Sukses

6 Hasil Survei Terbaru LSI soal Vaksin dan Vaksinasi Covid-19

Disampaikan LSI, pihaknya menemukan data mayoritas publik setuju dengan program vaksinasi Covid-19 yang tengah dilakukan pemerintah.

Liputan6.com, Jakarta - Lembaga Survei Indonesia (LSI) merilis hasil survei terkininya bertajuk "Sikap Publik terhadap Vaksin dan Program Vaksinasi Pemerintah". Salah satunya terkait vaksinasi Covid-19.

Disampaikan LSI, pihaknya menemukan data mayoritas publik setuju dengan program vaksinasi Covid-19 yang tengah dilakukan pemerintah.

"Umumnya hampir 90 persen, 85 persen itu setuju dengan program vaksinasi. Ini hal yang saya kira bagus, yang tidak setuju sedikit kisaran 10 persen," ujar Direktur Eksekutif LSI Djayadi Hanan dalam rilis hasil survei LSI yang dilakukan secara daring, Minggu, 18 Juli 2021.

Meski begitu, ditemukan LSI, masih banyak masyarakat Indonesia yang mengaku enggan divaksinasi Covid-19.

Adapun alasan mereka yang masih enggan divaksinasi Covid-19, menurut Djayadi, adalah karena sebagian besar takut terhadap efek samping vaksin itu sendiri.

Selain itu, menurut dia, LSI juga menemukan, banyak masyarakat yang mengaku khawatir akan penyalahgunaan anggaran vaksin Covid-19. Angkanya mencapai 73,8 persen.

"Mayoritas masyarakat juga, lebih dari 73 persen mengkhawatirkan akan penyalahgunaan anggaran vaksin Covid-19. Potensi penyalahgunaan anggaran itu diyakini oleh sebagian besar masyarakat," kata Djayadi.

Survei dilakukan LSI pada 20-25 Juni 2021 dengan mewawancarai responden melalui telepon. Responden adalah mereka yang telah terpilih secara acak berdasarkan survei nasional yang dilakukan LSI sejak tiga tahun terakhir.

"Ada 7.477 responden yang kami telepon dan yang berhasil diwawancarai itu ada 1.200 responden," jelas Djayadi.

Ia memastikan bahwa sampel survei terdistribusikan secara proporsional mulai dari segi gender, wilayah, usia, agama, dan juga etnis.

Berikut sederet hasil survei terbaru LSI soal Covid-19 dihimpun Liputan6.com:

 

 

** #IngatPesanIbu 

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

#sudahdivaksintetap3m #vaksinmelindungikitasemua

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 8 halaman

Masyarakat Merasa Kecil Kemungkinan Tertular Covid-19

Lembaga Survei Indonesia (LSI) merilis hasil penelitiannya, yang salah satunya membuat pandangan masyarakat terkait akan cara pandang bisa tertular Covid-19.

Direktur Eksekutif LSI Djayadi Hanan mengatakan, sebanyak 33,6 persen dari responden, merasa yakin kecil kemungkinan tertular virus Covid-19.

"Masih banyak yang merasa bahwa dia memiliki sedikit kemungkinan untuk tertular Covid, 33,6 persen. (Sementara) 40,5 persen merasa sangat khawatir tertular Covid," kata Djayadi dalam rilis surveinya secara daring, Minggu 18 Juli 2021.

Adapun sebanyak 4,4 persen memilih tidak tahu atau tidak jawab.

Menurut Djayadi fenomena ini amat menarik untuk didalami lebih jauh. Pasalnya di saat pandemi Covid-19 hampir satu setengah tahun berlalu, masih ada masyarakat yang percaya diri tidak bakal terkena Corona.

Hal ini, lanjut dia, juga akan berpengaruh dengan ketaatan masyarakat dengan protokol kesehatan.

"Apakah ini juga terkait dengan kepatuhan masyarakat atau kemauan masyarakat untuk mematuhi protokol kesehatan atau kebijakan-kebijakan lainnya," kata Djayadi.

 

3 dari 8 halaman

Mayoritas Publik Khawatir Ada Penyelewengan Anggaran Vaksin Covid-19

LSI kemudian menemukan, banyak masyarakat yang mengaku khawatir akan penyalahgunaan anggaran vaksin Covid-19. Angkanya mencapai 73,8 persen.

"Mayoritas masyarakat juga, lebih dari 73 persen mengkhawatirkan akan penyalahgunaan anggaran vaksin Covid-19. Potensi penyalahgunaan anggaran itu diyakini oleh sebagian besar masyarakat," ucap Djayadi.

Sementara, lanjut dia, sebanyak 13,6 responden menganggap bahwa potensi penyelewengan terhadap anggaran vaksin Covid-19 itu kecil. Dan sisanya, 12,7 persen memilih tidak menjawab.

Kemudian, lanjut Djayadi, untuk kepercayaan terhadap pemerintah bahwa mereka bisa menjamin agar penyelewengan itu tidak terjadi, pandangan publik terbelah. Meskipun lebih dari 50 persen menyatakan keyakinannya terhadap pemerintah.

"Tetapi lebih dari 40 persen menyatakan tidak yakin. Jadi masyarakat agak terbelah di sisi ini, antara yakin dan tidak yakin dengan potensi korupsi dan penyalahgunaan anggaran untuk program vaksinasi ini," ucap dia.

