Sukses

Mengintip 4 Tradisi Unik Sejumlah Daerah Memperingati Maulid Nabi Muhammad

Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW menjadi salah satu yang diperingati umat Islam tiap tahunnya pada 12 Rabiulawal dan tahun ini jatuh di Selasa 19 Oktober 2021.

Liputan6.com, Jakarta - Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW menjadi salah satu yang diperingati umat Islam tiap tahunnya pada 12 Rabiulawal dan tahun ini jatuh di Selasa 19 Oktober 2021.

Maulid Nabi Muhammad juga dinilai sebagai suatu pesan untuk membangun serta menciptakan perdamaian sesama manusia.

Untuk menyemarakannya, peringatan tersebut dilakukan dengan berbagai macam tradisi yang berbeda di setiap daerah.

Salah satunya seperti warga Kota Bengkulu, tepatnya di Kelurahan Bajak Kecamatan Teluk Segara, yang merayakan Maulid Nabi Muhammad SAW dengan menggelar tradisi Jambar Uang.

Wakil Wali Kota (Wawako) Bengkulu Dedy Wahyudi menghadiri acara Maulid Nabi Muhammad SAW ini, di Masjid Baiturrahim di Bengkulu, pada Rabu pagi 20 Oktober 2021.

Dia disambut arakan tradisi Jambar Uang oleh warga Kelurahan Bajak. Bahkan Dedy juga membawa rangkaian jambar uang milik warga.

Kemudian ada pula di Desa Buluh, Kecamatan Socah, Bangkalan, Jawa Timur yang melakukan tradisi berebut buah. Lalu ada pula tradisi lain yaitu tabur duit.

Setelah doa selesai, tuan rumah maulidan, akan berdiri di teras rumahnya. Dia akan melemparkan duit logam maupun kertas ke orang-orang yang telah berkerumun di halaman.

Berikut tradisi unik di sejumlah daerah dalam memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW dihimpun Liputan6.com:

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 5 halaman

1. Bengkulu

Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW pada hari Rabu lalu, 20 Oktober 2021 dirayakan secara meriah oleh warga Kota Bengkulu.

Seperti di Kelurahan Bajak Kecamatan Teluk Segara, yang merayakan Maulid Nabi Muhammad SAW dengan dengan menggelar tradisi Jambar Uang.

Wakil Wali Kota (Wawako) Bengkulu Dedy Wahyudi menghadiri acara Maulid Nabi Muhammad SAW ini, di Masjid Baiturrahim di Bengkulu, pada Rabu pagi.

Dia disambut arakan tradisi Jambar Uang oleh warga Kelurahan Bajak. Bahkan Dedy juga membawa rangkaian jambar uang milik warga.

Wawako Dedy turut menyaksikan langsung penampilan anak-anak Taman Pendidikan Alquran (TPQ), dalam melantunkan ayat suci Alquran dan hadits.

Dia mengucapan terima kasih kepada Camat, Lurah dan warga yang hadir, atas sambutan yang meriah dalam peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW, di Masjid Baiturrahim, di Kelurahan Bajak Bengkulu.

"Terima kasih kepada Pak Camat, Lurah, RT dan RW, Ketua BKM, dan seluruh Ketua Adat, serta LPM. Saya merasa bangga dan bahagia, di antara seluruh masjid yang ada di Kota Bengkulu, salah satu masjid yang makmur ialah Masjid Baiturrahim di Kelurahan Bajak ini," katanya, Kamis 21 Oktober 2021.

Di sela rangkaian acara, Dedy memberikan kuis kepada para santri TPQ, serta menyerahkan hadiah kepada anak-anak, yang hafal surah pendek Alquran dan hadits pendek.

Ketua panitia acara Maulid Nabi Muhammad SAW Suandani mengatakan, tradisi Jambar Uang merupakan salah satu kearifan lokal, yang masih dilestarikan warga setiap tahunnya di Kelurahan Bajak.

Menurutnya, Jambar Uang ini didekorasi dengan menggantungkan uang di tanaman, atau tangkai yang sudah dihias. Serta dilengkapi dengan vas, seperti pot bunga.

