Sukses

Wisata Glow Kebun Raya Bogor Berpolemik, Pemkot Bentuk Tim Akomodasi Aspirasi Budayawan

Aksi penolakan wisata malam Glow Kebun Raya Bogor masih terus berlanjut. Penolakan bermunculan dari para budayawan dan Ormas di Bogor.

Liputan6.com, Bogor - Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor membentuk tim kecil untuk mengakomodasi aspirasi sejumlah budayawan dan organisasi kemasyarakatan (Ormas) yang menolak wisata malam glow di Kebun Raya Bogor, Jawa Barat.

Diketahui, aksi penolakan wisata malam Glow Kebun Raya Bogor masih terus berlanjut. Salah satunya dari para budayawan dan Ormas di Bogor. Mereka menggelar demonstrasi di halaman Balai Kota Bogor, Rabu (13/10/2021) siang.

"Tim ini akan dibentuk untuk menjembatani aspirasi masyarakat. Nantinya kita menampung lebih konkret, lebih detil apa saja pokok-pokok pikiran yang harus kita sampaikan kepada pengelola," papar Wakil Wali Kota Bogor Dedie A Rachim usai menemui para pengunjuk rasa.

Usai dibentuk tim kecil itu, Dedie berharap permasalahan atau keberatan masyarakat bisa segera terakomodasi. Sebab bila dibiarkan berlarut-larut, polemik itu khawatir ditunggangi dan menjadi kontraproduktif.

Di sisi lain, Dedie menilai, keberadaan KRB tentunya akan menguntungkan bagi Pemkot Bogor. Hanya saja, ada beberapa hal yang perlu dikomunikasikan secara mendalam kepada masyarakat terkait wisata malam Kebun Raya Bogor.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Dapat Merusak Ekosistem

Sementara itu, salah satu budayawan yang menolak aktrasi cahaya lampu Glow, Cecep Thorik menyambut baik usulan Wakil Wali Kota Bogor untuk membuat tim kecil.

"Hanya saja, ketika tim kecil bekerja, KRB menjadi status quo sehingga sementara ini tidak boleh ada kegiatan lampu-lampu pada malam hari," kata dia.

Cecep menyebut aksi penolakan itu diinisiasi budayawan dari Cirebon, Banten dan tokoh-tokoh di Bogor.

Adapun tuntutannya, dari para pengunjuk rasa meminta agar wisata malam glow tidak dilakukan lantaran bisa merusak ekosistem di KRB yang merupakan marwah konservasi.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.