Sukses

Prabowo soal Pembelian Jet Tempur Rafale: Tinggal Mengaktifkan Kontrak Saja

Kementerian Pertahanan berencana membeli jet tempur Dassault Rafale buatan Prancis pada tahun 2022.

Liputan6.com, Jakarta Kementerian Pertahanan berencana membeli jet tempur Dassault Rafale buatan Prancis pada tahun 2022.

Menhan Prabowo Subianto menyatakan, proses pembelian jet tempur tersebut sudah lebih maju dan tinggal mengaktifkan kontraknya saja.

"Rafale sudah agak maju saya kira, tinggal mengaktifkan kontrak saja," kata dia di Gedung Kementerian Pertahanan, Kamis (20/1/2022).

Meski demikian, Ketua Umum Gerindra ini menuturkan, pihaknya telah melakukan pengadaan berbagai kendaraan tempur buatan dalam negeri, untuk diberikan kepada TNI.

Kendaraan-kendaraan tempur itu dipmerkan dalam rapim Kemenhan 2022 yang digelar hari ini.

"Kita serahkan beberapa peralatan untuk TNI produksi dalam negeri kita, produksi Pindad yaitu kendaraan berlapis baja, ada Badak, ada Anoa, ada Komodo dan ada beberapa alat-alat untuk angkatan udara dan untuk Angkatan Laut, kapal patroli ya," kata Prabowo.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Renstra 2024

Sebelumnya, TNI Angkatan Udara akan membeli pesawat tempur canggih generasi 4.5, di antaranya Dassault Rafale buatan Prancis dan F-15 Ex buatan Amerika Serikat untuk rencana strategis hingga 2024.

Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) Marsekal Fadjar Prasetyo dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Jumat (19/2/2021) mengatakan TNI AU juga akan membeli pesawat berupa multi role tanker transport dan pesawat angkut Hercules jenis C-130 J.

Selain itu, terdapat Radar GCI3, pesawat berkemampuan airborne early warning, UCAV berkemampuan MALE dan berbagai alutsista lainnya.

"Dari berbagai upaya tersebut, kini telah mulai menampakkan titik terang. Mulai tahun ini hingga 2024, kita akan segera merealisasikan akuisisi berbagai alutsista modern secara bertahap," kata Fadjar dalam Rapim TNI AU yang digelar di Mabes TNI AU, Jakarta.

Fadjar mengatakan, rencana pengadaan alat utama sistem senjata (alutsista) Indonesia telah mengalami beberapa kali perubahan baik dari kondisi global maupun kapasitas negara.

"Meski memiliki pedoman postur, renstra, dan minimum essential force, namun implementasinya sangat bergantung pada berbagai faktor dan kondisi yang terus berubah secara dinamis," kata Fadjar.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.