Sukses

Faisal Basri: Konsep Koperasi Bung Hatta, Gerakan untuk Menghimpun Kekuatan Rakyat

Faisal Basri memandang gagasan koperasi Bung Hatta didasari pada konsep ekonomi yang berasal dari bahan bacaan buku-buku dan pengalaman.

Liputan6.com, Jakarta Akademisi yang juga ekonom Faisal Basri memandang gagasan koperasi Bung Hatta didasari pada konsep ekonomi yang berasal dari bahan bacaan buku-buku dan pengalaman intelektualnya di dalam maupun luar negeri.

Adapun ini disampaikan dalam rangkaian kegiatan yang diadakan Badan Kebudayaan Nasional Pusat PDIP dalam pekan Bung Hatta dari 9 sampai 14 Agustus 2021.

"Gagasan ekonomi Hatta merupakan pemikiran alternatif dari kapitalisme pasca revolusi industri yang melihat sendiri betapa terjadi penghisapan para pemilik modal," kata Faizal dalama keterangannya, Jumat (13/8/2021).

"Saat belajar di Eropa, Bung Hatta melihat bahwa kondisi ekonomi di Indonesa juga merupakan perpanjangan tangan dari kapitalisme global. Jadi, pemikiran ini telah digagas Bung Hatta sebelum kemerdekaan Indonesia," sambungnya.

Menurut dia, pemikiran-pemikiran Hatta dikirim dari Belanda dalam bentuk tulisan yang dimuat di media perjuangan berbaur dengan muatan lokal semangat dari Ki Hajar Dewantara dan semangat kebangkitan nasional dari Syarikat Dagang Islam.

Dalam konsep ekonomi, Bung Hatta menggagas ungkapan sebuah istilah koperasi yang ia katakan sebagai persekutuan cita-cita atau di firma semacam persekutuan modal.

"Menurut Hatta, koperasi merupakan gerakan menghimpun kekuatan rakyat yang berserakan dan tidak terorganisir di masa penjajahan untuk menghadapi kaum kapitalis," ungkap Faizal.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Ada Tiga Pilar

Ada tiga pilar dalam membangun koperasi yang luas. Pilar pertama di hulu sebagai produksi yang dipegang oleh petani. Kedua, pilar perdagangan rakyat yang diwakili oleh syarikat dagang rakyat.

Adapun pilar ketiga adalah lembaga keuangan rakyat yang saat produksi dan keuntungan meningkat, maka inilah yang menjadi tempat untuk menaruh uang atau modal.

"Sebab jika uang ini ditaruh di bank, maka ia akan mengalir ke kota dan rakyat tetap akan kekurangan darah," kata Faizal.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.