Sukses

BMKG Jelaskan Penyebab Kemarau di Indonesia yang Disertai Bencana Hidrometeorologi

Dia menyatakan, efek musim kemarau dan hujan bersamaan adalah Osilasi Madden-Julian (MJO) dari Samudra Hindia.

Liputan6.com, Jakarta Kepala Badan Meteorologi Klimatologi Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati menyatakan, di Indonesia tengah terjadi anomali musim yang tidak sesuai prediksi. Menurut dia, hal itu yang menyebabkan kondisi hujan lebat hingga bencana hidrometeorologi di sejumlah wilayah di Indonesia.

"Mengapa bisa terjadi? Karena Indonesia benua maritim dan benua dengan benua lainnya yang iklim cuaca musimnya sangat dipengaruhi dua samudra besar, Pasifik dan Hindia. Kemudian dipengaruhi dua benua Australia dan Asia," kata Dwi saat jumpa pers daring, Kamis (26/8/2021).

Dia menjelaskan, prediksi BMKG pada Maret adalah kemarau tahun ini adalah kemarau basah. Hal itu menjadikan benerapa wilayah Indonesia mengalami kekeringan panjang lebih 60 hari. Utamanya, wilayah selatan katulistiwa tapi kenyataanya masih ada wilayah mengalami musim hujan di wilayah utara dan barat.

"Kemarau sesuai prediksi bisa terjadi bencana kekeringan tetapi bersamaan kekeringan di selatan katulistiwa dan utara serta barat Indonesia mengalami banjir bandang atau longsor," kata Dwi.

Dia menyatakan, efek musim kemarau dan hujan bersamaan adalah aktivitas pembentukan awan yang bergerak dari barat ke timur (Osilasi Madden-Julian atau MJO) dari Samudra Hindia. Selain itu, efek lain adalah terjadinya udara dingin, Elnino dan Lanina yang semua silih berganti.

"Beberapa fenomena itu dapat bersamaan dan saling menguatkan. Kecendrungannya demikian, sehingga itu memengaruhi dinamika iklim dan cuaca di Indonesia begitu dinamis. Jadi diperkirakan puncak kemarau September juga masih ada," Dwi menandasi.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Potensi Kekeringan

Sebelumnya, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengingatkan potensi kekeringan yang mengancam sejumlah daerah di Tanah Air. Pasalnya, pantauan BMKG hingga akhir Agustus 2021 menunjukkan, 85 persen wilayah Indonesia telah memasuki musim kemarau.

Mengutip rilis resmi BMKG, prakiraan ini mengacu pada monitoring kejadian hari kering berturut-turut dan prediksi akan peluang hujan rendah (kurang dari 20 mm/10 hari).

Indikasi potensi kekeringan meteorologis itu ada pada sejumlah kabupaten/kota di Provinsi Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur. Potensi itu berstatus siaga dan awas.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.