 

4 dari 8 halaman

Publik Setuju Program Vaksinasi Covid-19

LSI juga menemukan fakta bahwa mayoritas publik setuju dengan program vaksinasi Covid-19 yang tengah dilakukan pemerintah.

"Umumnya hampir 90 persen, 85 persen itu setuju dengan program vaksinasi. Ini hal yang saya kira bagus, yang tidak setuju sedikit kisaran 10 persen," ucap Djayadi.

Menurut dia, tren tersebut merupakan gejala dukungan publik terhadap upaya penanggulangan wabah virus Corona yang mesti terus dipupuk.

Akan tetapi, Djayadi melanjutkan, meskipun mayoritas publik setuju dengan program vaksinasi Covid-19, namun LSI menemukan bahwa masih banyak responden yang tidak mempercayai vaksin dapat mencegah masyarakat terinfeksi Covid-19.

"Ada 24 persenan yang masih tidak percaya. Baru sekitar 68,6 persen yang percaya bahwa vaksinasi itu akan mencegah penularan Covid-19. Ini mungkin jadi PR untuk dikampanyekan lebih jauh oleh para pemangku kepentingan," beber dia.

 

5 dari 8 halaman

Banyak Masyarakat Enggan Vaksin Covid-19 karena Takut Efek Samping

Lalu, Djayadi mengungkapkan, masih banyak masyarakat Indonesia yang mengaku enggan divaksinasi Covid-19.

"Dari 80 persen (masyarakat yang belum divaksin) masih banyak yang tidak bersedia untuk divaksin. Masih 36 persenan, hampir 40 persen," ucap Djayadi.

Adapun alasan mereka yang masih enggan divaksinasi Covid-19, menurut Djayadi, adalah karena sebagian besar takut terhadap efek samping vaksin itu sendiri.

Di samping itu juga, kata dia, alasan terbanyak kedua adalah mereka menganggap vaksin tidak efektif mencegah penularan Covid-19.

"Atau merasa badannya sehat-sehat saja, jadi tidak perlu vaksin. Itu tiga alasan terbesar. Di luar itu ada yang mempersoalkan atau meragukan kehalalannya, ada yang merasa takut akan membayar untuk memperoleh vaksin itu," papar Djayadi.

Mengacu pada temuan survei LSI, baru sekitar 17 persen masyarakat saja yang sudah divaksin, baik yang baru dosis satu maupun sudah vaksin dosis lengkap.

 

6 dari 8 halaman

Masyarakat Pesimistis Target Vaksinasi Covid-19 Tercapai

Data LSI menunjukkan, masih banyak masyarakat yang mengaku pesimistis dengan target program vaksinasi Covid-19 pemerintah bakal kelar pada tahun ini.

Menurut Djayadi, sebanyak hampir 30 persen responden mengaku tak yakin target vaksinasi Covid-19 pemerintah bisa tercapai.

"Yang menyatakan ketidakyakinan itu terhadap kemampuan pemerintah untuk mencapai target vaksinasi cukup tersebar di berbagai demografi, baik dari segi pendidikan rendah maupun tinggi. Tersebar hampir merata di berbagai kategori sosio-demografi, dari segi gender, usia, etnis ataupun kelas pendapatan," ujar Djayadi.

Dari segi wilayah, lanjut dia, masyarakat Sumatera menempati porsi terbanyak yang pesimistis pemerintah dapat memenuhi target vaksinasi. Kemudian diikuti oleh Jawa Barat, Jawa Tengah serta Jawa Timur dan DKI Jakarta.

"Dan juga agak tinggi di daerah Sulawesi," kata Djayadi.

Meskipun begitu, menurut dia, mereka yang optimistis atau yakin akan target vaksinasi Covid-19 pemerintah menempati posisi mayoritas, yakni sebanyak 64 persen.

 

7 dari 8 halaman

Masyarakat Berpendidikan Tinggi Yakin Vaksin Covid-19 Aman

Kemudian, LSI mengungkap, masyarakat dengan tingkat pendidikan rendah cenderung banyak yang tidak mempercayai keamanan vaksin Covid-19.

Keyakinan akan keamanan terhadap vaksin justru banyak ditemui pada mereka yang memiliki pendidikan menengah ke atas.

"Yang berpendidikan tinggi umumnya yakin vaksin itu aman," ujar Djayadi.

Sementara dari segi usia, menurut Djayadi, mereka yang menganggap vaksin Covid-19 tidak aman kebanyakan dari jenjang usia hampir lansia.

Mereka yang meyakini vaksin tidak aman angkanya hanya 26,5 persen. Sementara 69,3 persen percaya akan keamanan vaksin Covid-19. Sedangkan sisanya memilih tidak menjawab.

Responden yang berasal dari lulusan SD menempati porsi paling tinggi yang meragukan ketidakamanan vaksin Covid-19, yakni mencapai 32,2 persen. Sementara mereka yang mempercayai keamanan vaksin di level pendidikan yang sama sebesar 63,1 persen.

Sebaliknya, pada jenjang pendidikan lulusan Strata 1 (S-1) mereka yang mempercayai keamanan vaksin Covid-19 mencapai 80,7 persen. Sementara yang tidak percaya pada level pendidikan sederajat hanya 15,3 persen.

8 dari 8 halaman

Boleh dan Tidak Boleh Sebelum - Setelah Vaksinasi Covid-19

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.