Lalu, diarak dari masing-masing rumah warga, menuju masjid yang dituju. Dan kemudian, uang yang didapat nanti diinfaqkan ke masjid.

"Biasanya tradisi ini kita laksanakan setiap satu tahun sekali, dalam acara peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW. Dan ini sudah ada sejak dulu, bisa dikatakan sebagai salah satu kearifan lokal yang masih kental di sini," katanya.

Dia bersyukur, tradisi Jambar Uang yang terkumpul sekitar Rp 14 juta. Uang tersebut akan digunakan, untuk membantu perbaikan masjid lainnya.

Setelah mendatangi acara tersebut, Wawako Dedy Wahyudi didampingi Camat Teluk Segara Karnadi, juga menghadiri acara maulid nabi di Musala Jami’atul Huda, Kelurahan Tengah Padang Bengkulu.

 

3 dari 5 halaman

2. Madura

Orang Madura punya begitu banyak cara mengekspresikan cinta pada Nabi Muhammad SAW.

Sepanjang Rabiul Awal, bulan kelahiran nabi dalam penanggalan Hijriyah dan tahun ini bertepatan dengan Oktober 2021, ada tradisi molodhen atau maulidan untuk memeringati hari kelahiran sang nabi terakhir umat Islam.

Maulidan bisa digelar berjamaah atau perorangan. Yang perseorangan umumnya mereka yang berlebih secara materi. Sedangkan maulidan berjemaah, hanya digelar tepat pada hari kelahiran Nabi Muhammad tanggal 12 Robiul awal.

Bulan Maulid ini juga kerap disebut 'lebarannya anak-anak'. Ketika ada undangan maulid, mereka akan duduk paling depan, mengerumuni tumpeng buah. Begitu kiai selesai melafalkan doa, mereka akan saling berebut buah incaran hingga tertindih-tindih.

Biasanya, maulid di tanggal 12 ini, dimulai sejak pagi. Secara berkelompok, tiap kelompok terdiri dari 10 hingga 20 orang, akan berkeliling kampung mendatangi warga yang menggelar maulidan hari itu.

Di Desa Buluh, Kecamatan Socah, Bangkalan, Jawa Timur, selain berebut buah, ada tradisi lain yaitu tabur duit.

Setelah doa selesai, tuan rumah maulidan, akan berdiri di teras rumahnya. Dia akan melemparkan duit logam maupun kertas ke orang-orang yang telah berkerumun di halaman.

Tidak hanya anak-anak, orang dewasa, lelaki dan perempuan, muda mudi, juga ikut rebutan.

Seingat Abdul Karim, warga Desa Buluh, sejak ia kecil, rebutan buah dan tabur uang sudah menjadi tradisi tiap bulan maulid. Maka jika tak ada tradisi rebutan buah, perayaan maulid menjadi terasa tidak lengkap.

Berebut buah, kata dia, harus dimaknai lebih luas, sebagai ekspresi kebahagiaan atas kelahiran Nabi Muhammad. Bahkan, meski saat rebutan ada yang terinjak-injak, tak ada kemarahan apalagi pertengkaran.

"Ini menjadi kesenangan masyarakat untuk menyambut hari kelahiran baginda Nabi Besar Muhammad SAW yang di warnai dengan cara rebutan," ungkap dia.

Yang diprebutkan pun, kata dia, bukan sekadar buah. Menurut dia, ada keberkahan dalam setiap buah yang telah dibacakan salawat.

"Yang direbut oleh masyarakat bukan buahnya, melainkan barokah dari buah yang sudah didoakan, dengan harapan mendapatkan syafaat Nabi Besar Muhammad SAW," ungkap Abdul Karim.

 

4 dari 5 halaman

3. Cirebon

Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW di Kasultanan Kanoman Cirebon berjalan dengan penuh khidmat.

Seluruh elemen masyarakat dan keluarga besar Kasultanan Kanoman Cirebon mengikuti rangkaian kegiatan puncak Maulid Nabi Muhammad SAW.

