Sukses

Soroti BOR DKI Jakarta 45 Persen, DPR: Perlu Perbanyak Tempat Isolasi Terpusat

Isolasi terpusat di Jakarta menjadi penting untuk diperbanyak agar dapat menampung pasien gejala sedang dan ringan yang tidak punya tempat isolasi mandiri, juga bagi yang khawatir kondisinya memburuk.

Liputan6.com, Jakarta - Wakil Ketua Komisi IX DPR RI Fraksi PDI Perjuangan, Charles Honoris, menilai, angka keterisian tempat tidur rumah sakit atau Bed Occupancy Rate (BOR) di Jakarta yang sudah mencapai 45 persen akibat Covid-19 varian omicron harus mendapat perhatian tepat dari pemerintah.

"Dengan segera memperbanyak tempat isolasi terpusat. Hal ini penting agar BOR faskes di Ibu Kota tetap terkendali, sehingga faskes tetap bisa melakukan pelayanan kesehatan yang optimal, dan tidak menimbulkan kepanikan di masyarakat," tutur Charles dalam keterangannya, Kamis (27/1/2022).

Menurut Charles, data terbaru mencatat bahwa pasien Covid-19 dirawat di RS wilayah DKI Jakarta mayoritas bergejala sedang 51 persen dan ringan 38 persen, tidak bergejala atau asimptomatis 7 persen, berat 3 persen, dan kritis 1 persen.

"Masih didominasinya BOR faskes di Jakarta oleh pasien gejala sedang dan ringan bisa dipahami mengingat banyak warga ibukota yang tidak punya tempat isolasi mandiri di rumahnya, dan juga banyak yang khawatir jika isolasi tidak diawasi tenaga medis bisa berakibat fatal," jelas dia.

Sebab itu, Charles melanjutkan, isolasi terpusat di Jakarta menjadi penting untuk diperbanyak agar dapat menampung pasien gejala sedang dan ringan yang tidak punya tempat isolasi mandiri, juga bagi yang khawatir kondisinya memburuk. Sebab, pasien di tempat isolasi terpusat akan dipantau secara intensif oleh tenaga medis.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Sangat Mendesak

Dengan isolasi terpusat bagi pasien gejala sedang dan ringan, tempat tidur di fasilitas kesehatan tetap tersedia bagi pasien gejala berat dan kritis. Selain itu, tempat solasi terpusat sangat mendesak untuk diperbanyak dalam waktu dekat, mengingat kenaikan angka penularan omicron sekarang baru fase awal.

"Jika berkaca pada kasus di Amerika Serikat yang mengalami kenaikan penularan varian omicron tiga kali lipat daripada delta, kasus harian di Indonesia bisa mencapai ratusan ribu, dan DKI Jakarta bisa tembus puluhan ribu kasus harian. Jika BOR tidak dikendalikan sejak awal dengan melipatgandakan tempat isolasi terpusat, dikhawatirkan layanan kesehatan faskes bisa kolaps ketika omicron mencapai puncaknya," kata Waketum Kadin Bidang Kesehatan itu.

Charles yakin, belum terlambat bagi pemerintah untuk melipatgandakan tempat isolasi terpusat, sambil mempersiapkan segala skenario menghadapi puncak penularan omicron.

"Skenario yang matang tentu akan membuat masyarakat tenang, tidak mudah panik, agar kita sama-sama bisa melewati badai omicron, yang diprediksi banyak ahli sebagai fase transisi pandemi menuju endemi Covid-19," Charles menandaskan.

3 dari 3 halaman

Infografis

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

  • Setelah Covid-19 varian Delta dan Delta Plus, kini varian Omicron menimbulkan kekhawatiran di berbagai negara.

    Omicron

  • Penyebaran Covid-19 ke seluruh penjuru dunia diawali dengan dilaporkannya virus itu pada 31 Desember 2019 di Wuhan, China

    COVID-19

  • Charles Honoris