Sukses

Buku Menghidupkan Gus Dur, Kenangan Yahya Cholil Staquf Terhadap Bangsawan Humoris

Dalam buku ini, Yahya Cholil Staquf bercerita tentang awal perkenalannya dengan Gus Dur hingga didapuk menjadi juru bicara Gus Dur saat menjadi Presiden ke-4 Republik Indonesia.

Liputan6.com, Jakarta - Katib Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Yahya Cholil Staquf meluncurkan buku berjudul Menghidupkan Gus Dur. Buku setebal 158 halaman ini bercerita tentang kenangannya bersama dengan mendiang Presiden Keempat Abdurrahman Wahid alias Gus Dur.

Buku yang ditulis oleh AS Laksana ini sengaja diluncurkan menjelang peringatan haul Gus Dur ke 12 pada 30 Desember 2021. Yahya mengaku sudah mengidolakan Gus Dur sejak kecil. Hal tersebut yang mendorongnya menuangkan kenangannya bersama Gus Dur lewat sebuah buku.

"Gus Dur itu idealismenya, visi-nya, dan cita-citanya masih relevan hingga sekarang. Saya yakin secara sosiologis akan relevan hingga tahun-tahun ke depan. Gus Dur nya memang sudah tidak ada, tapi kita masih membutuhkan kegusduran," ujar Yahya Cholil Staquf dalam peluncuran buku di Jakarta Selatan, Minggu (19/12/2021).

Dalam buku ini, Yahya bercerita tentang awal perkenalannya dengan Gus Dur hingga didapuk menjadi juru bicara Gus Dur saat menjadi Presiden ke-4 Republik Indonesia. Yahya kerap menemani Gus Dur bertemu dengan tokoh negara bahkan pemimpin dunia.

Dalam buku disisipkan tentang kenangannya dengan Gus Dur yang menurutnya adalah bangsawan humoris. Yahya menjabarkan bagaiman Raja Saudi Arabia Fahd, Presiden Amerika Bill Clinton, Presiden Prancis Jacques Chirac, dan pemimpin Kuba Fidel Castro pernah tertawa karena lelucon Gus Dur.

"Gus Dur memiliki rasa humor yang luar biasa, yang memang dia asah sejak kanak-kanak, sehingga dia bisa menggunakan secara spontan dalam situasi apapun dan ketika bertemu siapapun," kenang Yahya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Awal Mula Mengenal Gus Dur

Yahya bercerita awal dirinya kenal dengan Gus Dur. Saat itu Yahya tengah ikut sebuah acara yang dihadiri Gus Dur, ayahnya Muhammad Cholil Bisri, dan pamannya Ahmad Mustofa Bisri alias Gus Mus. Yahya saat itu memutuskan menginap bersama dengan Gus Mus.

Menurut Yahya, Gus ur dan Gus Mus merupakan teman dekat, sehingga Gus Dur saat itu mendatangi kamar yang inapi Yahya dan Gus Mus. Saat berada dalam kamar, tak lama berselang Gus Mus meninggalkan Yahya berdua dengan Gus Dur.

Menurut Yahya, saat itu Gus Dur berbicara banyak tentang negara, demokrasi, hingga tantangan global terhadap Islam. Yahya mengaku saat itu terpesona dengan cara pandang Gus Dur. Namun di tengah keterpesonaannya dengan pemikiran Gus Dur, Yahya malah dibuat tertawa dengan lelucon Gus Dur secara tiba-tiba.

"Tiba-tiba di tengah obrolan, Gus Dur melihat cincin akik yang ditinggal paman saya. 'Ini akik ini kalau diletakkan di ujung jari, lalu sampeyan cocokkan, kalau pas ya, berarti jodoh', saya melongo, enggak bisa komentar, setelah bicara tentang demokrasi, tiba-tiba bicara tentang akik," kata Yahya.

Menurut Yahya, kenangan-kenangan tersebut yang dia ceritakan kepada AS Laksana yang kemudian disusun dalam sebuah buku.

"Saya didatangi Sulaks (AS Laksana) dua minggu, dia ikut sarapan, saya ngantuk dia enggak pergi-pergi juga. Tapi akhirnya jadi buku. Ini ngobrolnya awal tahun 2020, karena saya kenal dia, buku ini jadi, ya syukur, enggak jadi ya sudah," kata dia.

3 dari 3 halaman

Yenny Wahid Sampaikan Terima Kasih

Yenny Wahid, anak dari Gus Dur mengucapkan terima kasih kepada AS Laksana dan Yahya yang menelurkan buku tersebut. Hadir secara daring, Yenny Wahid merasa buku tersebut bisa menjadi wadah bagi mereka yang rindu dengan sosok Gus Dur.

"Gus Yahya ini mendampingi Gusdur dalam periode sangat penting dalam kehidupan Gus Dur, penuh historis, penuh momentum, saya rasa itu privilege yang luar biasa. Saya berterimakasih kepada Gus Yahya, dengan kesibukannya neliau meluangkan waktu menceritakan kehidupan Gus Dur," kata dia.

AS Laksana sendiri mengaku senang saat diberikan kesempatan untuk menulis buku tersebut. Apalago, AS Laksana juga mengaku mengidolakan sosok Gus Dur.

"Ketika kami ngobrol, saya memang pengen menulis, saya lama tidak ketemu dengan Gus Yahya, ketemu langi pas Gus Dur meninggal, nah saya memutuskan untuk membuat memoar tentang Gus Dur. Dan Gus Yahya memberikan judul Menghidupkan Kembali Gus Dur. Ini menurut saya menarik," kata dia.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.