Sukses

22 Tahun Lalu Tragedi Semanggi II, Mahasiswa UI Yun Hap Tewas Tertembak

Jiwa aktivis Yun Hap muncul saat mendengar ada korban luka dan meninggal. Demi kebaikan masyarakat Indonesia, Ia tetap turun ke jalan. Dia pun tewas dalam tragedi Semanggi II.

Liputan6.com, Jakarta - Jumat, 24 September 1999, sekitar pukul 11.00 WIB, Yap Yun Hap menyaksikan berita di televisi tentang adanya korban luka dan meninggal akibat aksi demonstrasi menentang Rancangan Undang-Undang (RUU) Penanggulangan Keadaan Bahaya (PKB) yang dibahas pemerintah dan DPR.

Mendengar adanya korban luka dan meninggal tak menyurutkan niat Yun Hap untuk kembali turun ke jalan pada saat itu. Aksi yang menelan korban itu memang diikuti oleh Yun Hap, seorang mahasiswa jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Indonesia (UI).

Yun Hap menyaksikan berita tersebut bersama ibunya, Ho Kim Ngo. Sang ibu melarang Yun Hap untuk kembali turun ke jalan. Sang ibu cemas melihat aksi yang berujung ricuh hingga adanya korban dari para aktivis mahasiswa.

"Hap, kamu jangan ikut demo lagi, itu lihat ada yang meninggal dan banyak yang terluka," kata sang ibu kepada Yun Hap seperti dikutip dari Kompas 'Hari-hari Terakhir Yun Hap, Mahasiswa UI Korban Tragedi Semanggi II'.

Jiwa aktivis Yun Hap muncul. Demi kebaikan masyarakat Indonesia, Ia tetap turun ke jalan. Sekitar pukul 12.00 WIB Yun Hap hendak pergi dari rumah dengan membawa tas. Sang ibu bertanya tujuan Yun Hap.

"Mau ke kampus," jawabnya singkat.

Rupanya kata-kata itu menjadi kata-kata terakhir yang didengar sang ibu dari Yun Hap. Ia meninggal dunia setelah terkena peluru yang ditembakkan secara membabibuta oleh oknum aparat yang turun dari mobil tentara.

Rentetan peluru itu diberondong oleh aparat sekitar pukul 20.45 WIB hingga 20.50 WIB. Saat itu Yun Hap bersama sekitar 300 mahasiswa dan warga masyarakat tengah berkumpul di sekitar Universitas Atmajaya.

Namun tiba-tiba dari arah fly over Casablanca datang delapan truk berisi aparat keamanan. Mahasiswa dan warga kocar kacir akibat rentetan peluru yang ditembakkan. Mereka berhamburan menyebar ke berbagai arah untuk menyelamatkan diri.

Malang bagi Yun Hap yang saat itu tengah makan nasi pemberian masyarakat harus terkapar. Timah panas yang ditembakan aparat secara membabi buta menembus punggungnya, mematahkan satu tulang iga kiri, menyerempet tulang belikat, tulang leher, kerongkongan, sampai akhirnya bersarang di otot kanan sebelah depan.

 

** #IngatPesanIbu 

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

#sudahdivaksintetap 3m #vaksinmelindungikitasemua

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Dering Telepon Jelang Tengah Malam

Tak jelas dari kesatuan mana aparat yang melepaskan tembakkan tersebut. Usai tertembak, Yun Hap dilarikan ke Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta Pusat. Dia diautopsi oleh dokter Djaja Suryaatmadja.

Berdasarkan keterangan Djaja, proyektil peluru yang ditemukan dalam tubuh Yun Hap adalah proyektil yang biasa digunakan aparat TNI dan Kepolisian.

"Peluru itu biasa digunakan anggota TNI atau Kepolisian dan termasuk jenis peluru khusus," kata Djaja dikutip dari Tempo, 'Yun Hap Terkapar Kasusnya Terbakar' edisi 10 Oktober 1999.

Saat kejadian, kedua orangtua Yun Hap menunggu sang anaknya dengan cemas. Yun Hap belum juga pulang ke rumah. Kegundahan orangtuanya kian bertambah saat menyaksikan berita televisi sekitar pukul 21.00 WIB. Dalam berita itu disiarkan bahwa aparat menembakkan peluru ke arah demonstrasi secara membabi buta.

Ayah Yun Hap, Yap Pit Sing mencoba menenangkan istrinya. Yap Pit mengatakan Yun Hap belum kembali lantaran situasi masih belum kondusif. Mereka pun memutuskan mematikan televisi hendak tidur. Namun hari kian malam belum juga ada tanda-tanda Yun Hap akan kembali.

Jelang tengah malam, sekitar pukul 23.00 WIB telepon pun berdering. Sang ayah segera mengangkat telepon. Di ujung telepon mengatakan bahwa dia adalah teman Yun Hap dan meminta alamat rumah Yun Hap. Teman Yun Hap juga memberi tahu kalau Yun Hap ada di RSCM.

Tak lama kemudian teman Yun Hap ditemani dosen dari Universitas Trisaksi tiba di rumah Yun Hap. Mereka bergeras ke RSCM. Ayah Yun Hap sudah menduga anaknya meninggal saat teman Yun Hap dan seorang dosen tiba di rumahnya tengah malam.

Jenazah Yun Hap kemudian disemayamkan di Balai Mahasiswa UI Salemba keesokan harinya, Sabtu 25 September 1999. Kemudian jenazah kembali disemayamkan di Yayasan Rumah Duka Abadi Daan Mogot sebelum dimakamkan di Pondok Rangon.

Hingga kini, penembakan terhadap Yun Hap dan tragedi Semanggi II belum dinyatakan sebagai pelanggaran HAM berat.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.