Sukses

Cerita Perantau Terpapar Covid-19, Sulitnya Dapat Bantuan Saat Isoman di Indekos

Pemerintah menyarankan bagi mereka yang terpapar Covid-19 namun tak memiliki gejala atau gejala ringan untuk melakukan isolasi mandiri atau isoman.

Liputan6.com, Jakarta Pemerintah menyarankan bagi mereka yang terpapar Covid-19 namun tak memiliki gejala atau gejala ringan untuk melakukan isolasi mandiri atau isoman. Namun, itu tak mudah untuk dijalani apalagi seperti yang dialami Anti (30) di indekos, di bilangan Depok, Jawa Barat.

Saat dirinya mengetahui positif Covid-19, Anti melaporkannya ke ibu indekos yang direspon dengan kepanikan. "Dia minta jendela dan pintu ditutup. Masalahnya satu-satunya udara di kamar itu dari ventilisasinya, mana kadar oksigenku rendah dan pusing, sesak banget saat itu," cerita Anti kepada Liputan6.com, Minggu (18/7/2021).

Dia pun akhirnya tetap diam di kamar. Bahkan, untuk buang air dan masak ia harus menunggu para penghuni indekos keluar terlebih dahulu, lantaran ada yang takut tertular Covid-19 dari dirinya.

"Aku sampai menahan diri kamar saja. Aku nunggu mereka keluar kos untuk swab, baru aku beranikan diri, bisa pipis gitu dan masak nasi," ungkap Anti.

Dia pun pernah makan nasi tanpa lauk lantaran tak boleh untuk keluar dapur. Ironisnya, tak ada yang membantu untuk memberikannya makanan.

"Makan enggak ada yang kasih. Aku makan nasi putih doang karena memang mual dan juga memang enggak punya lauk waktu itu, karena memang enggak bisa keluar kamar. Aku juga masak nasi saat semua orang keluar jadi aku cepat-cepat nanak nasi. Untung akhirnya ada temanku antar bahan makanan," kata Anti.

Yang jauh lebih diperburuk, saat dirinya diminta untuk membiayai semua penghuni indekos melalukan swab antigen. "Ya aku inisiatif bayarin mereka, karena aku merasa bersalah jadinya swab antigen. Tapi akhirnya enggak diambil semua uangnya," cerita Anti.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Tak Ada Respon

Lantaran sulitnya melakukan isoman di indekos, Anti pun berusaha untuk menemui Ketua RT setempat untuk diminta pindah ke tempat isolasi Covid-19. "Pak RT enggak inisiatiflah, aku nanya shelter malah diceramahin," ungkap dia.

RT pun tak memberikan respon apa-apa, sampai akhirnya mendapatkan bantuan dari teman kantornya untuk diarahkan ke Satgas Covid-19. Namun, sayangnya dia harus ke Puskesmas terlebih dahulu.

"Harus ke Puskesmas dulu, masalahnya enggak ada yang anter ke Puskes dan kondisiku gak kuat banget. Padahal Harusnya prosedurnya kan dijemput. Tapi aku harus kesana dan cuma dikasih waktu ke sana 30 menit," cerita Anti.

Meski telah mendapatkan arahan untuk ke Puskesmas kawasan Depok, Anti masih juga dilanda kebingungan. Kondisi badan sangat lemas, sementara ambulans tidak ada untuk menjemputnya.

Dengan modal nekat, akhirnya dia mengendarai motor untuk bisa ke sana. Barulah sampai di Puskemas, Anti diperiksa saturasi oksigen dan diantar ambulans menuju asrama tempat isolasi selama 9 hari.

"Kalau di asrama pelayanan lumayan, tapi terlalu lambat untuk respon obat. Aku udah batuk parah enggak dikasih-kasih obat," kata dia.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.