Sukses

Jadi Tersangka Korupsi, Ini Sepak Terjang Bupati Banjarnegara yang Pernah Jadi Sorotan

Sosok Bupati Banjarnegara Budhi Sarowno bisa disebut unik, kalau tak ingin dikatakan kontroversial. Bahkan kebijakannya acap berbeda dengan pemerintah pusat.

Liputan6.com, Jakarta - KPK telah menetapkan Bupati Banjarnegara Budhi Sarwono sebagai tersangka kasus korupsi proyek infrastruktur dan penerimaan gratifikasi. Dia pun ditahan KPK terhitung mulai 3 hingga 22 September 2021, atau 20 hari ke depan.

"Sebagai langkah mengantisipasi penyebaran Covid-19 di lingkungan Rutan KPK, para tersangka akan dilakukan isolasi mandiri selama 14 hari di rutan masing-masing," kata Ketua KPK Firli Bahuri di Gedung KPK, Jumat (3/9/2021).

Tak hanya Bupati Banjarnegara Budhi Sarwono (BS), KPK juga menetapkan pihak swasta Kedy Afandi (KA) yang merupakan orang kepercayaan Bupati Budhi. Keduanya dijerat dalam kasus dugaan korupsi pengerjaan proyek infrastruktur di Pemerintahan Kabupaten (Pemkab) Banjarnegara dan gratifikasi.

Bupati Banjarnegara Budhi Sarwono itu ditahan di Rumah Tahanan (Rutan) KPK cabang Kavling C1. Sementara Kedy ditahan di Rutan KPK cabang Pomdam Jaya Guntur.

Sebelum menjadi tersangka kasus korupsi proyek infrastruktur, sepak terjang Budhi Sarwono acap kali menjadi sorotan publik. Tak sekali dua kali kebijakannya berbeda dengan pemerintah pusat. Ia lantas dikenal sebagai pribadi yang kerap menentang arus.

Berikut tindakan-tindakan Budhi Sarwono yang pernah menjadi sorotan publik:

 

** #IngatPesanIbu 

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

#sudahdivaksintetap 3m #vaksinmelindungikitasemua

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 5 halaman

1. Makan Bersama ODGJ Saat Penggeledahan KPK

Bupati Banjarnegara, Budhi Sarwono dikenal sebagai sosok yang unik, jika tak mau disebut kontroversial.

Di sisi lain, Bupati Banjarnegara Budhi Sarwono juga dikenal memiliki kasih sayang yang lebih. Bukan lagi rahasia, ia kerap merawat orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) dan kelompok rentan lainnya.

Seperti yang dilakukannya pada Kamis (12/8/2021). Seakan tak terpengaruh penggeledahan KPK di sejumlah titik di Kabupaten Banjarnegara dan Purbalingga, Jawa Tengah, sang Bupati ini malah makan bersama penghuni Panti Sosial Pamardi Raharjo, Pucang.

 

3 dari 5 halaman

2. Pernah Unggah Slip Gaji

Usai diunggah anaknya sendiri ke media sosial, slip gaji Bupati Banjarnegara Budhi Sarwono langsung viral dan dikomentari banyak orang. Budhi ingin semua warga Banjarnegara mengetahu besaran gaji bupatinya sendiri.

"Harapan saya mudah-mudahan Bapak Presiden juga melihat karena yang namanya bupati kalau protes dengan Presiden kan enggak berani," katanya dikutip Antara, Jumat (4/10/2019).

Foto slip gaji Bupati Banjarnegara menjadi viral di media sosial setelah diunggah oleh Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten Banjarnegara melalui akun Instagram @kabupatenbanjarnegara.

Foto slip gaji bulan Oktober 2019 Bupati Banjarnegara menunjukkan gaji yang diterima Bupati Banjarnegara sebesar Rp6.114.100 dan setelah dipotong zakat Rp152.900 tersisa Rp5.961.200.

"Gaji itu sudah termasuk tunjangan anak dan istri," kata Bupati.

Sementara itu, menurut dia, gaji seorang anggota DPRD Kabupaten Banjarnegara sekarang Rp32 juta per bulan belum termasuk tunjangan operasional, biaya kunjungan kerja, dan sebagainya.

Setiap kali melakukan kunjungan kerja, dia melanjutkan, seorang anggota DPRD Kabupaten Banjarnegara mendapatkan Rp5 juta sedangkan Bupati Banjarnegara kalau ke Jakarta hanya sebesar Rp700 ribu per hari.

"Mudah-mudahan Beliau (Presiden) sebagai orang tua saya dan panutan saya bisa melihat keadaan gaji bupati yang ada di seluruh Indonesia, saya kira sama. Dari tahun 2010 sampai sekarang belum ada penyesuaian. Mudah-mudahan barangkali ada peningkatan, bisa bermanfaat untuk teman-teman kita semua di Indonesia yang sebagai kepala daerah," kata Budhi.

 

4 dari 5 halaman

3. Keliru Sebut Nama Luhut

Bupati Banjarnegara, Budhi Sarwono, kembali menjadi perbincangan setelah keliru menyebutkan nama Menko Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan.

Pria yang karib disapa Wing Cin ini salah menyebut nama pensiunan jenderal TNI bintang tiga dengan Penjaitan.

“Mohon maaf kemarin saya menyebut pak Penjaitan karena saya kurang hafal, namanya panjang sekali,” kata Bupati Banjarnegara, melalui video yang diunggah di akun media sosial Pemkab Banjarnegara, Senin (23/8/2021).

Pada video berdurasi 6 menit 48 detik itu, Bupati Banjarnegara mengajukan permohonan maaf sebanyak empat kali. Tiga permintaan maaf pertama ditujukan langsung kepada Luhut Binsar Pandjaitan.

“Sekali lagi kami mohon maaf kepada Bapak Luhut Binsar Pandjaitan yang kami sebut Pak Penjait-Penjait karena kami tidak hafal, tidak hafal semuanya. Mohon kepada bapak Menteri untuk memaafkan saya. Demi Allah Demi Rosulullah, saya lahir batin untuk melaksanakan tugas Negara,” kata dia pada permintaan maaf ketiga.

 

5 dari 5 halaman

4. Bolehkan Kerumunan Saat Pandemi

Pernyataan Bupati Banjarnegara, Jawa Tengah, Budhi Sarwono yang mengizinkan warganya mengadakan kegiatan yang memicu kerumunan, seperti hajatan dan pengajian menjadi sorotan di tengah lonjakan Covid-19.

Dalam sebuah video yang tersebar di media sosial, Budhi menyatakan bahwa dirinya bakal bertanggung jawab atas segala risiko dan membolehkan warganya mengadakan acara di tengah situasi pandemi Covid-19. Menurut Budhi, yang terpenting adalah warga tetap mematuhi protokol kesehatan.

Epidemiolog Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto, dr Yudhi Wibowo menyesalkan sikap Bupati Banjarnegara. Untuk itu, ia mendesak agar Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) menegur Budhi Sarwono.

"Ya harusnya gubernur bisa menegur atau Mendagri, agar sejalan dengan kebijakan pemerintah," kata Yudhi kepada Liputan6.com, Minggu (20/6/2021).

Yudhi mengakui memang di awal-awal tak ada yang salah dalam video itu. Namun menurutnya pernyataan sang bupati soal semua pasien di-Covid-kan justru dapat menyesatkan masyarakat. Apalagi masyarakat yang awam soal Covid-19 dikhawatirkan bakal bergegas mempercayainya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini