Sukses

Melihat Proses Pembuatan Tenun Sumba Timur

Jika mengunjungi objek wisata budaya Prailiu, maka wisatawan akan berkesempatan melihat proses pembuatan kain tenun yang terbilang rumit.

Liputan6.com, Jakarta Siapa pun pengunjung yang menyambangi Kampung Raja Prailiu pasti akan pulang dengan banyak pengalaman. Tidak saja pengalaman akan keindahan alam, tapi juga dengan begitu banyak kekayaan dan kebijaksanaan budaya yang dapat digali dan ditemukan di Kampung Raja Prailiu.

Jika mengunjungi objek wisata budaya Prailiu, maka wisatawan akan berkesempatan melihat proses pembuatan kain tenun yang terbilang rumit. Tak hanya itu, pengunjung akan mendapatkan penjelasan lengkap dan pastinya dari sumber terpercaya tentang tenunan sumba, yakni langsung dari para pengrajin.

Keberadaan kain tenun di kampung ini berhubungan dengan tradisi lampau masyarakat setempat. Penghuni Kampung Prailiu sebagian masih merupakan penganut marapu, yaitu kepercayaan memuja roh leluhur. Persatuan dengan leluhur yang sudah meninggal, diwujudkan dalam berbagai bentuk karya seni.

Ada banyak benda yang dikeramatkan. Yang menjadi corong penghubung masyarakat dengan roh leluhurnya. Salah satunya kain tenun. Mendengar langsung dari para pengrajin, pengunjung akan tahu betapa dalamnya makna di balik selembar kain, mulai dari proses pembuatannya hingga motif-motifnya.

 

Dalam tradisi Marapu, kain tenun ikat digunakan untuk banyak hal. Diantaranya sebagai mahar dalam proses pernikahan, prosesi kematian, dan juga upacara spiritual. Kain tenun Sumba Timur memiliki keindahan tiada tara. Di balik kualitas tenunnya yang sudah tidak diragukan lagi, ada proses panjang di balik pembuatannya.

Kain tenun khas prailiu jamak menggunakan benang berwarna merah, hitam, kuning, dan biru. Pewarnaan benang ini dihasilkan dari akar, daun, dan rempah-rempah alami, seperti warna biru dari daun nila dan warna merah dari ekstrak akar mengkudu.

Proses pembuatan kain tenun selanjutnya dengan menyiapkan benang atau mulai memintal kapas menjadi benang. Sesudah itu benang digulung atau di-kubukulu dengan menggunakan alat yang disebut piapangu.

Setelah benang di-kubukulu, dilakukan pembidangan atau pameningu dengan menggunakan wanggi dan kaba pameningu. Selanjutnya, proses mengikat dan menentukan motif serta warna kain tenun.

Pembuatan tenun ikat khas Sumba Timur sedikitnya membutuhkan waktu selama 8 bulan untuk menyelesaikan sebidang kain tenun. Tak heran jika kain tenun khas sumba dibandrol dengan harga yang cukup mahal. Namun, harga yang cukup mahal itu sebanding dengan kualitas tenunan, keindahan corak, dalamnya makna yang terkandung di setiap lembar tenunan Sumba Timur mulai dari awal hingga akhir pembuatannya.

 

(*)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.