Sukses

Mengangkat Datuk, Sang Pemangku Adat

Pengangkatan seorang datuk atau pemangku adat adalah keharusan bagi setiap suku di Minangkabau. Datuk Syafruddin Arifin diangkat sebagai pemangku adat komunitas Suku Piliang.

Liputan6.com, Agam: Masyarakat Minangkabau memang sangat kental memegang adat sekaligus menjunjung tinggi syariat Islam. Ini dilatarbelakangi sebuah pepatah lama yang mengatakan: adat basandi syarak, syarak basandi Kitabullah. Karenanya sosok datuk sebagai pemangku adat adalah suatu keharusan. Pemangku adat adalah orang yang mengayomi warga atau mengurusi adat istiadat di wilayah tugas masing-masing. Pemangku adat juga dapat menjadi hakim jika dalam suatu komunitas terjadi suatu pelanggaran adat. Tak heran, datuk juga dijadikan simbol hukum adat masyarakat masing-masing suku.

Ketentuan itu juga berlaku terhadap Suku Piliang yang mendiami Nagari Tiku Limo Jorong, sebuah desa di pesisir barat, Provinsi Sumatra Barat. Namun, beberapa waktu terakhir ini, masyarakat Suku Piliang tak memiliki seorang datuk. Padahal, komunitas lainnya telah memiliki seorang datuk. Atas kondisi tersebut, belum lama berselang, para sesepuh Suku Piliang berkumpul di sebuah masjid besar di daerah mereka yang secara administratif masuk wilayah Desa Ujunglabung, Kecamatan Tanjungmutiara, Kabupaten Agam. Para sesepuh kemudian menggelar rapat adat.

Agenda utama pertemuan yang dihadiri Ninik Mamak dan para Pusako membicarakan tentang perlunya mengangkat seorang datuk. Setelah berembuk, akhirnya mereka secara aklamasi mencalonkan Syafruddin Arifin, seorang di antara tokoh Suku Piliang yang sehari-harinya menjabat sebagai Wakil Bupati Agam untuk menjadi pemangku adat. Kesepakatan mengenai rencana pengangkatan Syafruddin sebagai datuk kemudian dibawa ke Forum Basa Nan Ampek, yakni sebuah forum beranggotakan empat penerus Kerajaan Pagaruyung, Minangkabau untuk wilayah Kabupaten Agam. Kepada para sesepuh, rencana pengangkatan Syafruddin disampaikan. Melalui perdebatan dan perbincangan panjang akhirnya rencana tersebut disetujui. Hari pelantikan pun ditetapkan.

Sehari sebelum hari pelantikan, warga desa mulai sibuk mempersiapkan upacara adat Malewakan Gala, yakni upacara pelantikan datuk. Seekor kerbau, hewan kehormatan etnis Minangkabau yang akan dijadikan sebagai kurban mulai dihias. Bersama para Ninik Mama, warga desa kemudian menyerahkan hewan kerbau yang telah dihias kepada para sesepuh Suku Piliang. Selanjutnya, hewan kurban ini pun disembelih dan dagingnya dimasak untuk hidangan upacara. Sedangkan bagian kepala kerbau dijadikan hiasan gapura di Balairung yang menjadi lokasi pelantikan datuk. Sebagai tempat pelantikan, Balairung pun dipersiapkan dengan seksama agar terlihat indah. Aneka kain warna-warni menghiasi rumah panggung yang menjadi pusat upacara. Persiapan juga dilakukan di rumah Syafruddin.

Ketika hari mulai gelap persiapan untuk upacara pun telah usai, baik di Balairung maupun di rumah calon pemangku adat. Warga yang telah bersusah payah membantu persiapan selama seharian mendapatkan hiburan cuma-cuma. Hiburan itu berupa sejumlah kesenian tradisional Minang, Indang, dan Saluang. Hiburan ini terus berlangsung hingga larut malam. Keesokan harinya, tiba saatnya upacara pelantikan. Para wanita warga sekitar membawa makanan yang dimasak bersama ke rumah Syafruddin untuk hidangan peserta upacara. Begitu juga dengan para tamu yang sebagian besar para datuk dari komunitas lain pun mulai berdatangan ke rumah ini. Kali ini, upacara pelantikan menjadi lebih istimewa mengingat dihadiri seorang tamu penting dari Ibu Kota, Menteri Sosial Bachtiar Chamsyah yang juga tokoh masyarakat Minang.

Setelah semua perangkat adat dan tamu penting sudah hadir, tiba waktunya bersama-sama menuju lokasi upacara. Iring-iringan para peserta upacara berikut hidangan menghiasi jalan yang dilalui. Sesampai di lokasi pelantikan, upacara Malewakan Gala pun digelar. Para datuk dan Basa Nan Ampek duduk bersila di ruangan Balairung. Saat yang dinantikan tiba, Syafruddin yang akan dilantik diminta memasuki ruangan. Upacara yang dipimpin seorang di antara empat anggota Basa Nan Ampek berjalan khidmat. Dengan ditandai pemakaian baju adat, Syafruddin kini telah resmi menjadi datuk pemangku adat Suku Piliang di Nagari Tiku lengkap dengan gelarnya Datuk Bandaro Nan Kuniang. Di pundak Syafruddin, harapan warga Suku Piliang untuk menjadi lebih baik ditambatkan.(ORS/Tim Potret)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.