkurang 1.734 dari data kemarin 78.302 orang. Data ini dilaporkan Satuan Tugas Penanganan Covid-19 di Jakarta, Jumat (8/4) pukul 16.22 WIB.

 

Reporter: Supriatin/Merdeka.com

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.