Sukses

Ketua DPR Dorong Kaum Perempuan Ambil Peran Penting dalam Pembangunan di Seluruh Bidang Profesi

Puan menekankan beberapa agenda yang perlu menjadi perhatian bersama dalam upaya meningkatkan kesetaraan gender. Pertama, meningkatkan pemahaman dan perspektif perempuan bahwa perempuan dapat berperan di berbagai sektor.

Liputan6.com, Jakarta Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Puan Maharani menyatakan saat ini perempuan telah banyak aktif dan mengambil peran yang strategis dalam setiap kegiatan pembangunan di segala bidang. 

Karena itu, tak perlu lagi membanding-bandingkan peran perempuan atau laki-laki, baik itu bidang ekonomi, sosial, lingkungan hidup, olahraga, ilmu pengetahuan, riset, dan sebagainya. 

"Saya selalu mengingatkan kepada semua pihak agar menyertakan perempuan dalam seluruh proses pembangunan. Namun, partisipasi perempuan itu bukan sekadar kebijakan afirmatif, akan tetapi merupakan kesadaran atas penghargaan terhadap harkat dan martabat manusia," kata Puan di Jakarta.

Puan menyebut, tanpa kesadaran akan penghargaan harkat dan martabatnya sebagai manusia, maka perempuan akan terus menghadapi berbagai kendala yang dapat berasal dari kehidupan sosial, budaya, ekonomi, maupun politik. 

"Masih diperlukan berbagai upaya edukasi, sosialisasi, advokasi, dan memfasilitasi berbagai program dalam rangka memperkuat peran perempuan secara konsisten," papar dia.

Sebagai Ketua DPR, Puan juga menekankan beberapa agenda yang perlu menjadi perhatian bersama dalam upaya meningkatkan kesetaraan gender. Pertama, meningkatkan pemahaman dan perspektif perempuan bahwa perempuan dapat berperan di berbagai sektor. 

Kedua, meningkatkan pemahaman masyarakat tentang pentingnya peran perempuan dalam pembangunan. Ketiga, penguatan regulasi nasional untuk menjamin peran perempuan. Dan membangun kerja sama antar berbagai kelompok dan negara untuk menciptakan lingkungan yang ramah bagi peran perempuan.

Puan mengingatkan, menghadapi tantangan masa depan, perempuan juga harus meningkatkan kapasitas dan kualitas diri serta harus semakin mampu mengorganisir dan menghasilkan kepemimpinan perempuan yang inspiratif. 

"Saya percaya negara tidak mungkin sejahtera dan maju jika para perempuannya tertinggal. Oleh karena itu, pemberdayaan perempuan harus terus menjadi agenda kerja bersama kita, gotong royong pemerintah, masyarakat, dunia usaha, dan para pemangku kepentingan lainnya," papar dia.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Kesenjangan Gender di Lingkungan Kerja

Apa yang disampaikan Puan ini sejalan dengan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) I Gusti Ayu Bintang Darmawati. Bintang mengatakan, saat ini pembangunan di Indonesia belum dirasakan sepenuhnya oleh kaum perempuan.

Menurutnya, dalam konteks pembangunan, ketimpangan relasi kuasa yang terjadi antara perempuan dan laki-laki berdampak pada adanya kesenjangan beberapa hal, di antaranya banyak perempuan yang tidak mendapatkan akses, partisipasi, kontrol, dan manfaat pembangunan yang setara dengan laki-laki. 

Termasuk penguasaan terhadap sumber daya, seperti pada bidang pendidikan, kesehatan, ekonomi, sosial budaya, dan bidang strategis lainnya. 

Kondisi tersebut semakin parah sejak pandemi Covid-19, yang menyebabkan perempuan kian terdampak ketimpangan yang melebar. Pasalnya, perempuan lebih banyak bekerja di sektor informal yang justru paling terdampak pandemi. Padahal, pada kenyataannya perempuan memegang banyak peranan penting, di antaranya membantu mendorong pemulihan ekonomi pasca pandemi Covid-19.

"Perempuan menentukan kualitas generasi penerus, demikian juga kepemimpinan perempuan meningkatkan ekonomi, ketahanan pangan dan membuka berbagai peluang lintas generasi. Selain itu, dalam perjuangan melawan Covid-19, perempuan menjadi tulang punggung dari proses pemulihan di dalam komunitas, baik secara sosial maupun ekonomi," ungkap Menteri.

Bintang juga menyoroti kesenjangan gender di lingkungan kerja. KPPPA melaporkan terjadi beberapa tindakan pelanggaran hak perempuan di tempat kerja. Contohnya adalah pemberian gaji yang lebih rendah daripada laki-laki, PHK pada perempuan hamil, tidak diberikannya cuti haid, kurangnya fasilitas bagi para pekerja perempuan untuk memberikan ASI, dan sebagainya.

"Oleh karenanya, kita semua perlu aktif terlibat untuk memangkas praktik patriarki. Utamanya yang menghambat perempuan dalam menjemput berbagai kesempatan. Hal ini menjadi penting karena perempuan adalah kekuatan dalam seluruh sendi kehidupan, masa depan bangsa ini turut tergantung kepada sejauh mana perempuan bisa ambil peran dan membuat perubahan," pungkasnya. 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.