Sukses

MPR: Dugaan Penipuan Rp 2 Triliun Keluarga Akidi Tio Seperti Cerita Abu Nawas Mau Terbang

Jazilul berpendapat keluarga Akidi Tio tidak perlu menjadi tersangka, meski niat menyumbang Rp2 triliun untuk membantu pemerintah tidak terlaksana.

Liputan6.com, Jakarta Wakil Ketua MPR RI Jazilul Fawaid meminta publik tidak perlu terlalu serius menanggapi kasus dugaan penipuan sumbangan Rp 2 triliun oleh keluarga Akidi Tio untuk penanganan Covid-19 di Sumatera Selatan. Menurut dia, berita soal keluarga Akidi Tio berniat menyumbangkan uang sebesar Rp2 triliun itu mirip dengan cerita Abu Nawas mau terbang.

Singkat cerita, publik yang telanjur berbondong-bondong ingin menyaksikan Abu Nawas terbang marah karena merasa tertipu. Abu Nawas yang sebelumnya sesumbar mau terbang ternyata hanya menggerakkan tangan meniru gerakan burung mengepakkan sayapnya.

Abu Nawas pun berkilah bahwa dia mau terbang, bukan bisa terbang.

"Pesan yang disampaikan dalam cerita Abu Nawas adalah kita harus berhati-hati dalam menerima sebuah berita. Berita jangan ditelan mentah-mentah," kata Jazilul dalam keterangan tertulis diterima di Jakarta, Rabu (4/8/2021). 

Jazilul juga berpedapat, keluarga Akidi Tio tidak perlu menjadi tersangka meski niat menyumbang Rp2 triliun untuk membantu pemerintah tidak terlaksana.

Jazilul menilai keluarga Akidi Tio baru menyatakan niatnya untuk membantu, sementara uangnya belum ada. Menurut dia, niat membantu bukanlah kesalahan.

"Apa salahnya orang mau membantu?" ujar Gus Jazil

Bahkan, kata Jazilul, kalau nanti uang itu benar ada dan ditemukan, kemudian keluarga Akidi Tio menyatakan batal menyumbangkan Rp2 triliun, hal itu tidak bisa disalahkan karena apa yang dilakukan baru niat dan sukarela.

"Semua yang terjadi ini baru mau," kata anggota Komisi III DPR RI itu menandaskan.

Menurut Gus Jazil, saat ini masyarakat Indonesia sedang mengalami kesulitan, sehingga jika ada orang yang punya niat baik untuk membantu pemerintah maka harus dihargai.

"Jangankan Rp2 triliun, Rp200 ribu saja sudah sangat berharga. Tetapi jangan kemudian orang yang berkeinginan baik justru menjadi tersangka," ujarnya.

 

 

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Tidak Perlu Saling Menyalahkan

Jazilul menambahkan dalam kasus ini juga tidak perlu saling menyalahkan. Polisi pun tidak bisa disalahkan.

"Apanya yang mau disalahkan 'wong' ini orang datang mau menyumbang. Terus sekarang merasa tertipu, ter-prank. Apanya yang ter-prank? Ya, namanya ada orang mau menyumbang masa Polda disalahkan? Orang mau menyumbang, silakan," katanya.

Kalau mau diungkap, kata Gus Jazil, keluarga Akidi Tio ini sebenarnya mau membuat lelucon atau benar-benar mau membantu, atau memang mereka kesulitan untuk mencairkan uang Rp16 triliun yang diklaim ada di Singapura.

Kalau memang uang itu benar ada di Singapura, lanjut Gus Jazil, tidak ada salahnya pemerintah membantu. Nanti, pemerintah dapat Rp2 triliun.

"Tapi cerita-cerita begini banyak sekali di masyarakat. Dulu ada cerita uang Bung Karno, ada juga bongkar-bongkar makam di Batu Tulis, itu biasa, tidak usah serius-serius," kata Jazilul.

3 dari 3 halaman

PPATK Tidak Temukan Rp 2 Triliun

Kepala Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK), Dian Ediana Rae, meminta kepada semua pihak jika menerima sumbangan untuk tidak segera mempublikasikannya. Apalagi dengan jumlah fantastis seperti yang dilakukan keluarga Akidi Tio.

"Dari semula ini misalnya kalau ada sumbangan siapa pun apalagi ruang publik, jadi kalau ada keraguan-keraguan itu sebaiknya menghubungi PPATK. Jangan dulu diumumkan," tutur Dian kepada wartawan, Rabu (4/8/2021).

Menurut Dian, PPATK dapat memeriksa kredibilitas pihak penyumbang karena memang memiliki akses langsung ke bank. Termasuk juga memastikan bahwa sumber uang tersebut ada dan aman.

"Kalau tidak kan tidak bisa dilanjutkan. Kalau kayak gini kan sudah merugikan yang bersangkutan. Nama kapoldanya, kepolisian, nama pemberitaan, kan bisa rusak. Ini yang harus kita jaga," jelas dia.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.