Patih Kasultanan Kanoman Cirebon Pangeran Patih Raja Muhammad Qodiran menjelaskan, tradisi peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW di Kasultanan Kanoman disebut dengan Pelal Ageng Panjang Jimat.

"Pelal Ageng artinya malam keutamaan yang besar yakni malam dimana Nabi Muhammad lahir ke dunia," kata Patih Qodiran, Selasa sore 19 Oktober 2021.

Sementara itu, papar dia, istilah panjang jimat berasal dari kata panjang yakni sebuah piring pusaka berbentuk bundar besar pemberian seorang petapa suci bernama Sanghyang Bango dari Gunung Singkup.

Sedangkan jimat itu sendiri berarti benda apapun yang memiliki nilai sejarah dan nilai pusaka yang harus dijaga, Selain itu, istilah jimat sendiri merupakan sebutan untuk nasi dalam proses saat menjadi gabah dikupas satu per satu biji besarnya.

Diiringi bacaan solawat sembari mengupas biji gabah yang dilakukan oleh rombongan bapak sindangkasih. Kemudian disucikan oleh rombongan ibu-ibu yang suci karena sebelumnya telah berwudu.

"Rombongan tersebut nanti jadi iring-iringan ketika malam pelal panjang jimat. Tapi sebelum itu sore hari ada prosesi namanya lamaran atau panjang mios awal pemberitahuan kepada masyarakat bahwa nanti malam ada ritual Panjang Jimat," ujar dia.

Dalam ritual panjang mios tersebut, Patih Qodiran bersama pinangeran dan abdi dalem mengiring beberapa sajian yang akan disajikan saat panjang jimat.

Mereka mengiringi beberapa sajian yang akan disajikan saat malam panjang jimat dari Bangsal Kejimatan menuju Masjid Keraton Kanoman.

Dia menyebutkan, pendukung ritual panjang mios seperti benda becara ritual, beberapa kuliner sajian yang akan disantap bersama dan dibagikan kepada masyarakat setelah prosesi ritual panjang jimat selesai.

"Ada buah, koin yang sudah diberi doa solawat dan kembang," ujar dia.

Juru Bicara Kasultanan Kanoman Cirebon Ratu Raja Arimbi Nurtina menjelaskan, tradisi panjang mios dan panjang jimat menjadi simbol perumpamaan bagaimana Abdullah melamar Aminah dengan membawa seserahan.

Hingga setelah menikah dan hendak melahirkan yang disimbolkan dalam tradisi Pelal Ageng Panjang Jimat pada malam harinya.

Dia menyebutkan, dalam iring-iringan tersebut, pengiring membawa benda yang berbeda. Selain nasi jimat, pengiring juga membawa becara atau alat kebidanan.

"Alat penunjang yang dibawa itu simbolisasi persiapan kelahiran seorang bayi. Mulai dari alat kebidanan yang disimbolkan dengan gunting, pisau sampai boreh simbol bahwa setiap ibu yang habis melahirkan pasti ototnya tegang semua boreh bisa meredakan otot yang tegang," ujar dia.

Arimbi menjelaskan, panjang jimat merupakan prosesi tradisi menunggu kelahiran Nabi Muhammad SAW. Namun, karena bertepatan dengan wafatnya Nabi Muhammad, maka acara tidak berlebihan.

Prosesi panjang jimat Kasultanan Kanoman Cirebon tersebut menjadi tradisi rutin tiap tahun di bulan Maulid.

 

5 dari 5 halaman

4. NTB

Alunan pukulan lesung dan alu bergiliran menderu, menghasilkan irama beragam. Para wanita Suku Sasak ini menyambut hari dengan penuh suka cita.

Hari yang bertepatan dengan peringatan hari kelahiran Nabi Muhammad SAW dalam tradisi Mulud Adat Bayan. Begitu juga para pria yang turut menyemarakkan tradisi Maulid Nabi Adat Bayan, Kecamatan Baya, Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat.

