Sukses

LIPI: Pasca-Tsunami 2018, Masyarakat Sebesi Mulai Berubah Melihat Anak Krakatau

Peneliti LIPI mengungkap sejumlah cara yang dilakukan masyarakat setempat. Salah satunya adalah dengan berlari ke arah Gunung Sebesi.

Liputan6.com, Jakarta Peneliti LIPI Devy Riskianingrum mengungkap cara masyarakat di Pulau Sebesi, Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung meminimalisir dampak bencana alam. Cara itu diketahui pasca penelitian yang dilakukan pada 13-16 Oktober 2020.

"Bencana tsunami 2018 di Pulau Sebesi berhasil membangun kesadaran bencana masyarakatnya. Hal ini ditunjukkan dari pengetahuan mereka tentang arah evakuasi jika terjadi bencana seperti tsunami lagi," kata Devy saat webinar, Jumat (27/8/2021).

Devy merinci, sejumlah cara yang dilakukan masyarakat setempat. Salah satunya adalah dengan berlari ke arah Gunung Sebesi. Mereka memperhatikan ombak dan kondisi alam oleh seorang tua yang dipanggilnya datuk ombak.

"Jadi terutama pada saat purnama dan dia datuk ombak ini memperhatikan fenomena di Anak Gunung Krakatau. Jika tercium bau blerang yang sangat kuat, warga akan langsung menyebar pesan melalui WhatsApp Ke keluarga mereka dan mereka memilih tidak tidur," jelas Devy.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Mulai Terbentuknya Kewaspadaan Akan Bencana

Devy meyakini, pengetahuan tentang kewaspadaan bencana mulai terbentuk pasca bencana 2018. Sebab sebelumnya, masyarakat Sebesi kurang memperhatikan hal tersebut meski tinggal sangat berdekatan dengan Anak Krakatau yang diketahu sebagai gunung teraktif di dunia.

"Maka saya menyimpulkan pasca tsunami 2018, pandangan masyarakat Sebesi mulai berubah dalam melihat Anak Krakatau dari berkah menghasilkan uang dari sektor pariwisata menjadi ancaman menimbulkan bahaya," Devy memandasi.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.