Sukses

Cerita Warga Isoman Covid-19 di Depok, Ambil Obat hingga Urus Syarat Isolasi Sendiri

Keluarga mengaku tidak mengetahui secara pasti mekanisme pemberian obat yang harus mengambil sendiri ke puskesmas untuk pasien Covid-19 yang melakukan isoman.

Liputan6.com, Jakarta - Keterbatasan tempat tidur rumah sakit di Kota Depok membuat sejumlah warga yang positif Covid-19 terpaksa melakukan isolasi mandiri (isoman). Ironinya, warga malah terpaksa mengambil obat sendiri ke Puskesmas yang ada di Kota Depok.

Hal ini diungkap Rina, warga Kecamatan Sawangan, Depok. Dia mengatakan, keluarganya yang terdiri dari empat orang harus menjalani isolasi mandiri usai dinyatakan positif Covid-19. Isoman di rumah diputuskan karena penuhnya ruang perawatan di rumah sakit dan tempat karantina di Kota Depok.

"Kami sekeluarga menjalani isoman di rumah, padahal di rumah kami ada orang tua dan keponakan yang masih berusia sembilan tahun," ujar Rina, Sabtu (17/7/2021).

Rina mengungkapkan, akhirnya diputuskan orang tua dan keponakannya mengungsi ke rumah saudara.

Kondisi keluarganya yang menjalani isoman di rumah pun telah dilaporkan ke RT dan RW setempat. 

"Anehnya saat sudah dinyatakan positif kami tidak mendapatkan obat, padahal kami sudah bergejala," jelas Rina. 

Gejala yang dirasakan mulai dari batuk, sesak nafas, mual, demam, hingga batuk dan pilek sudah dirasakan. Atas inisiatif suami, tim pengawas Puskesmas dicoba dihubungi. Keluhan sempat di respons dan diberikan obat. Namun, anehnya obat tersebut harus diambil sendiri dan tidak diantar petugas puskesmas.

"Cukup aneh, kita kan sekeluarga sedang isoman tapi obat di suruh ambil sendiri, akhirnya suami yang ambil ke Puskesmas," ucap Rina.

Rina menuturkan, ada risiko yang harus dihadapi saat suami mengambil obat ke Puskesmas, salah satunya, kondisi suami yang postif Covid-19 dapat memaparkan ke orang lain.

Dia pun tidak mengetahui secara pasti mekanisme pemberian obat yang harus mengambil sendiri ke puskesmas untuk pasien Covid-19 yang melakukan isoman.

"Tidak tahu itu kenapa yang isoman malah disuruh ambil sendiri, entah petugas sibuk atau apa kami tidak tahu, apa memang mekanismenya seperti itu," tanya Rina.

 

 

** #IngatPesanIbu 

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

#sudahdivaksintetap 3m #vaksinmelindungikitasemua

Saksikan video pilihan di bawah ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Setelah Isoman,Tidak Ada Undangan untuk Tes Swab

Rina menambahkan, selama menjalani isoman tidak ada perhatian dari petugas Puskesmas yang mengontrol keluarganya, baik terkait kondisi kesehatan. Bahkan setelah hitungan 14 hari menjalani Isoman, keluarganya tidak mendapatkan undangan untuk melakukan tes swab.

"Akhirnya suami menyuruh kami sekeluarga dengan sisa uang yang ada melakukan tes swab di klinik swasta," ucap Rina.

Sementara itu, warga yang isoman lainnya, Ady Nugrahadi mengaku sudah tujuh hari menjalani Isoman di sebuah kontrakan di Kelurahan Abadijaya, Kecamatan Sukmajaya. Pada saat awal Isoman, dia sempat ingin melakukan karantina di Wisma Makara, mengingat di sekitar kontrakannya ada anak kecil.

"Saya tinggal di kontrakan sendiri, sempat ingin isoman ke Wisma Makara UI, namun melihat persyartannya tidak mungkin saya untuk memenuhi itu," ujar Ady.

Ady menuturkan, pada salah satu persyaratan melakukan isoman harus disertai surat rujukan dari Puskesmas setempat. Namun, mengingat kondisinya sedang terpapar Covid-19 tidak mungkin harus keluar mengurus persyaratan karena berpotensi menularkan kepada orang lain.

Akhirnya, salah satu kerabat di tempat kerjanya membantu mengurus semua persyaratan dan memberikan informasi kepada pengurus lingkungan terkait kondisinya.

"Cukup aneh juga orang terpapar harus mengurus persyaratan sendiri, kasihan nanti orang lain terpapar," ungkap Ady.

Beruntung, pengurus lingkungan hingga pemilik kontrakan yakni Muhidin berkenan dan memintanya untuk melakukan isoman di kontrakan. Bahkan pengurus lingkungan ikut membantu memberikan pengawasan dan melaporkan kondisinya ke Puskesmas setempat. Tidak hanya itu, pengurus lingkungan dan pemilik kontrakan memberikan perhatian yang cukup besar.

"Bahkan pemilik kontrakan Pak Muhidin sangat peduli memberikan bantuan makanan maupun kebutuhan lainnya, begitupun dengan pengurus lingkungan yang sangat kooperatif," pungkas Ady. 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.