Pengaruh agama Islam di Pulau Lombok memang tidak bisa lepas dari peran Wali Songo yang berdakwah di Tanah Lombok pada abad ke-16. Ajaran Islam menyatu dengan adat Sasak dengan adanya pusat peribadatan Masjid Bayan Beleq. Masjid pertama di Lombok yang melahirkan tradisi Maulid Nabi Adat Bayan.

Salah satu rangkaian kegiatan mereka ialah menumbuk padi secara tradisional. Tak seperti biasanya, alu memiliki panjang dua kali orang dewasa sedangkan lesungnya seukuran perahu.

Tak hanya itu, ritual lain berupa Ngegelat, hingga Menyembeq turut menyemarakkan peringatan kelahiran Nabi Muhammad.

Uniknya lagi, Maulid Nabi Adat Bayan diselenggarakan lebih dari 2 hari setelah peringatan kelahiran Nabi Muhammad pada setiap tanggal 12 Rabiul Awal.

Pada 14 dan 15 Rabiul Awal atau selama dua hari, masyarakat Suku Sasak melaksanakan peringatan Maulid Nabi.

Hari pertama warga adat Bayan akan menyerahkan hasil bumi kepada Inan Menik yang nantinya akan disajikan kepada tokoh agama dan adat. Melalui Inan Menik, setiap warga akan mengutarakan hajatnya yang kemudian akan diberi tanda daun sirih pada dahi mereka masing-masing. Tradisi ini disebut dengan Menyembeq.

Malam harinya para pria akan melakukan tradisi Ngegelat, yakni menghiasi ruangan masjid kuno Bayan Beleq. Simbol yang digunakan sarat akan makna dan, iringan gamelan turut menjadi pertanda ritual Presean dimulai.

Presean merupakan pertarungan dua pria menggunakan pemukul yang terbuat dari rotan. Bak duel sungguhan, mereka memakai perisai yang terbuat dari kulit sapi.

Sebuah ikatan antara para perempuan dengan beras, tergambar jelas dalam ritual Bisoq Menik. Ritual ini diselenggarakan pada hari kedua dalam peringatan Maulid Nabi.

Para wanita akan turun ke sungai untuk mencuci beras atau Bisoq Menik. Ritual Bisoq Menik harus dilakukan oleh perempuan dalam keadaan suci. Bahkan saat menjalankannya, berbicara merupakan pantangan tersendiri.

Di Sungai mata air Lokoq Masan Segah ini mereka memanfaatkan aliran airnya. Nantinya, beras yang sudah bersih kemudian segera dimasak sebagai hidangan makan bersama warga desa.

Namun sebelumnya, para wanita harus menyusuri jalan setapak menembus semak untuk sampai di tepian sungai. Ada pantangan tersendiri, mereka dilarang memotong jalan dan menoleh selama perjalanan.

Bakul yang berisi beras dipikul di atas kepala dengan pakaian adat tradisional yang sudah ditentukan.

Sore harinya, Praja Mulud atau para pemuda Adat yang telah didandani menyerupai dua pasang pengantin. Diiringi bersama-sama dari rumah Pembekel Beleq Bat Orong atau Pemangku adat.

Mereka akan diarak menuju Masjid Kuno dengan membawa sajian yang berupa hidangan seperti nasi dan lauk pauknya.

Praja Mulud ini menggambarkan proses terjadinya perkawinan Adam dan Hawa, yang disimbolkan dengan pasangan pengantin yang dilakukan oleh pranata-pranata adat Bayan.

Kedekatan antara perempuan dengan makanan itulah yang saat ini terjadi dalam tradisi Maulid Nabi Adat Bayan. Hubungan antara perempuan dengan makanan memang tidak dapat dipisahkan. Perempuan, sudah memberi makan anak-anaknya sebelum anak tersebut menghirup napas kehidupan.

Bangunan adat Bayan didominasi dengan dinding yang terbuat dari anyaman bambu. Atapnya terbuat dari bilah bambu dengan atap rumbia hingga ijuk. Hal inilah yang menjadi akulturasi masjid tertua di Lombok melakukan akulturasi dengan budaya Suku Sasak.

 

 

(Lesty Subamin)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.