Sukses

Polisi Tangkap 1 Buron Kasus Penipuan Investasi Robot Trading, Sita Rp 12 Miliar

Polisi menangkap salah satu tersangka kasus penipuan investasi robot trading yang masuk dalam Daftar Pencarian Orang (DPO) alias buron dengan inisial AMA.

Liputan6.com, Jakarta - Polisi menangkap salah satu tersangka kasus penipuan investasi robot trading yang masuk dalam Daftar Pencarian Orang (DPO) alias buron dengan inisial AMA. Dari tangannya disita uang tunai senilai Rp 12 miliar.

Dirtipideksus Bareskrim Brigjen Whisnu Hermawan menyampaikan, penangkapan AMA dilakukan pada Kamis, 20 Januari 2022. Dia merupakan pemilik atau owner dari aplikasi robot trading Evotrade.

"Telah dilakukan penangkapan terhadap tersangka Andi Muhammad Agung Prabowo di salah satu hotel di daerah Jl Kebon Kacang, Jakarta Pusat," tutur Whisnu kepada wartawan, Senin (24/1/2022).

Menurut Whisnu, uang tunai Rp 12 miliar disita petugas saat melakukan penggeledahan di lokasi penangkapan AMA. Adapun bentuknya merupakan pecahan rupiah dan dolar Singapura.

"Barang bukti uang Singapura-nya lebih dari Rp 12 miliar," jelas dia.

Whisnu menyebut, tersangka AMA langsung ditahan usai penangkapan. Sementara untuk DPO lain berinisial AD kini masih dalam pengejaran petugas.

"Melakukan pengejaran atau penangkapan terhadap satu orang lagi owner robot trading Evotrade atas nama tersangka Anang Diantoko," Whisnu menandaskan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Penipuan investasi robot trading

 

Sebelumnya, Dittipideksus Bareksrim Polri mengungkap kasus penipuan investasi robot trading. Dalam prosesnya, para pelaku menggunakan skema piramida atau ponzi untuk menjual aplikasi tak berizin.

Dirtipideksus Bareskrim Polri Brigjen Whisnu Hermawan menyampaikan, PT Evolusion Perkasa Group melakukan penjualan aplikasi robot trading dengan nama Evotrade, sebagai perangkat transaksi Forex.

"Ini menjual aplikasi robot trading ini tanpa izin, bahkan dalam melaksanakan kegiatannya melakukan sistem ponzi atau sistem piramida, member ke member," tutur Whisnu di Mabes Polri, Jakarta Selatan, Rabu (19/1/2022).

Menurut Whisnu, pelaku menjual aplikasi robot trading dengan tiga paket penawaran seharga, 150 USD, 300 USD, dan 500 USD. Para member yang akan join diharuskan ikut menggunakan referral link yang telah disediakan.

"Jadi bukan barangnya yang dijual, tapi sistemnya. Jadi kalau ada enam layer dan kalau ikut dalam bisnis tersebut kemudian mendapatkan member, maka mendapatkan 10 persen. Kemudian mendapatkan member lagi mendapatkan 6 persen, jadi seterusnya begitu, berjenjang hingga 20 persen," jelas dia.

3 dari 3 halaman

6 Tersangka

Whisnu mengatakan, dalam kasus ini pihaknya menetapkan enam tersangka yakni AD dan AMA, sementaraa yang masuk dalam Daftar Pencarian Orang (DPO) alias buron, AK, D, DES, dan MS.

Adapun jumlah member yang sejauh ini telah terkumpul sebanyak 3 ribu yang tersebar mulai dari Jakarta, Bali, Surabaya, Malang, Aceh, dan lainnya.

"Kegiatan usaha perdagangan ini tidak memiliki perizinan di bidang perdagangan yang diberikan oleh kementerian," Whisnu menandaskan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.